6

2K 91 4
                                    


00:45

Endah tertidur di sofa pojokan yang ada di dalam ruangan itu. Tidak ada yang pulang saat itu,karena telah mencemasi keadaan Forlin. Semuanya ada didalam ruangan tersebut.
Aditya duduk disamping kiri Forlin. Terkadang mengusap kepala Forlin. Ia sangat menyesali perbuatannya tadi siang yang menolak keinginan Forlin untuk pulang bersama. Hening.

"Maafin gue ya lin,gue baru sadar bahwa gue juga egois." Ia menangis dan mengusap tangannya.

Tangan Forlin yang Aditya pegang kini merespon.Matanya mulai berkedip-kedip."Didit." gumamnya sebelum ia membuka matanya. Aditya mendengar suara itu. Ia mencium tangan pemilik suara itu.Ia baru menyadari bahwa ia sangat berperan penting didalam hidup Forlin. karena pikirnya ia adalah sahabat Forlin dari kecil dan perhatian yang Forlin berikan kepadanya selama ini.

"didit." Forlin menggerakkan tangan sebelah kanannya. ia berusaha menggapai tangan Aditya yang menggenggam tangan kirinya. Aditya menengok ke arah Forlin.

"Forlin!" Aditya berdiri dan memeluk Forlin yang masih pucat itu.

"didit cengeng. Kan gue belom mati." Forlin terkekeh.

"Biarin. gue nangis karena gue masih anggap lo berharga. lo itu sahabat gue ."kata Aditya yang masih memeluk Forlin.Forlin tersenyum paksa mendengar pernyataan Aditya.

"Udah dong meluknya."bisik Forlin ditelinga Aditya."Maafin gue karena sikap gue kemarin. Maafin gue juga karena sikap gue yang tadi. Semua ini karena gue,lo sakit gara-gara gue." Ujar Aditya.

"Udah nggak apa-apa. Malah gue seneng sekarang sakit. Berkat gue sakit kita baikan." Senyum Forlin.

"Sibego."

"bodo." Forlin tersenyum.

***

Kini Aditya memandang wajah Forlin dengan serius. Forlin terlihat risih tapi kadang salah tingkah."Jangan liat gue kayak gitu apa."

"Tunggu-tunggu, lo mirip seseorang deh." kata Aditya sambil memandang wajah Forlin."Siapa?" Tanya Forlin sambil memegang wajahnya. "Lo tuh mirip itu... siapa sih? lo pasti kenal orangnya."Aditya memasangkan wajah kelirunya.

"Tuh kan,, mirip." sambung Aditya yang sedang membuat Forlin makin penasaran.

"Mana ada yang mirip sama gue,cetakannya cuma satu,yaitu gue."Forlin cemberut.

"Nggak percayaan orangnya."

"Yaaa trus siapaa". Forlin terlihat kesal.

Aditya berdiri dari tempat duduknya dan mengangkat kedua tangannya setinggi bahunya.

"Vampire." Aditya menahan tawanya sambil berloncat.

"Didiiiiit." Forlin berteriak kencang sehingga orang tua mereka terbangun dan terkejut karena mendengar suara Forlin.

"Gue bener kan? lagi muka lo pucat banget kayak Vampire." Aditya tertawa lepas. Forlin pun juga tertawa lepas meskipun saat itu ia masih sangat lemas. Endah tersenyum melihat Forlin tertawa. Ia menghampiri mereka berdua dan memeluk Forlin." Kamu udah bangun?"

" didit yang bangunin ," Forlin mengadu.

Farah menghampiri mereka dan menjewer Aditya. "Adityaa." kata Farah dengan nada dingin itu.Forlin tertawa melihat Farah menjewer Aditya. Tio mencium pucuk kepala Forlin yang baru saja bergabung.

"Si cantik baru bangun." kata Wijaya sambil mengusap punggung Forlin. Forlin tersenyum dan memeluk tangan Wijaya. "lin kangen om."

"Udah lama banget ya om nggak ketemu sama kamu."sambung Wijaya.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang