20

1.4K 87 21
                                    

Vote!!!!!!!!!!
Kalian mau aku ngepost cerita tergantung berapa yang nevote kayak author sebelah? Kalo nggak mau, vote ya. Biar aku makin semangat nulisnya.

______________________________________

"Dit," Colek Forlin di sela menonton film Despicable Me 3. Aditya menoleh. Mereka berada di ruang tengah Rumah Forlin. Hanya ada mereka berdua. Endah dan Tio sedang kerja. Hari ini adalah hari libur. Bingungnya itu, kok tumben Aditya sekarang nggak pernah absen? Bahkan sekarang, Forlin nggak sampe merengek buat dia datang ke rumah. Mungkin efek 'kesepian' ya.

"Iya?" Aditya menoleh.

"Kenapa harus film kartun? Kenapa enggak film horor, kayak IT atau pengabdi setan?" Tanya Forlin. Ia kurang suka dengan film kartun tapi ia beli kasetnya yang original, biassaaaaa buang-buang duit. Atau mungkin karena Aditya suka film kartun jadi dia beli,kali ya?

"Dasar Musrik."

"Kok musrik sih?" Tanya Forlin kebingungan.

"Iyalah,setan kok di abdi," Aditya terkekeh. Forlin memutar kedua bola matanya.

"Jangan ah, gue cuma kasian sama elo, nanti nggak bisa tidur ntar malem." Tambah Aditya.

Forlin cemberut. Tapi emang iya,sih. Kalau udah nonton film horor di bioskop atau di DVD yang ia beli, pasti malemnya harus di temani tidur sama sang mama. Tapi dia suka,sih sama Film horor. Gimana dong?

"Besok-besok gue nggak beliin kaset kartun lagi ah." Forlin tersenyum sambil melirik Aditya yang sedang serius menatap makhluk kecil berwarna kuning yang ada di layar televisi.

"Ah elah, bawel. Bentar-bentar dikit lagi mau abis."

Akhirnya Forlin memejamkan matanya sambil bersandar di sofa menunggu film kesukaannya Aditya Sampai tulisan THE END muncul di layar.

"Udah selesai nih, gue ganti ya." Aditya berdiri dan langsung menuju rak kaset yang tertata rapih sesuai dengan genre. Sebelah kiri film kartun. Rak tengah film horor dan rak kanan film romantis (tapi kebanyakan drama korea)

"Mau film apa?" Tanya Aditya yang fokus dengan kesibukan satu persatu melihat judul film di bagian depan.

"Forlin."

Tidak ada jawaban. Aditya menoleh dan terlihat Forlin sudah dibawah alam sadarnya. Aditya geleng-geleng kepala. Ternyata tadi dia ngomong sendiri dong. Ia segera bangkit dari yang tadi sedang jongkok sekarang sudah berdiri . ia berjala menuju Forlin. Bukan Aditya namanya jika tidak selalu membuat keisengan kepada sahabatnya.

"Eit,bangun." Aditya menjepit hidung Forlin. Ada beberapa menit sehingga pernapasan gadis itu terhambat dan terbangun mendadak. Matanya melotot.

"DIT!!! LO PENGEN GUE MATI?" Forlin berteriak dengan suara sangaunya.

Cowok itu melepaskan jepitan tangannya dari hidung gadis itu. Tawanya meledak dan segera berdiri. Ia sudah tahu akan ada perlawanan yang akan meledak untuknya. Forlin berdiri sambil bertolak pinggang, bibirnya mengerucut,matanya memicing. Waduh serem. Ia berlari dan melompati belakang Aditya posisi Aditya menggendong Forlin.

"Nggak ada kerjaan lain apa Sampe ganggu gue tidur?" Tangan kanannya mencubit pipi Aditya. Sedangkan tangan kirinya menggelantung di leher cowok itu. Cubitan itu sangat keras, terlihat dari raut wajah Aditya yang meringis kesakitan.

"Aduh,sakit!"

Pada akhirnya Forlin melepaskan cubitan itu. Kedua tangannya kini menggantung di leher Aditya. "Makanya,kalo nggak mau diisengin balik, ya jangan ngisengin orang."

Aditya tertawa. "Iya~, gue kalah."
Forlin tersenyum, masih dengan posisinya di belakang bagaikan tas ransel Aditya. Enggan untuk turun. Ia tersenyum. Pundak kanan cowok itu menjadi sanggaan dagu milik Forlin.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang