29. Fragments of Memory

208 28 4
                                    

(*Part edisi syukuran cover baru*😅)

INCREDIBLE THINGS

SESAMPAINYA di sekolah, Radar langsung menelpon Radit untuk menjemputnya. Ia melirik jam tangannya dan melihat sudah pukul 5 sore.

Radar : Woy lemper, buruan jemput gue disekolah.

Radit : Yah, lo udh pulang?

Radar : Yaiyalah kampret, buruan gue ngantuk nih.

Radit : Yaelah, gue kira lo disana seminggu, gue udh seneng2 disini gaada lo. Kalo bisa setahun dah lo dihutan sana.

Radar : Gak ush banyak bacot, buruan jemput.

"Dar, lo mau nggak pulang bareng gue? tapi gue dijemput bokap." tawar Davin.

Radar menggeleng pelan. "Nggak, makasih Dav. Gue udah dijemput kakak gue kok."

Davin mengangguk paham. "Oh, yauda kalo gitu. Gue duluan ya." pamit Davin lalu masuk ke mobil avanza putinya.

Melihat Findo sedang menyalakan mesin motornya sambil mendengarkan musik melalui head-phone nya. Radar segera melangkah menuju Findo dan menepuk pundaknya. Hal tersebut membuat lelaki itu refleks menoleh dan melepas head-phone nya.

"Fin," tegur Radar halus. "Gue minta maaf soal waktu itu di camp. Gara-gara kelebay an gue, lo sama Salma nyaris berantem."

Findo mengangguk pelan. "Nggak apa-apa, lo nggak perlu minta maaf."

Suasana terasa canggung, sampai akhirnya Findo bersuara lagi. "Gimana hubungan lo sama Davin, Dar?"

Deg

Pertanyaan yang aneh menurut Radar, memang aneh. Apa Findo sudah kehabisan kata-kata untuk bertanya?

"Sejauh ini.. adem-adem aja sih gue sama dia. Yah, walau itu dia sempet jealous gara-gara gue keasikan ngobrol sama temennya, si Gibran. Padahal si Gibran cuman mau nawarin gue buat diajarin fotografi doang." jelasnya sambil menatap fokus mata hitam pekat Findo yang terpapar cahaya sinar matahari sore.

"Lo yakin?" Findo tampak tertawa sedikit meremehkan. "Ini ada tanda-tanda orang ketiga kayaknya."

"Apaan sih lo, ngaco banget." cibir Radar. "Lagian, nggak mungkin Gibran gitu aja jadi orang ketiga. Nggak mungkin."

"Tapi bisa jadi, 'kan?"

Radar terdiam, tetapi ucapan Findo ada benarnya juga. Bagaimana jika maksud Gibran untuk mengajarnya fotografi ada maksud lain? apalagi benar juga kata Davin, cara Gibran menatapnya itu beda.

Pandangannya terali ketika suara klakson motor terdengar, ternyata itu Radit, kakaknya.

"Oh iya Fin, gue duluan ya."

"Iya Dar, bye.

INCREDIBLE THINGS

Sesampainya di rumah, Radar memilih untuk langsung stay on sofa sambil menonton channel favoritnya National Geographic. Menonton tentang kehidupan reptil dunia.

Ting..tong..

Suara bel pintu itu mengalihkan perhatiannya, lantas ia melangkah ke pintu utama rumahnya. Walau ia sedikit malas gerak.

"Kak Kanya?" ucap Radar terkejut ketika soaok yang datang adalah Kanya, teman masa kecil Radit selama di Bandung dulu sekaligus teman Radar juga. Kanya dan Radit satu sekolah jadi selama di Bandung dulu, Radar jadi jarang sekali bertemu.

INCREDIBLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang