Vote and comment...
TXU😙______________________________________
Satu minggu ini para murid Tunas Bangsa sedang di fokuskan dengan Ujian Sekolah semester ganjil. Begitu juga dengan Forlin, satu minggu tanpa aktivitas luar sekolah membuat otaknya meledak. Andai ia robot, mungkin ia akan meledak karena pemaksaan. Ya, pemaksaan mengurung diri di rumah dengan belajar belajar dan belajar. Ruri yang belum terlihat di matanya beberapa hari ini ia buang jauh-jauh selama satu minggu. Feral yang makin hari makin dekat dengannya ia abaikan, Aditya yang selalu berlari di pikirannya ia lupakan dulu.
Ia belajar dan belajar, ponselnya yang ia simpan jauh dari pandangannya bergetar. Getaran ponselnya dengan meja tentu saja membuatnya terganganggu. Ingin sekali tangan mengambilnya dan melihat pesan dari siapa yang masuk di tengah malam seperti ini.
Ia berhasil mengabaikan ponselnya. Namun getaran kedua membuat ia berbalik dan menatap ponselnya. Forlin berdecit. Segera ia berdiri dan mengambil ponselnya.
Gue lagi ada di taman deket rumah lo.
-Feral
Forlin menghembuskan napasnya pelan. Mana mungkin jam sepuluh malam ia keluar demi Feral? Ah sudahlah, lebih baik ia tidak membalas pesan dari cowok itu.
Forlin kembali duduk di kursi belajarnya. Kini fokusnya tertuju kepada soal-soal.
Ponselnya berdering. Feral yang tahu bahwa ia di acuhkan segera mungkin menelpon Forlin.
Forlin berdiri, ia tampak kesal. Tangannya ia kepal dan mengangkatnya setinggi dada. "Kesseeel!!"
"Halo, apaan?!" Forlin membuka percakapan lebih dulu.
Feral tersenyum. Ia memandang langit yang malam ini banyak sekali bintang. Sekarang Feral berbaring di atas rumput yang tertata. "Lo nggak mau kesini? Liat bintang? Lagi banyak loh."
"Gue Lagi belajar."
"Yaelah, belajar doang sampe di seriusin. Sini cepetan! Kalo nggak gue ke depan rumah lo bawa mobil trus klaksonin rumah elo sampai pagi." Ancam Feral. Lantas saja Forlin mendengus kesal lalu mengiyakan Feral karena waktu itu ia sudah mendengar nyata bahwa Feral mengklaksoni rumahnya berkali-kali. Ia tidak ingin itu terulang lagi.
"Gitu dong, bawain gue roti ya. Laper." Feral tersenyum.
"Hummm."
Forlin mematikan telepon yang tersambung sekitar lima menit itu. Ia mengambil sweaternya yang tergantung di gantungan. Saat itu ia memang sudah memakai baju tidur. Dan ia tidak berpikiran untuk ganti baju demi mendatangi Feral.
"Jam segini masih aja kelayapan lo!" Seru Forlin. Ia baru sampai di taman. Feral yang sebelumnya tidak tahu keberadaan Forlin lantas saja bangun dan mengambil posisi duduk.
Feral melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. "Yaelah, baru jam segini."
"Kan besok ujian." Forlin melipat kedua tangan di bawah dada.
Feral tersenyum. Ia kembali membaringkan tubuhnya. Menatap bintang yang benar-benar jelas pada malam itu. "Bintangnya terang semua, tapi kenapa pas ada lo bintangnya jadi kalah terang sama lo."
"Jayus." Jawab datar Forlin.
"Gue padahal lagi ngegombal loh," Feral terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAM
Romance[PART 30-ENDING DI PRIVATE] Forlin Zazkia Putri, gadis yang telah lama mencintai sahabat kecilnya. Ia adalah, Aditya Wijaya. Lantas apa yang membuat ia bertahan? Meskipun beberapa pria singgah di hatinya, tapi Cinta untuk Aditya tidak pernah habis...