26

1.2K 85 43
                                    

Perempuan mana yang tahan jika kekasihnya tidak menemuinya selama berhari-hari? Tanpa komunikasi yang lancar atau semacamnya. Hari ini setelah pulang sekolah Forlin menuju rumah Ruri. Namun sayangnya Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Ruri bilang bahwa majikannya itu tidak pulang selama satu minggu. Mendengar semua pengakuan Asisten rumah tangga tersebut ia menjadi kecewa. Permainan apa yang Ruri sedang mainkan? Ketika ia mulai percaya dan menyayangi pria itu ada saja hal yang tidak membuat Forlin suka.

Tujuan Forlin selanjutnya menuju Restoran yang di kelola keluarga Ruri. Beruntung ia bisa bawa mobil hari ini. Di perjalan ia sedikit curiga dengan Ruri. Ia menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya secara pelan. Mobil melaju sangat cepat.

Setelah sampai di depan Restoran Apung, Forlin keluar dari mobil lalu berlari menuju tangga yang membawanya ke atas bangunan itu. Hanya ada lima anak tangga yang membawanya ke halaman restoran itu yang jika pengunjung memilih duduk di depan sambil menikmati angin dan suara ombak yang bergemuruh.

Forlin masuk begitu saja tanpa tersenyum kepada pelayan yang menyapanya. Ia membuka pintu ruangan Ruri tanpa mengetuk. Terlihat disana Ruri yang masih memakai seragam sekolahnya duduk di kursi kantor dan melihat pekerjaannya di layar laptop.

Ruri mendongak dan melihat Ke arah Forlin yang masih berdiri mematung.
"Forlin."

Forlin masuk lalu menutup pintu. Ia berjalan menghampiri Ruri. Pria itu berdiri lalu ikut berjalan ke arah gadis itu. Mereka berpelukan.

"Aku kangen," Lirih Forlin. Matanya berair. Isak tangisnya ia lepaskan begitu saja. "Dari kemarin aku udah mikir yang enggak-enggak soal kamu. Aku kira kamu selingkuh. Maaf."

Ruri tersenyum pasi. Bagaimana bisa Forlin mendapatkan firasat yang benar? Pria itu mengelus kepala Forlin.

"Tapi enggak kan? Yaudah jangan nangis lagi dong."

Forlin melepaskan pelukan itu. Dan tersenyum.

Sofa yang hanya bisa menempati dua orang itu sedang di duduki Forlin dan Ruri. Forlin meluapkan semua kemanjaannya kepada Ruri. Begitu juga dengan Ruri yang selama satu minggu kemarin juga menahan Rindu. Ia memeluk gadis itu. Bahkan ia berencana tidak melepaskannya.

Tangan indah itu mengusap wajah Ruri. Menangkup pipi kanan pria itu. Namun senyumannya yang tadi terukir kini pudar.

"Kok ada bekas lipstik di leher kamu? Warna merah lagi." Forlin menatap Ruri dengan kerutan keliru di keningnya.

Lantas saja Ruri terkejut. Ia terlihat gugup dan menelan ludah berkali-kali. "E-e i-iitu tadi Rere bandel nyium abangnya sampe ke leher." Cengiran dosa itu terlihat.

Forlin yang mendengarnya hanya tersenyum. "Bandel banget ya Rere nyiumnya pake lipstik merah. Bikin aku curigain kamu lagi." Gadis itu menepuk pelan pipi Ruri.

Ruri tersenyum. Ia memeluk Forlin. Sangat erat. Kesalahan ini tidak boleh Forlin tahu. Ia tidak ingin orang yang ada di dalam dekapannya tahu betapa busuknya dirinya.

Ruri memejamkan matanya. Tangannya mengelus kepala gadis itu.

"Ruri."

"Hm."

"Sesak tauk."

Ruri terkekeh. Ia melepaskan pelukan itu lalu menatap gadis itu. Ia berusaha mendorong dirinya untuk mengecup Forlin namun ia benar-benar tidak bisa. Sampai pada akhirnya sekarang Forli yang mengecup bibirnya. Ruri menerima kecupan itu. Keduanya memejamkan mata.

Forlin melepaskan ciuman singkat itu lalu menempelkan keningnya ke kening Ruri. "Jangan pernah kecewain aku." Gumam Forlin.

Ruri tersenyum kecil. "Tapi tolong maafin aku jika tidak sengaja melukai hati kamu."

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang