30. Karena Gibran

187 26 10
                                    

Budayakan vote&comment. Jangan lupa play musik di media yaa.

-Author

INCREDIBLE THINGS

RADAR mengatur jam digitalnya untuk berbunyi pukul 6 pagi. Untung saja panasnya kini sudah turun, hanya sedikit pusing sedikit. Tapi tak apa, mungkin hanya tidur sampai besok pusingnya sudah hilang.

Ia meraih ponselnya dan membuka aplikasi pesan, entah kenapa wajahnya sedikit tersenyum sedikit melihat suatu hal. Sambil membaringkan tubunya di ranjang sejenak.

Davin : Sombong amat nih manusia nggak sms gua:')

Radar : gt y

Davin : Singkat amat balesnya kaya sms pembantu gua😩

Radar : Ydh sms ae ama pembantu lo

DavinGalak amat mba, lagi PMS ya?

[Just read]

Radar hanya menyengir melihat unggahan foto tersebut. Lalu perhatiannya teralih ketika mendengar suara ketukan pintu terdengar.

"Masuk," sahut Radar segera.

Seseorang membuka pintu, terlihat sepasang kaki memasuki ruangan. Sepasang kaki yang sangat dikenalnya yaitu sepasang kaki ibunya.

"Radar, mama mau ngomong." ucap Ralina pelan.

"Ngomong apa ma?" balas Radar sembari duduk di ujung ranjangnya.

Ralina duduk di sebelah Radar. "Besok malem, kamu ikut mama ya. Mama mau ngenalin kamu sama seseorang."

"Mama mau jodohin aku?"

Ralina menggeleng pelan. "Nggak lah, mama cuman mau ngenalin kamu sama 'calon papa' tiri kamu."

"Calon papa tiri aku?" Radar mengenyit heran. "Mama mau nikah lagi?"Radar menatap Ralina dengan selidik.

Ralina mengangguk pelan. "Iya lah sayang, nggak apa-apa 'kan?"

Radar tersenyum lirih sambil mengelus-elus lembut tangan ibunya itu. "Nggak apa-apa, asalkan mama, aku, Kak Radit bisa terus bareng."

"Mama harap keluarga kita bisa lengkap, dengan adanya papa tiri kamu sama anaknya. Dia duda, mama udah sering ke rumahnya dan ketemu anaknya. Dan anaknya baik banget, mama yakin dia akan jadi saudara yang baik untuk kamu." jelas Ralina sambil mengelus-elus rambut hitam pekat Radar.

"Rencananya mau lamaran dulu, atau langsung ke pernikahan?" tanya Radar spontan. Yang menbuat penjedaan pikiran Ralina berlangsung beberapa detik.

Ralina menghembuskan nafas pelan. "Mama nggak tau, kalo mama maunya langsung ke pernikahan. Tapi kalo menurut 'kalian' lebih baik lamaran dulu, itu lebih bagus, mama nurut aja."

Radar menggenggam erat tangan Ralina sesaat. "Apapun pilihan mama, aku pasti dukung."

"Maaf kalo belakangan ini mama jarang banget pulang ke rumah, ngurusin kalian."

INCREDIBLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang