Perjalanan keluar dari puncak bogor memakan waktu sekitar tiga puluh menit.
Fiona sangat anteng di pangku Forlin di depan. Sekarang Fiona memainkan jari Forlin yang memakai kutek berwarna peach.
"Kakak, Ona kapan pake warna-warna di tangan kayak tangannya kakak cantik?
Feral menoleh sekilas ke arah tangan Forlin yang di pegang oleh adiknya lalu kembali menatap jalan. "Nanti kalo Ona sudah besar."
"Ona udah besar,kakak. Yang kecil itu dede Sabrina." Fiona tampak tidak setuju di katakan kecil. Btw, dede Sabrina adalah cucu termuda Nenek Disa.
Forlin terkekeh. "Iya-iya kamu udah besar ya. Kakak Feral sih yang anak kecil"
Fiona tertawa mendengar ledekan Forlin untuk kakaknya. "Kakak anak kecil." Gadis kecil itu bertepuk tangan.
Feral mendengus. Memang Fiona ini cerewetnya dua kali lipat dari Forlin. Menurut Feral, mereka kalau di satu kan membuat gendang telinganya pecah saat itu juga.
Dari tadi mereka mengobrol,mengganggu Feral dan bernyanyi lagu anak-anak. Benar-benar berisik. Feral hanya bisa memendam kekesalannya.
Akhirnya apa yang diinginkan Fiona sudah tercapai. Bocah berusia empat tahun itu bermain mandi bola dan banyak lagi di dalam tempat yang sangat besar. Forlin dan Feral mengawasi gadis lincah itu di dalam.
"Liat deh, lincah banget kan." Feral tersenyum sambil geleng-geleng kepala memandang Fiona.
Forlin tersenyum. "Nggak apa-apa. Umurnya yang sekarang ini lagi masa-masa aktifnya."
"Uhm,kita kayak suami istri ya. Fiona kayak anak kita." Oke, Feral mulai lagi dengan pikiran halu nya.
Forlin tertawa. "Apaan sih."
"Ya itu, gue harap lo adalah jodoh gue." Feral tersenyum.
Forlin hanya tersenyum. Tidak menjawab ucapan Feral. Fiona datang berlari ke arah mereka. Memeluk Feral dan mencium pipi kakaknya. Kalau seperti itu Feral sudah tahu, sekarang Fiona sedang mengambil hatinya.
"Ona Mau apa?" Tanya Feral.
Fiona tersenyum manis. "Ona mau makan es krim."
Feral ikut tersenyum. Berdiri lalu menggendong adiknya. "Siap peri cantik."
"Asik makan es krim." Forlin tersenyum riang sambil bertepuk tangan. Fiona ikut bertepuk tangan. Feral kembali tersenyum melihat kedua perempuan yang berarti di dalam hidupnya.
"Ona mau nambah es krim!" Seru Fiona. Padahal sudah dua es krim ia makan. Tapi dengan porsi kecil.
Feral yang duduk di hadapan Fiona hanya memasang wajah datarnya.
"Lin juga!" Lagi-lagi Forlin ikut-ikutan. Forlin juga suka makan es krim. Bahkan makan satu atau dua pun dia tidak cukup.
"Uhm, iya-iya. Es krim terakhir ya." Feral seakan menjadi orang tua bagi dua gadis itu. Padahal Forlin juga tua. Tapi kalau masalah es krim. Tas dan sepatu yang say hello di konter depan tidak akan tergiur. Layaknya anak-anak ia hanya menginginkan Es krim, es krim, dan es krim.
Forlin dan Fiona saling bertatapan. Lalu mengangguk bersamaan sambil tersenyum. Hedeh.
Feral memangku Fiona di ruang tunggu. Menunggu Forlin yang katanya sedang membeli sesuatu. Sejak tadi Fiona merengek. Balita memang seperti itu kalau sudah di serang rasa kantuk.
Ibu-ibu yang ada di sampingnya menghampiri Feral lebih dekat. "Mas anaknya kenapa?"
Feral kebingungan. Memangnya mukanya tampang bapak-bapak apa? "E-eh ngantuk kayaknya,Bu." Jawab Feral.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAM
Romance[PART 30-ENDING DI PRIVATE] Forlin Zazkia Putri, gadis yang telah lama mencintai sahabat kecilnya. Ia adalah, Aditya Wijaya. Lantas apa yang membuat ia bertahan? Meskipun beberapa pria singgah di hatinya, tapi Cinta untuk Aditya tidak pernah habis...