29

1.3K 88 51
                                    

Jangan lupa Vote.

______________________________

Malam ini, di meja makan. Setelah sekian lama akhirnya Forlin bisa juga makan malam dengan kedua orang tuanya.

Endah yang sibuk mengurusi Butik, membuat waktunya terkuras setengah hari di butik. Ia pulang kadang larut malam.

Apalagi Tio yang terkadang bolak balik Australia karena saham yang ia miliki disana dan perusahaan di Jakarta.

Suara sendok dan garpu menyentuh piring mengisi keheningan. Tidak ada yang bicara sampai detik ini.

"Ajak sekali-sekali Feral main ke rumah,lin." Tio yang membuyarkan keheningan itu. Ia tersenyum ke arah putrinya.

Tapi topiknya itu yang membuat Forlin membulatkan matanya dan tersenyum kikuk.  Forlin berdehem. "Iya."

"Bukannya kamu pacaran sama Ruri ya? Kok kamu bisa deket sama Feral?" Tanya beruntun Endah sebelum memasukkan sesuap sendok ke dalam mulutnya.

Forlin terdiam. Mematung.

"Loh? Ruri siapa,Ma? Kok Papa nggak tau?" Tanya Tio. Tentu saja Tio tidak tahu. Bahkan ia hanya di sibukkan dengan berkas- berkasnya. Mana sempat ia tahu apa saja yang Forlin lakukan, dan dengan siapa saja Forlin bergaul.

"Pacarnya Forlin. Anak pemilik Restoran Apung,Pa." Endah tersenyum. Intinya patokannya untuk Ruri Restoran Apung aja.Haha.

"Kok kamu nggak kenalin ke papa,Lin?" Tanya Tio lagi. Untuk hari ini, Forlin yang ada di meja makan, yang sebenarnya ingin makan malam, kini berubah menjadi meja Introgasi.

Forlin mengambil napas pelan. "Forlin udah putus." Jawabnya pelan. Sebisa mungkin ia menahan air matanya untuk tidak keluar dari persembunyiannya.

Endah terkejut. "Kenapa?"

"Nggak cocok."

"Sama Feral aja." Sambung Tio.

Belum tau aja kalau Feral ini cowok yang pastinya jauh dari kriteria calon mantu papa Tio. Beruntung karena Forlin cowok itu sedikit berubah dan sudah tidak kurang ajar lagi di sekolah.

Forlin berdiri. Meninggalkan kedua orang tuanya. Nasi yang baru satu suap ia makan kini ia tinggalkan. Masa bodoh dengan perutnya yang nantinya meraung minta makan.

"Forlin,kamu nggak sopan ya. Papa kamu lagi ngomong juga." Ucap Endah dengan tegas.

Forlin tetap berjalan sampai menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Pria tua yang ada di bawah itu geleng-geleng kepala melihat tingkah laku anak semata wayangnya.

"Udah biarin ma. Biasa ABG habis putus ujung-ujungnya galau."

Endah mengangguk. "Tapi mama nggak segitunya pas putusin mama."

"Kan papa putusin mama gara-gara besoknya dateng ngelamar mama." Tio tersenyum.

"Ah papa bisa aja." Endah terlihat salah tingkah.

Di dalam kamar, Forlin yang ada di atas ranjangnya memeluk kakina yang terlipat ke atas. Menenggelamkan wajahnya di dalam tangan yang terlipat. Ia menangis.

Bukan,bukan. Ini bukan masalah Ruri. Tapi masalah takdirnya. Sampai dimana takdir yang tidak diinginkan Forlin berakhir? Ia hanya ingin jawaban dari pertanyaan itu. Kalau memang ini adalah salah satu rencana tuhan, kenapa sekejam ini padanya? Forlin juga punya hati, punya perasaan dan punya rasa capek tentunya. Ia tidak ingin gara-gara takdirnya sekarang ia mengambil keputusan untuk bunuh diri.

Forlin manusia, ingin merasakan Cinta namun kepada orang yang ia cintai. Sahabatnya. Kasih sayang ia sudah dapatkan. Bahkan dari semua orang yang ia kenalinya. Tapi yang satu ini ia masih mencarinya. Cinta. Mencarinya di dalam diri Aditya.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang