37. A Fragile Soul

179 22 3
                                    

BUDAYAKAN VOMMENT YAA BIAR MAKIN CEPET UPDATENYAA😘😘

---♡♡---

"Mudah bagimu untuk meninggalkan ribuan perempuan, tetapi kamu tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan mereka. Terpuruk dalam jiwa yang rapuh."

-(Karina Arvina)-

INCREDIBLE THINGS

"KARIN!" teriak Radit begitu melihat perempuan itu pingsan. Lelaki itu lantas mengangkat tubuh perempuan itu dan berniat menbawanya ke rumah sakit.

Namun, Radit teringat. Bahwa dia membawa motor. Tidak mungkin jika ia membawa tubuh Karin yang sedang tidak sadarkan diri ke rumah sakit dengan motornya.

Radit panik, ia segera membaringkan tubuh perempuan itu. Mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sana. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Radit menekan papan tombol untuk menelpon ambulan.

"Halo?" Radit bernada panik sambil menempelkan ponselnya ke telinganya. "Temen saya pingsan mbak, di Kota Tua. Sekarang!"

Ketika pihak rumah sakit sudah mengatakan akan datang sebentar lagi. Radit segera menutup telefonnya dan mengelus-elus tangan Karin agar perempuan itu tetap baik-baik saja.

Lima menit kemudian, suara sirine ambulan terdengar. Ambulan pun segera tiba. Paramedis langsung dengan gesit mengangkat tubuh Karin dan membaringkan tubuh perempuan itu kedalam mobil ambulan.

Dengan langkah yang cepat, Radit melangkah menuju motor Harley Davidson nya. Lelaki itu segera memakai helm dan mengikuti ambulan yang membawa Karin menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Radit hanya duduk terpaku di kursi tunggu. Entah berapa jumlah liter keringat dingin yang keluar dari tubuh Radit sekarang, tidak sebanding dengan rasa panik dan khawatirnya saat ini.

Matanya melirik kearah jam dinding rumah sakit, ternyata sudah jam setengah delapan malam. Apa yang dikatakan ibunya jika sekarang ia belum pulang? Ah, masa bodoh dengan itu. Sekarang ia harus
memastikan keadaan Karin baik-baik saja.

Suara decutan pintu berbunyi, seorang pria yang berjas dokter yang berusia sekitar lima pulih tahunan itu keluar dari ruang tempat Karin berada. Radit yang melihatnya, langsung melangkah mendekati dokter itu.

"Dok, gimana keadaan Karin?" tanya Radit bernada panik.

"Kamu ini suaminya?" tanya dokter tersebut sambil melepas kacamatanya.

       Mata Radit membelak terkejut ketika mendengar kata 'suami'. "Saya pac.. saya temennya, dok." jawab Radit.

"Begini," ucap dokter tersebut sambil menepuk pundak Radit. "teman kamu terkena penyakit usus buntu. Mungkin, pola makannya yang nggak teratur atau dia sedang stress. Tapi saya minta sama kamu, kamu cepat-cepat hubungi keluarga atau ayahnya. Karena dia harus cepat-cepat dioperasi. Operasi nggak akan berjalan jika belum ada persetujuan dari keluarga. Saya minta tolong sama kamu. Dan untung saja dia pingsan tadi, kalau nggak dia akan ngeluh sakit yang luar biasa di bagian perutnya. Jadi untuk sementara saya bius dulu. Jadi, kamu bisa hubungi orangtuanya atau keluarganya sekarang?"

Radit mengangguk. "Baik, dok. Saya akan menghubungi ayahnya."

Dokter tersebut mengangguk paham sambil tersenyum. "Yasudah, kalau begitu saya tunggu lima belas menit ya."

Ketika doker tersebut sudah melangkah menjauh. Radit hanya terdiam, sejujurnya ia ingin menangis dengan keadaan Karin sekarang. Cukup memilukan, seandainya dulu ia tidak mempermainkan Karin seperti itu. Semua tidak akan seperti ini.

INCREDIBLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang