Gedang mendapati Satria sedang selonjoran di sofa santai sambil membaca majalah ketika ia pulang. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Pakaiannya sedikit lembab karena hujan di Danau Ceria tadi. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk langsung pulang tanpa mampir dulu ke rumah Ambar sewaktu mengantar pacarnya itu pulang.
"Celana kamu basah ya? Kena apa?" tanya Satria.
"Hujan."
"Hujan? Bukannya di luar cerah ya?" Satria melongok keluar.
"Di sini sih cerah. Tapi di sana hujan..." gerutu Gedang.
"Oohh...hujan lokal..." gumam Satria sambil kembali membaca majalah yang dipegangnya.
"Iya..." Gedang membenarkan seraya berjalan menuju kamarnya. Tapi kemudian ia berhenti sejenak dan berbalik menatap Satria. "Abang dari mana?"
"Abang? Nggak kemana-mana..."
"Kok di rumah pakai sepatu? Dandanannya juga kayak yang mau keluar rumah..." tanya Gedang sambil meneliti tubuh Satria dari kepala sampai ke kaki.
Sial, umpat Satria dalam hati. Ia lupa tentang yang satu ini. ia menguntit Gedang sampai kembali ke rumah. Setiba di rumah, ketika Gedang tengah memasukkan motornya ke garasi, ia buru-buru masuk ke rumah (dengan kekuatan supernya tentunya), mengambil sembarang majalah dan duduk di sofa menunggu Gedang masuk seolah-olah tengah bersantai. Sayangnya ia lupa mengganti baju, bahkan melepas sepatu.
"Ooohhh, ini, emang rencananya Abang mau keluar. Mau cari kamu kalo kamu sampai jam lima belum pulang," Satria kasih alasan.
"Oohhh..." Gedang sepertinya menerima alasan Satria. Tanpa bertanya-tanya lagi ia segera ke kamarnya.
Setelah Gedang masuk ke kamarnya, Satria melempar majalahnya ke atas meja dan bergegas masuk ke kamarnya. Ia ingin mandi. Badannya gerah setelah hampir seharian menjadi penguntit. Tapi ketika sampai di depan pintu kamar, ia berbelok menuju ruang makan...
Sementara itu, di kamarnya, Gedang menerima panggilan telepon dari Ambar. Pacarnya itu menelepon untuk memastikan kalau Gedang sudah sampai di rumah dengan selamat. Setelah berbincang sebentar dan melempar gombalan, ia pergi ke kamar mandi. Badannya terasa liat oleh keringat bercampur lembab karena hujan.
Sehabis mandi, Gedang pergi ke ruang makan. Perutnya terasa keroncongan. Ia belum sempat menikmati menu yang ia pesan bersama Ambar di danau Ceria tadi karena keburu hujan. Sialnya, saat tudung saji dibuka, isinya kosong melompong.
"Kok nggak ada makanan sih?" Gedang kesal.
"Kenapa?" tanya Satria yang baru muncul dari belakang.
"Ini---" Gedang urung menyelesaikan ucapannya saat melihat Satria yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek. Wangi sabun langsung menyeruak menghinggapi indera penciumannya. Aroma yang segar, manis dan sekaligus jantan. "Makanannya mana? Kok nggak ada?" tanya Gedang dengan susah payah. Entah kenapa pikirannya mendadak berkabut melihat Satria pameran keindahan tubuh di hadapannya.
"Sudah habis," jawab Satria enteng seraya menuangkan segelas air putih.
"Habis gimana? Biasanya makanan kita banyak. Abang nggak mungkin menghabiskan makanan sebanyak itu!" Gedang berbalik dan menghela napas perlahan. "Jangan gila, jangan gila," gerutu hati kecilnya mengingatkan.
"Kenapa nggak? Lagian kamu jam segini baru pulang. Aku pikir kamu pasti sudah makan..."
"Belummmmm!"
"Emang pacar kamu nggak ngasih makan?"
"Tadi kita sudah pesan makanan. Sayang keburu hujan. Makannya nggak jadi!"

KAMU SEDANG MEMBACA
BANGSAT
RandomGedang tak habis pikir kenapa orang tuanya sepertinya sangat menginginkan ia menyukai laki-laki, padahal ia sendiri adalah seorang laki-laki juga. Hal itu bukan perasaan Gedang saja. Kenyataannya orang tuanya lebih menyukai kalau dirinya membawa tem...