Benar. Feral berada di rumah itu sampai Forlin tertidur. Sejak tadi ia duduk di bibir ranjang sambil menatap perempuan polos yang sangat manis ketika sedang tertidur.
Feral berdiri lalu mendekati daerah wajah gadis itu. Membungkuk dan memberinya kecupan di kening Forlin. "Tidur yang nyenyak,tuan putri." Gumamnya.
Setelah mengatakan kalimat itu, Feral beranjak meninggalkan Forlin. Keluar dari kamar bernuansa ungu itu.
Di ruang tengah tampak riuh. Daniel dan Aditya yang sedang mempertaruhkan siapa yang akan menang di pertandingan sepak bola piala dunia. Feral hanya tersenyum tipis dan keluar dari rumah itu tanpa basa basi berpamitan.
Di kamar, Forlin yang sebenarnya belum tertidur kini mengambil posisi duduk di atas kasur lalu memikirkan semua perjuangan Feral yang begitu menyentuh hatinya. Dia tidak tahu harus bagaimana di dalam situasi seperti ini. Hatinya memilih Aditya namun pikirannya membutuhkan Feral. "Terkadang hati nggak sejalan dengan pikiran.Ucapnya sambil tertawa renyah.
Forlin bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju jendela yang ada di kamarnya. Tirai ia buka perlahan dan memandangi mobil Feral yang perlahan meninggalkan kawasan rumahnya.
"Makasih,Feral. Kamu selalu peduli sama aku." Setetes air mata gadis itu jatuh dan menetap di pipinya.
"Bahkan kamu tahu kalau aku mencintai orang lain pun kamu tetap selalu ada di belakang aku. Ketika seseorang mendorongku dari depan kamu siap untuk menopang tubuh rapuh aku dari belakang. Maaf aku belum bisa mencintai kamu." Ucap Forlin pada diri sendiri. Tangisnya semakin deras. Kedua tangannya membantunya mengusap air mata itu.
"Forlin." Suara Aditya yang terasa jauh kini terdengar di telinga gadis itu. Forlin menoleh lalu memasangkan senyuman yang mengembangkan kedua pipinya.
"Ngapain berdiri disitu? Tidur gih." Aditya menghampiri Forlin lalu menakup kedua pipi yang mengembang itu. matanya menatap mata Forlin dengan tatapan menyelidik. "Habis nangis?" lanjutnya dengan pertanyaan.
Forlin melepaskan tangan Aditya dan menggeleng tersenyum. "Emm, nggak. Tadi nguap makanya mata gue berair."
"Yaudah tidur gih."
Forlin menganggguk dan berjalan menuju ranjangnya. Ia kembali membaringkan tubuhnya. Lalu memejamkan kedua mata indahnya itu.
Aditya menghampiri gadis itu. mendaratkan kecupan hangat di kening Forlin. "I Love You."
"I Love You."
****
"Gue deg-degan!!" Teriak Serli di kuping Forlin. Gadis yang di teriaki Serli hanya menggerutu kesal.
"Kebiasaan!"
Suasana di Kelas tampak riuh. Riuh karena nilai Try Out yang begitu anjlok dari perkiraan mereka. Forlin hanya terdiam sambil melihat helaian kertas yang berisi nilai murid sekelasnya terpampang di papan tulis.
"Tuh!! Nilai gue jelek!! Firasat gue bener!!" Teriak histeris Serli.
Ya. Setelah mereka berdua baikan, Serli kembali pindah ke kelasnya dulu dan kembali duduk berdua dengan Forlin. Raut wajah Serli yang terlihat kecewa dengan hasil Try Out nya kini berubah seketika. Ia terkejut melihat Forlin yang memandangi nilainya dengan air mata yang sudah meledak.
"Forlin, Lo kenapa?"
Forlin tersenyum lalu mengusap air matanya dengan durasi yang sangat cepat.
"Nggak kenapa-kenapa,kok." Senyum Forlin. Gadis bermata cokelat itu pergi berjalan meninggalkan Serli.
Forlin berlari sambil merobek selembaran yang ia pegang itu. Dia kecewa,marah,dan sangat sedih dengan semua hal yang menimpa hidupnya. Dengan semua takdirnya yang beruntun menyakiti hatinya.
Menuju lapangan basket dan menaiki tangga kecil ke kursi penonton yang paling atas. Ia duduk dan menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Gadis itu sesugukan. "Ya Tuhan, kenapa semuanya terjadi di kehidupan gue?"
"Jangan nangis." Ucap lembut seseorang yang baru datang. Ia membuka pelan wajah gadis itu dari kedua telapak tangannya sendiri.
Gadis itu diam. Menatap mata orang yang ada di hadapannya.
"Gue nggak bisa liat pacar temen gue nangis." Ucap Feral sambil tersenyum.
Gadis itu mengubah air mukanya "Pacar siapa?" Tanya Forlin heran. "Nggak biasanya kamu kayak gini."
Feral hanya tersenyum. Ia mengusap air mata Forlin. Merapikan helaian-helaian rambut yang menutupi sebagian wajah cantik gadis itu.
"Aku laper. Makan,yuk."
"Aku disini aja."
"Yaudah kalo gitu,aku temenin. Kita disini aja." Feral tersenyum lagi.
***
"Sebentar lagi kita lulus ."
"Terus?" Tanya Feral sambil menjilat ice cream rasa cokelatnya yang sudah meleleh sebagian.
Begitu juga dengan Forlin, menikmati ice cream rasa vanila nya. "Kamu mau kuliah atau..?"
"Kepo." Jawah Feral acuh.
"Ih!!" Kesal Forlin.
Pria bermata abu-abu itu terkekeh melihat Forlin yang menampakkan wajah kesalnya "Apa sih? Kepo an kamu sekarang."
"Enak ya taman ini." Kata Feral mengalihkan topik pembicaraan.
Forlin mengangguk. "Apalagi.."
"Apalagi sama Feral." Potong Feral sambil tersenyum lebar.
"Apasih?" Tawa Forlin sambil menyerang wajah Feral dengan eskrimnya yang meleleh. Wajah Feral penuh dengan cream leleh rasa vanila.
"Oh sekarang mainnya begini?" Tanya Feral sambil berdiri.
Forlin tahu bahwa Feral akan menyerangnya juga dengan ice creamnya. Segera ia berlari sambil tertawa lepas. Feral berada di belakangnya berlari berusaha menangkan gadis berparas cantik itu.
Indah bukan? Ketika melihat mereka seperti itu? Feral ingin sekali menangkapnya. Lalu tidak akan melepaskannya walau apa pun itu rintangannya. Apa yang ia inginkan harus ia capai. Apapun itu. Dan saat ini, dan mungkin sampai akhir hidupnya ia tidak akan melepaskan orang itu. Forlin Zazkia Putri. Si mata indah dan paras yang memesona. Si perempuan cantik nan rapuh yang butuh perhatian semua orang untuk kondisinya saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAM
Romance[PART 30-ENDING DI PRIVATE] Forlin Zazkia Putri, gadis yang telah lama mencintai sahabat kecilnya. Ia adalah, Aditya Wijaya. Lantas apa yang membuat ia bertahan? Meskipun beberapa pria singgah di hatinya, tapi Cinta untuk Aditya tidak pernah habis...