21

1.2K 82 25
                                    

VOTE!!

VOTE!!

TXYOU!!😗

______________________________________

Forlin sekarang berada di dalam mobil Feral untuk yang kedua kalinya. Namun sekarang ia sudah mulai sedikit terbuka. Bahkan yang kemarin-kemarin hanya duduk diam dan takut akan Feral yang ada di sampingnya, kini ia sudah mulai membuka sana-sini laci mobil yang ada di depannya. Di dalam laci itu banyak sekali pin tengkorak, bahkan barang-barang bergambar tengkorak. Mulai dari gelang tangan Feral,sampai sapu tangan bordiran terngkorak. Asli horor juga ini Feral. Untung ganteng loh.

Feral yang dari tadi mengamati gadis itu, tersenyum. "Biasa aja kali liat tengkoraknya. Lagian itu bukan tengkorak manusia."

Forlin menoleh dan mengerucutkan bibirnya. "Ya kali tengkorak manusia."

"Ya makanya mukanya jangan kayak lagi liat tengkorak manusia." Feral tertawa.

"Iya-iya," Forlin tersenyum. "Oh iya, kemarin yang lo tonjok ituu.., sahabat gue dari kecil." Forlin membuka lembaran kemarin. Ia memberikan penjelasan yang faktual agar Feral tidak seenak jidat menonjok Aditya.

"O-oh. Sorry."  Feral terkekeh.

"Kok ketawa sih?" Lagi-lagi gsdis itu mengkerutkan keningnya dan mengerucutkan bibirnya.

"Lagian kalian itu kompak banget boongin gue."

Forlin tersenyum. Mungkin itu yang namanya jodoh. Batinnya.

"Udah sampai." Feral sekarang sudah memarkirkan mobilnya di basement apartemen yang berada di kawasan Jakarta Pusat. Ia keluar dan membuka pintu mobil Forlin. Setelah membuka pintu mobil  itu, ia melihat Forlin yang masih senyum-senyum tidak karuan.

"Eh," Feral menepuk jidat Gadis itu. Forlin menjerit kesakitan.

"Ih, Feral."

"Apa?"

"Ini udah dimana?"

"Ayo keluar. Mau naik nggak?" Tanya Feral. Forlin mengangguk dan keluar dari mobil.

Mereka berjalan di koridor yang sepi. entah kemana semua penghuni apartemen itu. Namun ia berhenti ketika melihat nomor apartemen 2111. Sepertinya itu tidak asing baginya. Feral berjalan duluan dan tidak melihat kebelakang untuk mengecek apakah Forlin ikut di belakangnya atau tidak?

Sedangkan gadis itu? Hanya berdiri di depan apartemen dengan mode pintu yang mengenakan pin untuk memasuki apartemen tersebut. Ia masih mengamati terus-terusan  pintu tersebut. Satu nama yang terlintas di pikirannya. Sosok yang is rindukan beberapa minggu ini. Sosok yang katanya akan pulang minggu depan.

Feral menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ia geleng-geleng kepala dan segera mempercepat langkahnya menuju Gadis yang berdiri di pintu apartemen tetangga jauhnya.

"Forlin." Feral memanggil Gadis itu. Forlin menoleh dan berkedip. Ia menelan salivanya.

"Kenapa?" Tanya pria itu. Ia sedikit terlihat bingung.

"Uhm, enggak." Senyum simpul terukir disana.

"Yaudah, ayo. Jangan berdiri disitu."

Forlin mengangguk dan segera menghampiri Feral. Baru saja melangkah dua langkah dan suara pintu 2111 itu terbuka.

Forlin menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan Feral.  Gadis itu berbalik.

Kekehan seorang perempuan berambut pirang itu mengelabui telinga Forlin. Terlihat juga disana Ruri dengan kameja biru langit di padu padamkan dasi garis-garis horizontal berwarna biru laut serta celana kain berwarna hitam. Ia juga tertawa. Entah apa yang mereka berdua bicarakan sehingga kedua wajah mereka terpoles tawa.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang