17. We Could Be

236 43 29
                                    

SINAR matahari perlahan mulai hilang, pertanda malam akan datang. Radar terus  melirik jam dinding kamarnya, menungggu Findo datang.

Tok.. tok.. tok

"Dek, ada temen kamu tuh.. katanya namanya Findo. Kamu turun gih, kasian temen kamu itu nungguin." suara Ralina terdengar dari luar.

       "Iya ma, tunggu sebentar." gumam Radar sambil melangkah menuju kaca lemarinya, merapi-rapikan rambutnya. Lalu, ia meraih buku sejarah dan berlari ke ambang pintu, mendapati mamanya masih  berada diluar pintu. "Loh, kok mama masih disini?"

"Kamu ini kok punya temen cowok sama pacar ganteng-ganteng sih? kasih mama satu dong, jangan rakus." ucap Ralina menyenggol lengan Radar.

Radar mendengus. "Ah.. mamah, jangan gitu. Mereka semua kan masih perjaka."

"Aw..." keluh Radar kesakitan ketika Ralina mencubit lengannya. "I.. iya mah, aku nggak bermaksud ngehina kok."

Ralina melepas cubitannya. "Makanya kamu tuh, dasar anak durhaka."

INCREDIBLE THINGS

"Cie.. kena marah mama." goda Findo yang masih terduduk sopan di sofa ruang tamu.

"Biarin aja," balas Radar acuh. Ia duduk di sofa bersebelahan dengan Findo. Berusaha merapatkan posisi duduknya dengan lelaki itu. "Lo udah cari bahannya?"

"Udah, jadi tinggal di paste terus print." ucap Findo sambil membuka mac-booknya.

Lelaki itu mengarahkan matanya kearah Radar. "Jadi, lo malem minggu di rumah aja gitu?" lelaki itu kembali menatap mac-booknya. "Nggak jalan sama pacar lo?"

Radar menggeleng sambil membuka lembaran bukunya, "Ngapain, Davin itu ngga asik."

Findo menekan nada bicaranya. "Kalo mau yang asik, sama gue."

Deg

Ting... Tong

Perhatian keduanya teralih dengan suara bel pintu tersebut. Tak lama kemudian, pintu terbuka. Sopan sekali orang itu, membuka pintu rumah orang seenaknya?

Ternyata Davin. Ia terlihat membawa tas ransel.

        Radar meringis. "Ih, Davin lo ngapain sih? gue lagi kerja kelompok."

"Gue kan pacar lo." jawab Davin sambil meletakkan tas ranselnya di sofa. "Gue nggak mau kalo cewek gue berdua sama cowok lain, bukan muhrim."

Findo bersuara. "Terus lo mau ngapain? duduk-duduk gak jelas aja gitu?"

"Diem lo." balas Davin ketus sambil mengeluarkan buku fisika dari dalam tas ranselnya. "Gue juga mau belajar."

"Serah lo, vin." jawab Radar seakan tak peduli.

Findo menutup macbook nya dan mulai bersuara. "Dar, lo punya printer nggak?"

           "Waduh.., gue nggak punya. Apa print di warnet aja?" usul Radar.

"Oke." balas Findo setuju. "Yok, gue anter lo ke warnet sekarang."

              "Eh..eh, mau kemana?" cegah Davin.

"Mau ke warnet. Ngeprint tugas." jawab Radar singkat.

"Gue ikut." ucap Davin spontan. "Naik mobil gue aja."sebenarnya plan Davin adalah sesudah mengantar Radar ke warnet, mengajaknya ke suatu tempat untuk malam minguan.

INCREDIBLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang