XXXVI

5.2K 483 40
                                    

Satu persatu masalah yang dihadapi Gedang bisa diselesaikan. Konflik batinnya tentang penerimaan keadaannya sudah ia lewati. Ia sudah bisa menerima takdir sebagai pasangan Satria sepenuhnya. Bahkan ia bahagia. Begitu pula dengan kedua orang tuanya yang sepertinya juga sudah ikhlas kalau anak lelaki mereka satu-satunya harus mendapat pasangan hidup laki-laki juga. Hanya Betari dan Kamidia yang masih berat menerima kalau lelaki yang selama ini dikenal sebagai Om-om tampan pujaan mereka—Satria—harus berada di pelukan Gedang. Karena hal itu pula membuat Gedang merasa kurang nyaman di rumah. Ia sempat meminta keluar rumah saja, hidup berdua bersama Satria. Tapi Agung dan Evita tidak menerima permintaannya. Mereka bersikukuh Gedang dan Satria harus tinggal bersama mereka. Dengan tetap tinggal serumah, akan membuat kedua saudara perempuan Gedang lebih cepat terbiasa dengan hubungan Gedang dan Satria.

Meskipun belum bisa menerima hubungan Gedang dan Satria yang terasa aneh bagi mereka berdua, ternyata baik Betari dan Kamidia, ingin lebih banyak tahu tentang kisah cinta sang pangeran dan putri. Gedang dan Satria pun bercerita dengan senang hati.

"Nggak nyangka ya ada kisah cinta serumit kalian..." desis Betari.

"Kenapa bukan aku aja gitu yang terpilih jadi reinkarnasi sang putri? Kecantikan aku kan setara dengan kecantikan para bangsawan. Cantik, anggun, klasik..." kata Kamidia.

"Eh, di dunia ini masih ada nggak pangeran dari masa lalu yang mencari belahan jiwanya??? Siapa tahu aku ini juga adalah jelmaan sang putri...?" harap Betari.

"Iya, iya. Pasti masih banyak kan yang sejenis sama Bang Satria? Ayolah, kenalin ke kita..." rengek Kamidia.

"Ih! Norak banget sih kalian?" ledek Gedang.

"Namanya juga usaha, Kak... Semoga aja ada Satria-Satria lain di luar sana yang akan melamarku..." kata Kamidia.

"Eh, sekolah dulu yang benar. Masih di bawah umur juga..." kata Gedang ke adiknya.

"Iya, Dek. Masih kecil udah mikir dilamar aja..." kata Betari. "Gedang aja didatangi Bang Satria umur tujuh belas tahun..."

"OH EM JIII... !!! Kalo gitu aku masih ada harapan dong bakalan didatangi another Bang Sat? Aku sekarang baru berumur lima belas tahun.... dua tahun lagi tujuh belas... semoga....semogaaa...." seru Kamidia.

Satria terkekeh.

"Nah, kalo kamu Kak, silahkan kubur impiannya dalam-dalam. Udah lewat tujuh belas tahun kan? Udah lewat dua puluh tahun juga. Nggak bakal ada Pangeran yang nyamperin kecuali pangeran kodok..." Gedang meledek Betari.

Mereka semua ngakak, kecuali Betari.

"Udah yuk, Bang, kita pergi aja. Biarin mereka berkhayal..." kata Gedang mengajak Satria pergi.

Satria mengikuti langkah Gedang menuju kamar. Di depan pintu kamar yang baru saja tertutup, mereka berdua saling pandang. Keduanya saling melempar senyum. Sedetik kemudian Satria merunduk dan memagut bibir Gedang, yang tentu saja dibalas dengan sangat bergairah. Pagutan itu terus berlanjut, sementara mereka bergerak melintasi kamar dan jatuh ke tempat tidur...

***

Siang itu, di ruang prakteknya, Madam Rosetta dan Satria berdiskusi panjang. Hingga pembicaraan mereka sampai pada fakta tentang Roh Aria Tebing yang baru saja diketahui mereka lewat mimpi Gedang.

"Aku yakin sudah sejak lama Roh Kanda Aria ingin mencelakai Gedang, hanya saja berkat mantra perlindungan itu, segala usahanya gagal. Hanya saja aku tak habis pikir, bagaimana keberadaan Kanda Aria bisa luput dari penglihatanku?" tanya Satria.

"Mungkin ada sesuatu hal yang membuat kamu tak menyadari keberadaannya," jawab Madam Rosetta.

"Tapi apa?"

BANGSATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang