32

1.1K 55 14
                                    

"Gue nggak bisa liat lo nangis." Ucap Feral. Suaranya bergetar. Masih dalam keadaan memeluk gadis itu.

"Gue nggak bisa liat lo di tikam kayak tadi. Lo itu siapa sih sebenarnya? Kenapa gue merasa kita punya ikatan." Isak tangis Forlin sangat memilukan. Apalagi Feral yang benar-benar tak kuasa jika melihat Forlin menangis dan mendengar isakannya.

Feral terkekeh. Ia mengusap pucuk kepala gadis itu. Ikatan apa? Gue cuma ngasih cincin tunangan yang dulunya lo tolak pas gue lamar elo.

"Forlin Zazkia Putri. Itu cuma perasaan lo doang. Mana mungkin gue punya ikatan sama pacar orang." Ucap pilu Feral.

Forlin menggeleng didalam dekapan pria itu. "Lo adalah malaikan penolong gue,kan?" Tanyanya.

Feral melepaskan pelukan itu. Bagaimana Forlin mengatakan itu? Bagaimana ia bisa menebak? Bukannya ia hilang ingatan? Memang kalo di pikir, Feral adalah malaikat penolong gadis itu, ia sudah banyak menolong gadis itu, terutama nyawanya. Jika Feral tida menemukan tubuh Forlin, mungkin sekarang ia sudah menjadi jasad yang membiru.

"Coba liat bibir lo." Feral mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Forlin mendongak. Memperlihatkan bibir indahnya. Pria itu mengusapnya.

"Maaf ya,tadi lo nyaris di cipok sama si cowok saiko." Feral nyengir.

"Me-mending kita ke UKS. Bersihin luka lo." Ucap pelan Forlin. Gadis itu sedikir canggung ketika Feral menyentuh bagian bibirnya.

Feral menggenggam erat tangan Forlin. Menuruni tangga dengan ketukan kaki bersamaan. Forlin masih bergulat dengan pikirannya. Memaksakan otaknya bekerja. Mencari sebuah jawaban. Siapa sebenarnya pria yang ada di sampingnya?

"Mikirin apa? Mikirin gue itu siapa?" Tanya Feral.

Forlin membulatkan kedua bola matanya. Bagaimana pria itu tahu bahwa ia sedang memikirkannya? Apa dia benar-benar malaikat penolong? Atau peramal? Ah ngawur.

Di UKS. Forlin tampak mahir memerbani luka Feral yang ada di tangannya. Pria itu hanya diam. Memandang wajah Forlin yang terlihat serius dengan kerjaannya. Anak rambut Forlin berjatuhan menutupi wajahnya. Segera Feral menyelipkan anak rambut gadis itu ke telinganya.

Forlin mendongak,menatap manik mata coklat itu seksama. Pria itu tersenyum.

"Nama lo siapa?" Tanya Forlin.

"Malaikat penolong." Jawab Feral.

"Gue serius. Nama lo siapa?" Tanya lagi Forlin yang masih belum mendapatkan jawaban.

"Feral."

"Oh,Feral. Bisa anter gue pulang nggak habis ini? Sekalian kita diner bareng. Gue yang traktir." Senyum Forlin.

"Dengan keadaan gue seperti ini? Nanti gue disangka kabur dari rumah sakit lagi." Feral cemberut. Tapi ide yang melintas di kepalanya membuat ia tersenyum. "Makan di rumah gue aja. Atau di rumah lo."

"Fix rumah lo." Senyum Forlin.

Perkenalan hangat di suasana dalam UKS. Membuat Feral kembali bangkit dari keterpurukannya. Kembali ada peluang untuk bersama seseorang yang ia cinta. Setelah ini,semoga ia bisa lebih dekat dengan Forlin dari sebelumnya.

***

"Feral,gue boleh nanya sesuatu nggak?" Tanya gadis itu di sela memakan sate yang ke lima tusuk.

"Boleh." Jawab Feral.

"Dulu,gue itu orangnya gimana?"

Feral tertawa. Apa ia harus bilang kalau dirinya adalah orang tercuek sejagad raya,tercerewet se RT,dan terbawel se kelurahan? Tapi percuma, orang hilang ingatan pasti tidak akan mempercayai bahwa itu adalah dirinya.

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang