16

1.6K 93 0
                                    

HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA😊

Hujan begitu deras di malam hari. Kedinginan menyelimuti tubuh. Suara hujan mengiringi Forlin menuju khayalannya. Ia berdiri di depan kaca jendela di dalam kamarnya. Melihat air hujan yang meninggalkan langit yang sedang bergemuruh. Tangan kirinya mengetuk kaca jendela,sedangkan tangan kanannya memegang liontin di kalungnya. Kilat yang begitu menyayat mata membuat Forlin terkejut sampai ia terjatuh di lantai. Napasnya terengah. Ia takut dengan kilat. Segera ia berdiri dan menutup kaca jendela tersebut dengan tirai berwarna ungu. Ia menuju ke atas ranjangnya.

Drrttt Drrttt

Satu pesan teks masuk di ponselnya membuat ia heboh mencari dimana ponselnya ia simpan. Ia menyingkirkan gulingnya dan ponselnya terlihat disana.

Buka pintu rumah,lin.
Gue di depan.

-Aditya

Setelah membaca pesan teks dari Aditya ia segera berdiri dari ranjang. Memperbaiki penampilannya lalu segera berlari keluar dari kamar.

Clek

Suara engsel terdengar ketika membuka pintu. Aditya terlihat kacau di karenakan basah terkena air hujan. Forlin menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Gadis itu berlari mengambil handuk di lemari. Ia kembali dengan tangan memegang handuk berwarna putih. Ia berikan kepada Aditya yang sudah duduk di ruang tengah.

"Ngapain lo jam segini ke rumah?" Tanya Forlin. Jelas saja ia menanyakan pertanyaan itu. Ini sudah jam dua petang dan sahabatnya masih saja keluyuran di cuaca seperti ini.

Aditya tetap diam. Tidak menanggapi apa yang di ucapkan Forlin. Matanya memerah. Tubuhnya sedikit bergetar menahan sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya.

"Dit!" Seru Forlin. Aditya menoleh sebentar lalu buang muka.

"Gu-gue malu sama diri gue sendiri,lin." Aditya mulai bersuara. Ia menunduk. Rasa kekecewaan terhadap diri sendiri terlihat dimata Forlin. Namun gadis itu masih tidak mengerti.

"Maksudnya?" Tanya Forlin, ia mengkerutkan keningnya.

"Lin." Lirih Aditya.

Forlin berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Aditya yang ada di seberangnya. Gadis itu setengah berdiri di depan Aditya. Lututnya memopang tubuhnya pengganti kakinya. Kedua tangannya menangkup pipi Aditya yang terasa panas di kulitnya. Forlin menatap mata itu namun mata bermanik hitam itu begitu liar dan enggan menatap manik cokelat gadis yang ada di hadapannya.

"Gue tau lo kacau. Cerita sama gue,dit." Suara Forlin pelan. Tampak di wajahnya ada kecemasan.

"I-ini cuma e-elo yang tau dan gue. I-ini bakalan jadi rahasia kita berdua." Ujar Aditya seraya memegang kedua tangan Forlin yang menangkup pipinya. Gadis itu mengangguk.

"Hari ini gue sama Serli.." Aditya menggantungkan ucapannya.

"Putus?" Forlin menyambungkan dengan pertanyaan ucapan Aditya.

"Annive ke satu bulan,bego." Aditya mentoyor kepala Forlin. Ia tertawa keras karena sudah membuat Forlin panik bukan kepalang.

Gadis itu mendengus kasar. Ia berdiri sambil menatap tajam ke arah Aditya. "Sana lo pulang! Lo yang bego! Malem-malem kesini buat ngasih kabar yang nggak jelas sampe ngerjain gue kayak gini. Bikin gue panik aja."

Forlin berjalan meninggalkan Aditya. Tapi Aditya menarik tangannya. "Oh, jadi lo mau ngusir gue?" Tanya Aditya yang masih tertawa. Ia sangat puas melihat Forlin seperti tadi.

"Apa tadi lo bilang? Putus? Gue nggak bakalan putus sama Serli. Inget itu,Forlin." Ledek Aditya. Ia berdiri sambil memegang perutnya yang sudah sakit akibat perbuatannya sendiri. Perbuatannya yang membuat dirinya tertawa.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang