BEL pulang sekolah berbunyi, dengan semangat yang tinggi. Para siswa keluar daei kelas.
Davin yang menatap Radar sedang berjalan sendiri di koridor, perlahan mendekatinya. Melihat, wajahnya sedikit datar.
"Dar, kenapa lo?" tanya Davin mengenyit.
Sebenarnya, satu kata yang ada di benaknya kini adalah kesal. Bagaimana tidak, buku catatan hitam kecilnya hilang apalagi itu salah satu buku curhatan yang ia punya. Bagaimana jika seseorang tahu aibnya?
Radar menggeleng, "Ngga apa-apa."
"Gimana soal orang yang teror lo, ketemu nggak orangnya?" Davin bertanya.
"Boro-boro," Radar mendengus kesal. "Males lah gue. Gini ya vin, mending lo jauh-jauh deh dari gue biar si cewek peneror itu ngga ngelakuin hal-hal aneh lagi."
"Kenapa gitu?" Davin menaikkan srbelah alis dan tampak bingung. "Lo aja belum ngasih tau gue SMS dari si peneror itu."
Radar mengayunkan tangannya, menepuk jidatnya. Sejauh mana ia terlalu memikirkan Findo sampai lupa memberitahu Davin soal SMS itu.
Radar meraih ponsel yan berada di saku seragamnya. Jemarinya menggeser layar ponsel menuju aplikasi pesan.
"Nih," Radar memberikkan ponselnya, menunjukkan Davin SMS dari si peneror itu. "Lo nggak tau ya, peneror itu udah naro bangke cicak di loker gue. Terus, buku catetan item gue pake ilang segala. Itu pasti ulah dia deh, pasti."
"Kamu, Eh... Qmuh gx Ush sok K3c4ntIk4n d3chhh jd cw3!!! gx ush d3ktin Davin cwo qhh! loe th ank bru gx ush belaguk yhh!! L14t ap yg bak4l gw lakuin ke loe kLo Loe deketin Davin!!!"
Davin terkekeh melihat pesan tersebut, ia mengembalikan ponsel Radar. "Gue yakin, ini pasti dibuat-buat."
"Maksud lo?"
"Gini deh.., gue akan bantu lo nyari pelakunya. Kalo gue berhasil, lo harus jadi pacar gue. Setuju?" Ia tersenyum kecil kepada perempuan di hadapannya.
Sebuah keputusan sulit bagi Radar, ia harus memilih menemukan pelaku teror itu atau pacaran dengan Davin yang jelas-jelas cowok yang ia cintai.
Radar merengguk lalu menyodorkan tangannya kearah Davin. "Gue setuju."
Davin menyodorkan tangannya balik, mereka membuat kesepakatan walau Radar terpaksa. Tetapi, hanya ini salah satu cara Davin untuk mendapatkan Radar.
Ya, walau sebenarnya Radar tak yakin jika Davin bisa menemukannya. Jika berhasil, mau nggak mau Radar harus jadi pacarnya.
INCREDIBLE THINGS
Radar menatapi dirinya di depan cermin lemarinya. Cerminnya memang berhadapan dengan ranjangnya, jadi setiap bangun tidur Radar suka jijik melihat dirinya sendiri di depan cermin.
Tak lupa, Radar memakai setelan kaos hitam polos yang dilapisi dengan jaket jeans dan celana jeans panjang.
Ia melirik jam dinding kamarnya, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Lantas, ia meraih ponselnya dan mengirim pesan kepada Keyza dan Adel.
Radar : Woy.
Radar : Woy.
Radar : Key, lo dimana?
Keyza : Ini mau otw, gue bawa mobil.
Radar : Wtf bawa mobil? 16 tahun ae belum lo
Keyza : Wetsett... bentar lagi coy.
Lima belas menit kemudian, suara klakson mobil itu berbunyi. Maka, Radar segera meraih tas selempang kecilnya dan berlari menuruni tangga.
"Widih..." Radit bersiul menatapi Radar dengan pakaian modis. Radit yang hanya memakai boxer bergambar doraemon dengan kaos oblong putih polos. "Mau kemana neng?"
Radar membelak kedua bola matanya. "Kalo mama nanyain, bilang aja. Aku lagi ke School Festival, nanti jam 8 pulang dianter Keyza."
"Woy, gua juga mau kesana. Gua mau ngeband, dasar pelupa!" teriak Radit kesal. "Gua tempatin lo ke panti jompo juga."
Radar mendesah pelan. "Ah, udah lah. Males gue basa-basi sama lo. Gue cabut"
Ketika Radar membuka pintu, Radit melihat mobil yang ada di depan. Ia fikir, dari pada boros bensin lebih baik berangkat bareng Radar dan teman-temannya saja.
"Woy...woy," panggil Radit membuat Radar menoleh. "Itu mobil temen lo?"
Radar merengguk, "Iya.."
"Gue ikut." balas Radit spontan. "Bilang sama temen-temen lo tunggu, gue mau ganti baju."
"Apaan sih lo, jadi cowok nggak modal amat. Lo kan ada motor!"
"Lo nggak tau, harga BBM lagi naik. Kalo gue naik motor, yang ada gue boros bensi. Gue kan anak soleh, jadi nggak mau nyusahin mama." jelas Radit tersenyum puas.
"Iih... cepetan." pekik Radar kesal.
Radar masuk kedalam mobil Keyza dengan perasaan kesal. Apalagi, ia khawatir jika kakaknya itu berbuat aneh-aneh atau berbicara tentang aibnya.
"Kenapa, dar?" tanya Keyza menoleh ke belakang, menatap raut wajah Radar yang cemberut.
"Itu Kak Radit, kakak gue. Masa dia mau nebeng." pekik Radar.
"Hah?" kata Keyza terkejut, lalu menatapi bagasi di rumah Radar ada sebuah motor terparkir. "Itu ada motor."
"Hemat bensin katanya." jawab Radar membelakkan matanya.
Adel bersuara, "Udah lah, dar. Kakak lo ini, awas aja kalo dia mesum. Turunin aja."
"Heyy, wazup. Ayo berangkat." sapa Radit yang tiba-tiba masuk dengan kaos oblong putih yang dilapisi dengan boomber jacketnya.
"Bersik lo, kampret." ucap Radar dengan nada mengejek
"Heh, udah-udah. Kakak adek nggak pernah akur, tobat dah lo berdua." kata Adel.
INCREDIBLE THINGS
Sesampainya di lokasi festival, mereka berempat turun. Dan Radit langsung pergi saja tanpa pamit.
"Eh, gila tuh ya kakak lo. Maen pergi aja nggak pamit, makasih aja enggak." Keyza menatap Radit yang berjalan menjauh.
"Jadi nggak cuman gue? doang kan yang kesel sama dia. Lo baru liat dia sehari aja udah dibikin kesel, apalagi gue." jawab Radar.
"Woy, gue laper. Ke food street sana yok, gue mau bakso tusuk." keluh Adel sambil mengusap-usap perutnya.
"Yaampun, del. Baru aja sampe disini lo udah mau makan aja, perut lo eror ya?" protes Keyza. Menurut Keyza, Adel adalah temannya yang paling doyan makan. Tapi, badannya nggak gendut-gendut.
Aroma bakso tusuk itu terhirup lezat, sampai-sampai ingin melahapnya sampai habis. Sang penjual bakso tusuk tesebut memberikan bakso tusuk tersebut kepada Adel, Keyza dan Radar. Lumayan, hanya lima ribu untuk isi perut.
Ketika Radar sedang asik menyantap bakso tusuk yang dibelikan Adel, seketika notifikasi pesan ponselnya berbunyi. Lantas, ia membuka resleting tas selempangnya dan meraih ponsel nya.
Jemarinya gesit menggeser layar menuju aplikasi pesan.
1 pesan dari Findo.
INCREDIBLE THINGS
Vote+comment ya tq
-author
KAMU SEDANG MEMBACA
INCREDIBLE THINGS
Fiksi Remaja[Revisi setelah tamat] "Semua berubah semenjak aku bersamanya." -Radara Andaragita- "Aku cinta kamu, hanya tiga kata itu yang selalu ada dipikiranku untuk kamu. Aku akan mengutuk diriku sendiri jika aku menyakiti kamu." -Davin Anugerah- "Seandainya...