2. Just a matter of time

592 96 52
                                    


Radar, Keyza dan Adel sedang duduk di meja kantin sambil menyantap bakso sapi plus es teh manis. Suasana kantin memang gaduh, tetapi semua itu teralih oleh suatu hal.

Hampir semua cewek yang berada di kantin berlari menyerubung, mengerumuni sesosok laki-laki tinggi, kece dan cool. Radar berfiikir lelaki itu cogan sekolah.

"Eh, cowok itu siapa sih?" tanya Radar menyenggol lengan Keyza.

"Dia itu Davin Anugerah, ketua futsal sekolah. Gila coy, udah pinter, menang OSN tiap tahun, apa nggak pantes dibilang cogan?" jelas Keyza tanpa memandang kearah Radar, ia malah memandang kearah Davin.

"Cogan? dia nggak cogan menurut gue." cibir Radar.

"Aduh Radar...," pekik Adel menengok kearah Radar, mengacak-acak rambut Radar. "Selera lo yang kaya gimana sih? Davin gantengnya udah kaya prince charming gitu."

"Kaya dia mau aja sama lo." cibir Keyza kepada Adel.

"Guys, ke kelas yuk." Radar mengajak Keyza dan Adel. Mereka beranjak dari meja kantin, melangkah melewati cewek-cewek yang sedang mengerubungi Davin.

Sampai suatu ketika, mata Davin teralih kepada Radar. Perlahan, Davin melangkahkan kakinya mengikuti langkahan Radar dan teman-temannya.

"Eh lo, cewek kuncir satu yang lagi jalan!" panggilan Davin tersebut membuat Radar tersindir dan langkahnya terhenti seketika. Mengingat, rambutnya sedang dikuncir kuda.

Radar berbalik dan terkejut melihat Davin yang memanggilnya. "I..iya?"

Radar memandangi cewek-cewek yang mengerubungi Davin tadi, para segerombolan cewek-cewek itu seperti menatapnya iri.

"Lo anak baru ya?" Davin memerhatikan tubuh Radar dari atas hingga bawah. Lalu, lelaki itu tersenyum miring kearah Radar.

"Iya, gue baru pindah hari ini." balas Radar mengenyit.

Langkah Davin semakin dekat sampai-sampai Radar sedikit mundur. Namun, tangan Davin menahan Radar. Tangannya mengulur tajam menggemgam tangan Radar. Tatapan tajam Davin membuat Radar membeku seketika, lelaki ini tampak serius atau main-main?

"Lo itu tipe gue...," ucap Davin santai kemudian tersenyum licik. "Siapa nama lo?"

"Radar!" seru suara cempreng Adel membuat Davin menoleh.

"Radar?" Davin mengalihkan pandangannya lagi kearah Radar. "Lo milik gue. Lo tau 'kan, gue bisa lakuin apa yang gue mau."

Davin melepaskan gemgaman tangannya. Davin berhasil membuat Radar tegang setengah mati. Sedangkan, seisi kantin tercengang dengan insiden Davin tersebut.

Perlahan, langkah Davin menjauh meninggalkan Radar yang masih sedikit membeku. Seluruh cewek menatap Radar dengan tatapan iri. Karena, mustahil sekali murid pindahan dengan singkat bisa mencuri hati ketua futsal yang berprestasi seperti Davin?

Sumpah demi apapun, Davin adalah orang pertama yang memperlakukannya seperti ini.

INCREDIBLE THINGS


Bel pulang sekolah otomatis perlahan berbunyi. Bagi siswa SMA Bhineka Bangsa, bel berbunyi adalah suara paling merdu untuk didengar. Rasanya, beban berat di sekolah sudah hilang.

Radar melangkah perlahan keluar ruangan kelas, menatapi siswa siswi saling bercengkrama.

Sampai suatu ketika pandangannya teralih kepada Findo yang berjalan melangkah dengan headset di kedua telinganya, tak lupa dengan jaket kulit hitam yang melapisi seragamnya.

Benak Radar terus mendorongnya untuk mendekati Findo, perlahan.. Radar seperti membuntuti Findo dari belakang.

Sampai suatu ketika langkahnya terhenti, ketika melihat seorang cewek menghampiri Findo dan berjalan dengannya. Namun, Radar teringat dengan satu hal.

Salma

Yang ada di pikiran Radar sekarang adalah, apa Salma dan Findo pacaran?

INCREDIBLE THINGS


Cafe 99's

Suasana begitu canggung, Findo dan Salma duduk berhadapan di meja cafe. Di cafe ini, rata-rata pengunjung nya adalah para pelajar yang sehabis pulang sekolah. Termasuk mereka.

Salma menatap Findo yang sedang tertunduk fokus memainkan ponselnya, jemarinya gesit memainkan sebuah permainan.

"Fin..," panggilan Salma membuat Findo teralih. "Gue mau ngomong serius sama lo."

Findo menarik nafas, ia fikir perempuan ini terlalu lebih mengharapkannya. Salma memang menyukai Findo sejak lama. Tetapi, Findo tidak merasakan apa yang salma rasakan padanya. Sebenarnya, Salma cantik, tetapi tidak ada yang spesial dari diri Salma menurut dirinya. Mereka hanya lebih pantas menjadi kakak adik.

"Sal..., lo itu cantik. Banyak cowok yang ngedeketin lo, kenapa harus gue?" suara Findo terdengar familiar di telinga Salma.

Pertanyaan bodoh itu terdengar memaksa. Rasanya, ratusan pisau itu sudah menyayat hati Salma sekarang, itu menyakitkan bagi seorang perempuan.

"You not understand?  Davin dulu mau sama gue." Salma menangis, isaknya terdengar memilukan. "APA KURANG GUE FIN? APA?! SAMPE LO TEGA GANTUNGIN GUE?"

"Sal, lo kok nangis?" Findo menarik nafas, mustahil sekali jika Salma menangis karena dirinya. Findo berusaha menenangkan salma dengan baik-baik agar para pengunjung cafe tak kira mereka seolah-olah seorang kekasih yang berkelahi.
Findo mendengus kesal, "Sal, gue nggak pernah gantungin lo. Bukannya dari dulu, lo 'kan? yang deketin gue duluan?"

Salma terdiam, lalu tangannya mengulur meraih selembar tissu untuk menghampus air matanya. Matanya sembab menatap Findo dengan penuh kekecewaan.

"Gue nggak bermaksud nyakitin lo sal..," raut wajah Findo tetap tidak bisa terbaca, lelaki itu tampak menolaknya secara halus. "Gue cuman nggak mau, kalo gue pacaran sama lo cuman buat makan hati doang."

Salma mengalihkan pandangannya dari mata Findo, ia berusaha menahan air matanya untuk mengalir. Ia berusaha terlihat tegar di depan Findo, walau kenyataanya sakit.

Dari tatapan Findo kearahnya, terlihat jelas bahwa tidak ada raut wajah  bersalah dalam dirinya. Jelas, lelaki itu tidak mencintainya.

"Salma," panggil Findo sambil menggengam sebelah kanan tangan Salma, berusaha membuatnya percaya. "Maafin gue tapi.., ini masalah waktu."

Tak lama kemudian, Findo berdiri. Meninggalkan Salma yang terpaut dalam kesedihan. Meskipun berat bagi Findo, tetapi ia tak bisa membohongi perasaannya sendiri.

Salma masih membeku, mungkin Findo belum tahu rasanya jadi perempuan bila diperlakukan seperti itu. Sakit.. rasanya seperti ratusan pisau menyayat-nyayat hati. Tapi, apa boleh buat.

INCREDIBLE THINGS

INCREDIBLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang