44. WISH YOU WERE HERE

198 18 4
                                    

Budayakan vomment yaa!

"Terkadang mendengar kabarmu saja sudah membuatku merasa bahagia, apalagi bertemu dan memelukmu."

-(Bukaan 8)-

INCREDIBLE THINGS

DITENGAH-tengah tangis Daniel, tanpa sadar. Jemari Davin tergerak sedikit, lalu tangannya terangkat pelan meraih tangan ayahnya itu. Davin yang tadinya tidak sadarkan diri perlahan membuka mata dan mulai bersuara. "Davin.. udah.. maafin papa."

Tangis Daniel terhenti ketika mendengar suara itu.

"K..kamu udah sadar?" mata Daniel membelak terkejut. Namun, raut wajah Davin masih datar seperti sedang berusaha mengigat sesuatu.

Daniel segera menekan stop-kontak untuk memanggil dokter, dua menit kemudian. Dokter masuk dengan didampingi perawatnya.

Dokter tersebut langsung mengecek kedua bola mata Davin, dan bertanya. "Nama kamu?"

"Davin, dok." jawab Davin pelan.

"Siapa dia?" tanya dokter tersebut menunjuk kearah Daniel.

"Papa, dok."

Dokter tersebut tersenyum bahagia kearah Daniel. "Syukurlah, pak. Dia sudah sadar, dan alhamdulillah. Dia nggak amnesia, dia hanya butuh istirahat yang cukup dan makan tang teratur, mungkin tiga atau empat hari lagi dia bisa pulang. Tapi kalau sekolah, mungkin nanti dulu. Biar dia nggak terlalu banyak mikir, nanti malah stress lagi."

"Terimakasih, dok." ucap Daniel.

"Sama-sama, pak." balas dokter tersebut lalu melangkah keluar.

Beberapa detik setelah dokter tersebut keluar, pintu berdecit kembali menandakan seseorang yang masuk. Dia adalah Fanny.

"Kamu udah sehat?" tanya Fanny ramah kepada Davin.

Davin mengangguk lalu tersenyum ramah. "Iya, mah."

Ma. Satu kata berjuta makna di pikiran Fanny sekarang, baru kali ini Davin memanggilnya dengan sebutan 'Ma'. Sambil menyentuh jemari tangan Davin, Fanny mulai bersuara. "Kamu mau apa? biar mama beliin ya."

"Aku boleh minta satu?" tanya Davin.

"Minta apa sayang?"

"Aku mau mama damai sama Findo dan papanya."

Keheningan berlangsung selama kurang lebih lima detik.

"Davin, kamu habis mati suri atau gimana sih?" tanya Daniel heran.

Sedangkan Radar, hanya menatap Davin dari jendela ruang ICU. Ia menangis bahagia melihat Davin sudah sadar sekarang, ia ingin masuk, tapi ia sedikit takut.

Radar melangkah mundur dari jendela ruang ICU, lalu langkahnya menderap melamgkahi koridor menuju pintu keluar rumah sakit.

"Loh, kamu mau kemana?" tanya Gita seraya mengikuti langkah Radar. Langkahnya berhenti ketika Radar berbalik.

"Aku mau pulang tante, mama mendadak nyuruh aku pulang. Nggak tau kenapa, tapi aku cuman bisa titip salam aja ya untuk Davin, aku ikut seneng dia udah sadar lagi." Radar mengukir senyuman manis di wajahnya, lebih tepatnya senyuman palsu.

"Kamu yakin nggak mau ketemu Davin dulu?" tanya Gita sedikit menekan nada bicaranya.

Radar menggeleng. "Nggak tante, aku pamit dulu ya."

"Yaudah, kalo gitu hati-hati ya."

INCREDIBLE THINGS

Radar telah tiba di rumahnya menggunakan taksi online. Perempuan itu lalu melirik jam tangannya, ternyata sudah jam sebelas. Bosan, tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

INCREDIBLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang