4

2.1K 94 10
                                    

Dimobil.
Ruri yang menyetir mobilnya masih bingung dan ingin mengutarakan pertanyaan-pertanyaan yang ada dipikiranya kepada Aditya.

"Forlin pacar lo? Trus pacar lo yang tadi lo kenalin ke gue? Jangan-jangan lo.."

Aditya tertawa mendengar pertanyaan konyol Ruri."Ada-ada aja lo. Dia itu sahabat gue dari kecil. Gue nggak tau sekarang pikiranya gimana,sampe ngikutin gue ke restoran."

"Mungkin dia cemburu dit,kan biasanya kalo sahabatan sama cewek itu rumit,pasti ujung-ujungnya suka." Celetuk Ruri."Enggak,dia nggak begitu orangnya. Malah dia tadi pagi bilang ke Serli dia pengen punya pacar. Buat lo deh Ri."

"Gue tergantung ceweknya mau sama gue atau enggak. Gue sih fine aja." Ruri tersenyum.

"Dia itu cantik." Aditya melihat kearah Forlin yang sedang tertidur.Ruri juga ikut-ikutan menengok ke belakang dan melihat Forlin."Woy.,woy, liat kedepan." Teriak Aditya."Sorry-sorry." Ruri tertawa kecil.

Mereka telah sampai di apartemen. Ketika mereka masuk,beberapa orang melihat mereka karena Aditya menggendong Forlin. Tapi saat itu ada Ruri, ia yang selalu bolak balik ke apartemenya dengan perempuan yang setiap harinya hampir berbeda sudah menjadi hal yang wajar bagi Orang-orang yang ada di apartemen itu.

***

Forlin menggeliat diatas ranjang berwarna putih itu. Disampingnya,Aditya duduk memandang sahabatnya yang sedang menggerakkan tubuhnya.
Sementara Ruri sedang didapur dan memasak sesuatu yang bisa dimakan. Di dalam keluarganya,hanya ia dan ayahnya yang mahir memasak sehingga ayahnya memilih untuk berbisnis kuliner dan banyak restoran yang dibangunya.

"Hei." Sapa Aditya sambil mengelus pipi Forlin.
Forlin mendengar suara itu dan mencoba untuk membuka matanya."Ini dimana?" Tanya Forlin dan berusaha melihat sekeliling bangunan itu yang ia tidak pernah liat sebelumnya.
Ruri memasuki Kamar dan memegang nampan yang berisi sandwich dan susu untuk mereka bertiga.
Forlin yang melihatnya terkejut dan ia berusaha untuk duduk.

"Dia" Ia menoleh ke arah Aditya.

"Dia teman gue, Ruri. Ini apartemenya. Gue sengaja kita nginep disini. Gue nggak tega liat tante nangis gara-gara kelakuan lo semalem." Potong Aditya.Forlin menunduk dan menangis. Aditya mengangkat kepalanya dan memegang keningnya sendiri.
"Maksud lo apaan semalem lo ngikutin gue ke Restoran trus gue nemu lo didepan club kayak orang nggak waras."

"Udah weh,makan dulu. Aditya emang rese lin kalo lagi laper. Nggak usah dengerin kata Aditya dulu." Ruri mengambilkan sandwich buatanya dan memberikan Kepada Forlin yang tertunduk lemas.
"Ini,makan dulu." Aditya tersenyum kecut mendengar lelucon Ruri.
"Pokoknya habis makan kita ngomongin masalah semalem." Aditya menatap tajam Forlin.
"Habis ini Gue mau mandi." Forlin mengalihkan topik pembicaraan Aditya. Aditya memutar kedua bola matanya. Kebiasaan,batinya."Kebetulan disini ada baju adek gue ketinggalan." Sambung Ruri."Baju adek lo atau baju cewek-cewek yang-

"Sialan." Ruri memotong perkataan Aditya dan berjalan menuju lemari besarnya itu.

"Udahlah gue udah tau semuanya ri." Aditya tertawa. Forlin yang melihat pertengkaran kecil mereka tersenyum lebar sambil memegang sandwich miliknya.
Ruri menghampiri Forlin dan memberikan baju blouse tanpa lengan yang berwarna biru muda dan celana pendek berwarna pink soft.
"Gue yakin ini muat di badan lo. Soalnya adek gue badanya hampir sama kayak lo."

"Thanks ." Senyum Forlin."Gue mandi sekarang deh." Forlin berdiri dan menuju ke kamar mandi.

Sementara Aditya keluar dan menuju ruang utama. Ruri mengikutinya dari belakang."Tau nggak?" Tanya Ruri."Nggak tau dan gue nggak pengen tau."celetuk Aditya.
Ruri mendengus,"gue pernah ketemu sama Forlin sebelumnya.mungkin gue jodoh sama dia soalnya gue ketemu lagi sama dia."

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang