Waktu semakin malam. Bahkan sudah hampir pagi buta. Namun Satria dan Gading terjaga sepanjang malam itu, bercerita banyak tentang kehidupan mereka di masa lalu. Saat mendengar kokok ayam dari kejauhan, Satria memutuskan mereka harus tidur.
"Besok kamu harus sekolah," kata Satria mengingatkan.
"Sekolah? Tapi bagaimana? Aku bukan Gedang..."
"Belajarlah untuk bersikap biasa mulai dari sekarang. Mau tidak mau kamu sekarang adalah Gedang. Semua orang tahu pemilik tubuhmu adalah Gedang, bukan Gading Cempaka..."
"Iya, Dinda mengerti..."
"Mari kita tidur..." ajak Satria sambil merebahkan diri ke ranjang.
Gading menatap tempat tidur dengan ragu-ragu.
"Kenapa? Ayo sini..." Satria menepuk ruang kosong di sampingnya.
"Kita berdua di sini?"
"Dinda, ingat, sekarang kamu itu bukanlah seorang putri. Tapi cowok, berusia 17 tahun. Jadi nggak usah sungkan. Kita sama-sama cowok sekarang."
Gading mangut-mangut.
"Ayolah. Mulai sekarang kamu harus terbiasa dengan keadaan..."
Gading menghela napas lalu masih dengan ragu-ragu merebahkan tubuhnya ke samping Satria. Ia memberi jarak beberapa senti dari tubuh Satria, tapi Satria dengan sigap memeluk tubuhnya. Bahkan ia memaksa Gading untuk rebah dengan posisi miring sehingga mereka berhadapan.
"Jangan macam-macam...!" ancam Gading.
Satria justru terkekeh.
"Tubuhku mungkin bisa berubah, tapi jiwaku tidak berubah sama sekali. Aku seorang putri yang beradab dan punya harga diri yang tinggi," terang Gading.
"Oh, ya?" Satria mendekatkan wajahnya ke wajah Gading.
Gading langsung mendorong wajah Satria menjauh. Setelah itu ia berbalik membelakangi Satria diiringi gumam tak jelas.
Satria tersenyum geli. Hatinya tergelitik untuk menggoda Gading. Ia bangun dan bermaksud menyentuh bahu Gading, saat sang putri menoleh setelah mendengar pergerakan Satria di belakangnya.
Satria dengan nakalnya menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Gading. Membuat sang putri membelalak. Ternyata itu belum seberapa. Dengan beraninya sang pangeran mendaratkan bibirnya ke atas bibir sang putri yang ranum. Bola mata Gading hampir melompat saking terkejutnya. Namun ia tak bereaksi apa-apa. Hanya diam membiarkan Satria melumat bibirnya yang masih terkunci rapat.
Perlahan-lahan Gading melemah, membuka tangkup bibirnya seraya memejamkan matanya. Membiarkan aksi nakal yang dilakukan sang pangeran sementara dalam penerimaan dan kepasrahannya ingatannya bergerak cepat, mundur ke belakang melintasi ruang dan waktu...
***
Gedang tersentak saat merasakan seseorang sedang menimpa tubuhnya. Oh tidak, bukan hanya itu. Ada sesuatu yang bergerak, berusaha menerobos memasuki mulutnya!!!
Ia melirik lewat ekor matanya dan mendapati seseorang sedang mencium bibirnya.
Bangsat! Makinya kesal. Siapa nih??!!!
Ia mendorong lelaki itu sekuat tenaga hingga lepas dari kungkungan tubuh lelaki kurang ajar itu. Setelah itu buru-buru bangkit dan melompat kelantai.
"Dinda...?"
Gedang menoleh.
"Dinda...?" Satria terkejut melihat sikap Gading yang tiba-tiba berubah.
"Bangsat?!" kali ini Gedang yang terkejut.
![](https://img.wattpad.com/cover/98701031-288-k712746.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGSAT
AcakGedang tak habis pikir kenapa orang tuanya sepertinya sangat menginginkan ia menyukai laki-laki, padahal ia sendiri adalah seorang laki-laki juga. Hal itu bukan perasaan Gedang saja. Kenyataannya orang tuanya lebih menyukai kalau dirinya membawa tem...