3. Wanted to know him

404 83 26
                                    

ALARM digital yang berbunyi, membangunkan Radar dari tidurnya yang nyenyak. Mengingat, hari ini adalah hari keduanya di sekolah. Rasanya, semangat itu sudah hilang. Lantas, Radar menarik selimut dan melangkah menuju kamar mandi.

Hoaaammm...

Ia berjalan kearah kamar mandi berukuran 3x3 m². Disamparkannya handuk di gantungan. Sekarang, ia sudah berdiri tepat di shower yang hangat.

Tetapi jujur, Radar lebih suka kamar mandi dan keadaan kamarnya yang sekarang. Lebih minimalis dari rumahnya yang lama. Radar lebih nyaman tinggal disini, hanya perlu beradaptasi saja.

Tubuhnya mulai terasa segar. Matanya sudah tak lagi lemas saat bangun. Radar sudah memakai seragam putih dengan rok abu-abu. Tak lupa, dilapisi boleh cardigan abu-abu favoritnya. Yang suka ia pakai sejak SMP. Karena, udara di Bandung yang dingin, tak salah jika ia memakai cardigan sebagai penghangat tubuhnya dulu.

Untuk melepas kerinduannya pada kota Bandung, ia tetap memakai cardigan berbahan wol ini ke sekolah barunya.

"Good morning mamahh..," sapa Radar sambil mengecup rambut Ralina.

"Too sayang.." sapa Ralina balik.

"Tumben ceria amat," ucap Radit, kakak Radar yang hanya selisih dua tahun lebih tua dari Radar. Radit kelas dua belas, berbeda sekolah dengan Radar.

Radar menyengir, "Dari pada cemberut, cepet tua."

Keadaan keluarga Radar bisa dibilang cukup harmonis. Karena, ibunya yang menjadi single parent selama 8 tahun. Bisa dibilang, Ralina sangat sibuk.

Tetapi, ia selalu membagi waktunya dengan kerja dan keluarga.

INCREDIBLE THINGS

Radar meraih jam tangan yang berada di sebelah tangan kanannya. Tepat sekali! ia datang lima menit lebih awal sekarang.

Radar berjalan menuju koridor, langkahnya melambat ketika melihat segerombolan berandalan mejeng di koridor menuju kelasnya. Mengingat, ia sedang berjalan sendiri.

Tak lama kemudian, salah satu dari anak berandalan itu mendekati langkahnya kearah Radar.

Baju lelaki itu tidak dimasukkan, rambutnya acak-acakan, kancing setengah kebuka. Lelaki itu menghisap rokok lalu mengembuskannya ke wajah Radar.

Radar mendengus kesal, ia berusaha menghindar. Namun, lelaki itu menghalanginya.

"Mau kemana cewek?" goda lelaki berandalan itu.

Radar hanya terdiam membeku, ia ketakutan. Ternyata masih ada juga anak berandalan di Jakarta. Ia berharap tidak akan ke koridor ini lagi sendirian.

"Kalo ditanya itu dijawab woy, lo bisu ya?" tegurnya. Namun, Radar tetap tidak menjawabnya.

Selesai merokok, lelaki berandal itu membuang rokoknya lalu menginjaknya. Kemudian, lelaki itu mengarahkan matanya kearah Radar. "Nasib lo bakal kaya rokok itu kalo lo nggak jawab pertanyaan gue."

Radar menelan lidahnya, dirinya masih membeku dan ketakutan. Perhatiannya teralih ketika ada suara langkah kaki mendekat dari belakang. Radar membalikkan tubuhnya ke belakang dan ternyata...

Findo

Sontak, Findo dengan tas ransel hitam dan dilapisi jaket kulitnya, meraih tangan Radar dan menatap lelaki berandalan itu. "Dion! dia anak baru, nggak usah ganggu dia." ucap Findo dengan tegas membuat pipi Radar memerah.

Findo menarik tangan Radar, mengajaknya pergi menjauh. Findo membawa Radar menuju jalan pintas untuk masuk ke kelas. Ketika sudah sampai di kelas, Findo menghentikan langkahnya dan melepas gemgamannya.

Findo menarik nafas dengan raut wajah yang flat, "Lain kali hati-hati, ya. Kalo mau kesini, jangan sendiri."

Radar merengguk sambil tersenyum, menatapi Findo dengan wajah flat nya. "Ngga apa-apa sih. Tapi..., makasih banget ya, lo udah nolong gue. Nggak tau deh apa jadinya gue kalo nggak ada lo tadi."

"Gue nggak nolongin lo, gue cuman nggak suka ada cewek digituin." jawabnya santai.

Berati dia tolong gue cuman karena kasian?

Raut wajah Radar yang tadinya tersenyum, sekarang menjadi datar seperti Findo.

"Yaudah, gue ke kelas dulu." ucap Radar sinis.

INCREDIBLE THINGS

Suasana kelas begitu hening, sekilas cahaya menembus jendela menerangi ruangan kelas IPA-1 yang gelap. Semua siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan Pak Hendra.

Sementara Radar sedang memperhatikan Findo, selama Pak Hendra sedang tertidur. Findo duduk di barisan kedua, lelaki itu tampak fokus pada tugas yang ia kerjakan. Melihat Findo, menjadi membuat Radar ingin tahu lebih tentangnya.

"Key," panggil Radar menepuk pundak Keyza yang berada di depannya.

"Ya. Kenapa, dar?" Keyza berbalik badan.

"Findo itu orangnya kaya gimana, sih?" ucap Radar dengan nada berbisik. Mengingat, kelas ini begitu hening.

Keyza tertawa sedikit, "Kenapa, dar. You're falling with him?"

Radar mendengus, "Nggak! gue cuman pengen tau aja. Gue serius nih."

"Findo itu anak paling pendiem dikelas, nggak terlalu pendiem banget sih, masih suka bergaul kok.Terus baik kok anaknya, suka nolongin orang. Selain baik terus tampangnya cool, dia itu pinter lagi... semester kemarin dia ranking satu." jelas Keyza yang membuat Radar tercengang.

"Terus..., dia pernah pacaran?" tanya Radar lagi.

"Pacaran?" Keyza menyengir. "Tuh anak dari lahir belum pernah pacaran, tapi banyak cewek yang ngedeketin."

Mendengar jawaban Keyza, Radar jadi teringat sesuatu. Salma.

"Oh iya Key, satu lagi..,siapa itu Salma?"

"Salma itu cewek yang deketin Findo, tapi digantugin sama Findo." Keyza menggeleng-geleng kepala dengan tatapan miris kearah Findo. "Gila ya.., si Salma itu cinta mati banget sama si Findo sampe dia nembak Findo tiga kali."

"TIGA KALI?" ucap Radar kaget, suaranya begitu keras sampai diperhatikan seisi ruangan kelas.

"Siapa itu?" kata Pak Hendra yang terbangun dari tidurnya.

"Saya, maaf pak." kata Radar dengan raut wajah bersalah.

"Yasudah, jangan diulang lagi."

INCREDIBLE THINGS

INCREDIBLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang