Gedang berdiri terpaku di depan ruang tamu rumahnya yang sudah disulap sedemikian rupa. Ruang tamu itu nampak sangat luas tak ubahnya ball room. Semua sofa sudah disingkirkan entah kemana. Langit-langit dan dinding sudah dihiasi kertas dan pita warna-warni. Tidak lupa pula balon ukuran besar warna-warni yang dipajang di sudut ruangan dan di beberapa tempat. Tulisan "HAPPY BIRTHDAY 17 TH GEDANG" juga terpampang di dinding ruang tamu yang menghadap ke pintu masuk. Satu persatu tamu juga sudah menghadiri pesta. Mereka disambut sama Papa. Sebagian lain nampak mencicipi hidangan yang sudah disuguhkan.
Gedang melirik Mama dan Kedua saudaranya.
"Gimana? Kerenkan?" tanya Betari.
"Kita ngerjainnya Cuma dua sampai tiga jam aja. Selagi Kakak tidur," terang Kamidia dengan nada bangga.
"Thanks. Kalian nggak perlu repot-repot sebenarnya. Aku nggak suka pesta," kata Gedang.
"Hey...! It's your seventeen, bro...! Harus dirayain doongg...." kata Kamidia lagi. "Kemarin-kemarin Kakak nggak pernah mau dirayain..."
"Sudah-sudah. Ayo turun. Tamu udah berdatangan tuh..." kata sang Mama.
Gedang mengikuti langkah Mama dan Kedua saudaranya menuruni tangga.
"Btw, siapa yang nyebar undangan?" tanya Gedang.
"Hai, Bro...!" seru Rizaldi tiba-tiba.
"Tuh, yang baru nyapa kamu," Betari menjawab pertanyaan Gedang barusan.
"Rizaldi?"
"Huum."
"Katanya nggak mau bikin partyyy...???" goda Rizaldi setelah jarak mereka cukup dekat.
"Ini juga aku baru tahu malam ini," jawab Gedang.
Rizaldi terkekeh.
"Kerjaan kamu juga kan?" tuduh Gedang
"Aku dimintai sebar undangan. Nggak mungkin aku nolak dong...?" Rizaldi mengelak.
"Siapa aja yang kamu undang?"
"Semuanya. Teman SD – SMA."
"Bangsat! Benar-benar kamu ya..." Gedang memukul lengan Rizaldi.
"Hahahaha. Lihat aja nanti bakal rame. Kamu tahukan semua pada nungguin pesta ultahnya kamu? Bisa jadi ajang reuni nih..."
"Tapi bukan cuma teman-teman kita aja. Mbak Betari dan Kamidia juga mengundang beberapa teman mereka. Om dan tante juga mengundang beberapa kolega mereka."
"Dasar... hadehhh... jam berapa ya nih acara kelar?" Gedang melirik arloji di pergelangan tangannya.
"Busyet! Mulai aja belumm.. udah ah, yuk gabung sama yang lain..." Rizaldi menarik lengan Gedang membaur di keramaian tamu undangan yang semakin membanjir.
***
Seperti kata Rizaldi, tamu yang hadir banyak banget. Semua teman Gedang dari Sekolah Dasar sampai sekarang rata-rata pada datang. Belum lagi para tetangga juga beberapa teman dari papa dan mamanya. Tapi dari semua yang hadir, Gedang sangat senang dengan kehadiran Ambar. Gadis pujaannya itu nampak sangat cantik malam ini dengan gaun merah muda selutut yang dikenakannya.
"Aku pikir kamu nggak datang...."
"Nggak mungkinlah. Masa aku nggak hadir di ultah kamu."
"Kamu kan marah sama aku."
"Terus kamu maunya aku nggak datang gitu??? Ya udah aku pulang...!"
"Eh, nggak gitu..."
Ambar cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGSAT
De TodoGedang tak habis pikir kenapa orang tuanya sepertinya sangat menginginkan ia menyukai laki-laki, padahal ia sendiri adalah seorang laki-laki juga. Hal itu bukan perasaan Gedang saja. Kenyataannya orang tuanya lebih menyukai kalau dirinya membawa tem...