19

1.4K 74 6
                                    

Di rumah Forlin sedang maskeran. Ia mengenakan baju sabrina dan celana pendek. Rambutnya ia ikat. Ia yang baru saja keluar dari kamarnya, kini menuruni tangga dan menuju ruang tengah dengan ponsel yang ia pegang. Sekarang ia berbaring di atas sofa bed.

Ponselnya bergetar dan menemukan satu pesan line.

Malam ini jam 7 gue jemput elo!

-Feral Mahendra

Sontak saja ia membulatkan mulutnya bukti nyata terkejut membaca pesan dari Feral. Masker yang ia jaga agar tidak retak kini sudah tidak berguna lagi. Gara-gara terkejutnya.

"Shit! Gue kira dia udah lupa." Forlin terlihat kesal.

"Aduh gimana nih." Ia terlihat panik. Tiga langkah-tiga langkah ia berjalan bolak-balik.

Buruan kirim alamat rumah elo!

-Feral Mahendra

Membaca pesan dari cowok saiko itu lagi, kini ia memegang keningnya. Mampus! ia mengambil napas panjang dan membuang napasnya secara kasar. Forlin segera mengirim alamat rumahnya. Dan setelah menghadapi ketakutan yang lebih tepatnya seperti orang sawan itu, ia menuju kamarnya dan bersiap-siap.

Suara klakson yang terdengar berkali-kali itu membuat Forlin terburu-buru untuk keluar. Sebelum keluar, Endah berlari menghampiri Forlin,

"Itu siapa sih yang bunyiin klakson?" Tangannya ia jadikan sumpelan telinganya.

Forlin tersenyum kikuk, ia tidak ingin menyebut nama si cowok yang tidak punya etika itu. "Hehehe nggak tau ma, Forlin keluar sebentar dulu ya." Ia berpamitan dan meninggalkan rumah sambil berlari.

Setelah membuka pintu mobil, ia mengomeli Feral.

"Berisik tauk! Nggak takut apa diomelin manusia-manusia yang ada di komplek ini?"

"Nggak!" Jawabnya singkat.

Arghhh nyebelin! Susah kalo berurusan sama cowok itu, kalo bukan karena paksaan Feral, ia nggak bakalan pergi dan menemani si cowok kesepian itu.

"Mau kemana nih?"tanya Forlin.

"Nonton, abis nonton makan,abis makan.."

"Pulang!" Sambung Forlin.

"Eh,bentar dulu. Abis makan kita ke distro temen gue dulu. Gue mau ngambil pesenan baju." Feral menatap Forlin yang sudah duduk manis di sampingnya, enggak deh, duduk angkuh kayaknya, atau duduk kesel,atau apalah karena ia sangat terpaksa menuruti keinginan cowok itu.

"Pantesan cewek-cewek pada suka sama elo tapi takut deket sama lo gara-gara sikap lo." Kata Forlin setenang mungkin.

"Kata siapa? Ada kok."

"Siapa?"

"Elo. Ini lo lagi di samping gue." Feral tersenyum.

Entah kenapa kalo liat senyuman itu, bawaannya melting aja. Forlin salah satu cewek beruntung saat itu setelah ibu Feral. Kenapa? Karena ia melihat senyuman yang terkesan tulus di bibir milik Feral.

Forlin tertegun. Matanya tidak berkedip. Feral menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya. Forlin menelan salivanya dan segera membuyarkan tingkah anehnya. Semoga aja si Forlin nggak suka sama ini Feral. Semoga-semoga-semoga enggak.

Telah tiba mereka di rumah nasi bebek yang dari dindingnya sampai tempat lesehannya terbuat dari bambu utuh yang di model sesempurna mungkin. Di tampah dengan penerangan lampu warm, membuat tempat itu terkesan tradisional tapi nggak ndeso banget.

Mereka duduk dan Feral segera mungkin memanggil waiters.

"Mas, nasi bebeknya dua. Lo minumnya apa?" Tanya Feral,ia menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang