11

1.7K 75 4
                                    

"Gimana apanya?"

"Ruri." Aditya mengangkat kedua alisnya. Sumringah meledeki sahabatnya itu. Forlin memutar kedua bola matanya. Ia sudah memegang gagang pintu. Ingin sekali ia tutup pintu kamarnya.lalu kembali ke atas ranjangnya dan kembali ke alam mimpi.

"Udah ah,gue mau tidur. Sana balik." Ujar Forlin sambil menutup pintu. Aditya menahan pintu tersebut agar tidak tertutup rapat. "Eh bentar-bentar. Jadi gini sekarang? Padahal gue mau ngajakin lo ke suatu tempat nih. Lo nggak mau ikut?" Aditya mengedipkan alisnya.

Wajah yang sangat lemas dan mata kantuk itu seketika menghilang. Ia bersemangat lalu loncat-loncat kegirangan. "Mau-mau." Ia tersenyum lebar. Kapan lagi coba mereka jalan berdua? Kapan lagi? Kapan lagi? Bahkan sekarang jalan dengan sahabat sendiri pun sudah susah. Ditambah harus menjaga jarak sedikit agar kesalah pahaman tidak kembali lagi merusak segalanya.

"Yaudah,gece mandinya. Gue tunggu di bawah." Aditya segera meninggalkan area kamar Forlin. Menuju ke sofa bed yang ada di ruang tengah.

"Oke. Tunggu lima belas menit ya." Teriak Forlin dibarengi sunggingan manisnya.

"Mau mecahin rekor dia mandi lima belas menit." Aditya bergumam sambil tertawa kecil.

Bagaimana ia tidak bilang Forlin bakalan mecahin rekor? Mandi aja satu jam. Itu pun kadang nggak cukup. Kalau mandi pas hari sekolah? Ia harus bangun subuh-subuh. Ia lebih memilih mandi satu jam dengan perawatan sendiri dirumah dari pada ke salon.

Aditya sibuk memainkan ponselnya. Menunggu Forlin yang lamanya kebangetan.

Gimana? Udah beres?

-Aditya

Udah beres semua.

-Ruri

Aditya tersenyum ketika membaca pesan yang di terimanya itu dari Ruri. Setelah mulai bosan menunggu Forlin, ia kini membaringkan tubuhnya di sofa bed dengan mata yang sengaja ia pejamkan. Dua puluh menit,enam puluh menit,delapan puluh menit. Forlin baru keluar dari kamarnya dengan penampilan yang terlihat santai, sling bag , sneakers putih dan baju berwarna kuning dengan perpaduan celana pendek berwarna putih. Setelah menutup pintu kamarnya,ia berjalan ringan sambil tersenyum ke arah Ruri, tanpa ia sadari cowok itu sudah tertidur pulas.

"Ayo Ri jal-"

"lan." Ia memelankan suaranya.

"Yaelah ini orang baru suruh nungguin lima belas menit juga." Forlin mendengus kasar. Gadis itu ke samping tubuh Aditya. Ia mengguncang-guncangkan tubuh Aditya agar bangun. "Didit banguunn." Teriak Forlin.

Aditya terkejut, ia langsung mengambil posisi duduk . "Ngagetin aja."

"Kenapa tidur sih? Di tinggal lima belas menit doang juga." Ujar Forlin sewot.

Aditya mengkerutkan dahinya. "Anjirr.. lima belas menit? Ini udah jam berapa?" Tanyanya sambil menunjuk jam tangannya. "Lima belas menitnya elo sama lima belas menitnya orang kebanyakan itu beda,lin. Bedaaaaaaa." Ia terlihat frustasi. Forlin hanya tertawa. Gondokin ya si Forlin. "Yaudah maaf deh maaf." Kata Gadis itu santai. Aditya berdiri lalu berjalan. Forlin mengikutinya.

"Untung gue sayang sama lo,lin-lin." Ia geleng-geleng kepala. Forlin tersenyum paksa. Sayang? Sudah pasti sama . Cinta? Not same. Forlin terus mengintilin Aditya menuju mobil yang terparkir di depan.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang