1

3.9K 102 0
                                    

"Seraaaaaaaang"

Teriakan anak-anak berumur 7 tahun itu sangat kencang sehingga tetangga-tetangga yang mendengar dan melihatnya menggelengkan kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Forlin dan Aditya.mereka bermain pedang-pedangan yang terbuat dari plastik itu di halaman rumah Forlin yang luas.
Pertama kali mereka berkenalan ketika kedua orang tua mereka sedang hadir di acara peresmian gedung perusahaan hasil kerja sama kedua orang tua mereka. Aditya adalah anak yang sangat aktif dan pandai bergaul. Buktinya, ia lah yang memulai semuanya sehingga Forlin dan dia bersahabat. Sedangkan Forlin, gadis cilik yang berbakat dalam melukis dan bernyanyi itu adalah sosok gadis yang Periang.

Plakk..

Suara pukulan yang sedikit menyakitkan disekitar badan terdengar nyaring.
"Aww,sakit. Didit sengaja ya?" Kata Forlin sambil menatap tajam aditya yang tertawa kecil.

"Ini kan plastik." Ujar Aditya sambil mengangkat dan menunjukkan kepada Forlin bahwa benda itu tidak akan melukai mereka.

"Tapi kan sakit." Forlin mendengus.

Aditya memukul tanganya sendiri dan berpura-pura berteriak."Oh iya sakit ya"

Aditya berusaha agar Forlin tidak marah saat itu.Mereka tertawa bersama dan Aditya sangat menyukai tawa derai Forlin.Ia sangat menyayangi Forlin dan ia selalu berhasil membuat Forlin batal dari kemarahanya.
Didalam rumah.Ibu Forlin,Endah dan ibu Aditya, Farah menyimak mereka dari jendela.Mereka tersenyum melihat Anak-anaknya itu akrab dan melihat kelakuan Aditya yang mampu menggelitik hati orang tua siapa saja yang melihatnya mampu membuat suasana hati Forlin berubah menjadi tawa kebahagiaan yang sebelumnya ingin meluapkan kemarahanya.

"Semoga mereka seperti itu sampe dewasa,"ujar Endah.

"Iya, jadi bahagia juga liat mereka bercanda kayak gitu." Kata Farah yang tatapanya masih mengarah kepada anak-anak yang sedang tertawa lepas itu.

Anak-anak nakal itu berlari ke teras rumah dan mencomot begitu saja cemilan yang sudah disediakan dari tadi diatas meja kayu bercat putih itu."Nanti kita main masak-masakan yuk," kata Forlin dengan nada mengajak itu,"Kan anak cowok nggak boleh main masak-masakan" Aditya berusaha menjelaskan.
"Yaudah,nanti Lin yang masak didit yang nyobain." Seru Forlin dan memamerkan senyuman manisnya itu."Iya deh" Aditya memaksa dirinya demi kesenangan Forlin.

Setelah mereka memakan cemilan yang disediakan Endah, mereka menuju kamar Forlin. Kamar yang bercat Pink dan furniture yang berwarna putih, boneka tertata rapi diatas ranjang, mainan yang tersimpan di keranjang mainan.
Forlin segera menuang mainan yang ada didalam keranjang ke lantai berkubin putih itu. Semuanya berserakan tapi sangat menyenangkan bagi Forlin.Ia memilah mainan mana yang akan mereka mainkan.Seperti yang ia katakan tadi,ia ingin bermain masak-masakan. Ia mengambil mainan ala peralatan dapur itu.Ia mulai menyusun satu persatu mainan yang ia pilih dan mainan yang tidak terpakai itu ia simpan lagi ke tempatnya semula.
"Didit mau makan apa?" Tanya Forlin sambil memainkan wajan mini dengan spatula yang lebih mini itu yang terbuat dari bahan plastik."Mau makan nasi goreng," jawab Aditya sambil duduk melihat Forlin yang lihai bermain masak-masakan mainan legen anak perempuan itu.

"Tunggu bentar ya, pedes atau enggak?" Tanya lagi Forlin.

"Pedes, karetnya dua." Aditya cengengesan dan Forlin yang melihatnya hanya tersenyum.

"Udah siap nih nasi goreng pedasnya" Forlin menyodorkan piring plastik yang berisi potongan-potongan kertas itu.

"Wah enak ya masakan lin" seru Aditya sambil berpura- pura mengunyah.

"Iya dong,masakan lin gituloh." Forlin mengangkat alisnya.Mereka yang sedang asyik bermain,terganggu dengan dorongan pintu Forlin yang dilakukan oleh Farah.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang