12. Weird

234 46 6
                                    


RADAR mendapati Radit yang sedang asik nonton TV di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Tetapi, Radar tak melihat ada ibunya.

"Kak," panggilan itu membuat Radit menoleh. "Mama mana?"

Mendengar kata itu, Radit terkekeh. Lalu bersuara, "Lo lupa? mama kan lagi meeting ke luar kota, jadi... mama nggak pulang hari ini, dia pulang besok. Dasar pelupa!"

"OH JADI TADI LO BOONGIN GUE!" teriak Radar. Kemudian ia meraih bantal yang berada di sofa. Ia memukul-mukul tubuh Radit sebagai pelampiasan.

Memang, Radar mengharapkan mahluk ini segera cepat-cepat lulus sekolah, agar ia mendapatkan universitas yang cukup jauh lalu tinggal di kost dekat kampus.

INCREDIBLE THINGS

Hari ini, pagi-pagi Radar sudah disambut dengan mahluk satu ini. Davin. Radar meringis dan memutar matanya. "Apa lagi?"

"Gue minta nomor cewek yang teror lo. Gue nemuin petunjuk." Davin mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan ternyata....bingo! Lelaki itu mengeluarkan seekor cicak hidup yang masih bergoyang goyang. "Kasih nggak, gue masukin juga ke mulut lo."

"I..iya iya!" pekik Radar jijik. Ia segera meraih ponselnya, dan jemarinya menekan nomor si peneror itu lalu mengirimkannya kepada Davin. "Puas lo?"

Davin tersenyum puas, "Sip, begitu gue ketemu siapa pelakunya. Apapun yang terjadi, lo jangan kaget. Gue akan kirim semua bukti-buktinya ke lo."

"Jadi pelakunya siapa?"

"Pokoknya nanti, lo bakal tau. Dar." Davin mendekatkan wajahnya kearah wajah Radar, mengecup dahinya sebagai ucapan selamat tinggal. "Bye, dar."

Radar mendengus kesal, "Lo kira gue cewek apaan, bisa lo cium seenaknya!" Radar berteriak ketika Davin melangkah menjauh.

Keyza melangkah mendekat kearah Radar. "Cie.. di kiss untuk kedua kalinya sama Davin." Keyza menyenggol lengan Radar.

"Gue denger, Davin udah nemu pelakunya ya?"

Radar mengangkat bahu, "Nggak tau gue. Yang jelas, kalo dia udah nemuin pelakunya, gue jadi pacar dia."

"Oh iya, gue lupa suatu hal. Nanti malem dateng ke Birthday Party gue ya. Di chocotiers café jam 7." ucap Keyza ramah.

"DEMI APA KEY, LO ULTAH?" sahut Radar terkejut. "Happy Birthday, Key." Radar memeluk Keyza, pelukan itu hanya berlangsung selama tiga detik sebelum Radar melepaskannya.

"Iya, dar. Makasih ya. Gue ke kelas dulu." Keyza berkata dengan raut wajah yang tak biasanya. Wajahnya terlihat lemas dan lebih terlihat melas. Menurut Radar, biasanya Keyza terlihat ceria.

Waktu yang tersisa sebelum masuk hanya tiga menit. Dengan sigap, Radar melangkah menuju toilet sekolah. Hanya ingin menyisir rambutnya dan memakai parfum.

Tiga menit kemudian, bel masuk berbunyi. Radar yang berada di toilet sekolah, segera terburu-buru menyisir rambutnya agar terlihat rapi.

Radar meraih gagang pintu, tetapi tunggu... pintunya terkunci..

Bagaimana bisa, pintunya terkunci. Dengan panik, radar mengedor-gedor pintu dan berteriak minta tolong. Tetapi, tidak ada yang menjawab. Mungkin, karena lokasi toilet yang terlalu jauh dari koridor, jadi jarang sekali ada murid yang melintas.

Awalnya, Radar tak terpikiran ia masih bisa menghubungi Findo, Keyza dan Adel. Tetapi, tidak ada satupun yang mengangkat. Jalan satu-satunya adalah menghubungi Davin.

Jemarinya menekan kontak Davin, ternyata aktif. Sampai muncul sebuah suara.

- Halo?

"Davin..tolongin gue"

- tolongin kenapa?

"Gue kekunci di toilet, tolongin"

- Tunggu, gue panggil Pak Ahmad

Radar terus menatapi jam tangannya, ia sudah terlambat masuk kelas. Dua menit kemudian, suara pintu terbuka terdengar. Terdapat Davin dan Pak Ahmad.

Radar menghela napas dalam. "Pak Ahmad, makasih banyak ya."

"Loh, kok makasihnya sama saya? Ini loh makasihnya sama pacar kamu ini. Tadinya saya nggak mau jadi mau." balas Pak Ahmad yang membuat Radar tegang. "Saya permisi dulu ya."

Davin mendekatkan langkahnya kearah Radar. "Masuk kelas gih, ntar dihukum lagi."

Radar mendesis. "Lo ngapain sih pake bilang sama Pak Ahmad kalo gue pacar lo?"

"Kalo gue nggak bilang sama Pak Ahmad kalo gue pacar lo, dia juga nggak akan mau bukain nih pintu. Lagian, tadi gue yang rayu-rayu Pak Ahmad biar dia nyari kuncinya." jelas Davin.

"Yudah deh, maksih ya vin. Kalo nggak ada kamu juga aku nggak akan bisa keluar." Radar mengukir senyuman di wajahnya. Karena, ia fikir Davin orangnya baik juga. Nggak seperti yang ada di pikirannya, mau berjuang demi dirinya.

"Kamu?"

"kenapa Dav?"

"Ya, kamu. Berati lo udah siap jadi pacar gue dong, manggilnya udah aku kamu." goda Davin.

Radar berdecak, "Terserah lo lah, Dav."

INCREDIBLE THINGS

"Fin," Deva memanggil Findo yang sedang membaca buku. "Gue putus."

"Hah... kenapa, va?"

"Lo kaya nggak tau Aleya aja, cemburuan." Deva mendengus. "Cuman gara-gara kemaren gue meluk Salma cuman karena buat ngelindungin dia dari kerumunan orang-orang. Eh, gue ditampar sama Aleya."

Findo menyengir, menepuk pundak Deva pelan. "Makanya va, nyari cewek yang bener."

Deva menghembuskan nafas pelan dan mengangguk. "Sekarang gue tobat deh, mending gue jomblo dari pada salah punya cewek."

Radar menyadari, bahwa bangku Keyza kosong. Hanya ada Adel sendirian. Aneh sekali pikirnya. Atau mungkin ia ada masalah?

"Del," panggilan itu membuat Adel menoleh. "Keyza mana?"

"Nggak tau gue, kayanya dia pulang deh. Soalnya waktu gue dateng dia udah nggak ada. Tapi.. ntar malem katanya dia mau ngadain Birthday party gitu nggak sih?" balas Adel.

           "Iya juga sih, apa nanti kita kerumahnya aja?" usul Radar.

Adel merengguk. "Gue setuju."

INCREDIBLE THINGS

INCREDIBLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang