49

933 38 24
                                    

Dua minggu setelah Ujian Nasional. Dua minggu juga atas hilangnya Feral dari pandangan Forlin.

Gadis itu duduk terdiam menikmati desiran angin yang sedikit kencang di pinggir pantai. Rambutnya beterbangan membuatnya ia terlihat sangat cantik. Suara ombak mendramatiskan suasana saat itu.

Sore itu dia sendiri. Tanpa teman. Ia menikmati air kelapa hijau dan bergulat dengan pikirannya.

Ponsel yang ia letakkan di atas meja bergetar. Seseorang di seberang sana meneleponnya. Forlin hanya memandang dan membaca nama siapa yang tertera disana.

Feral

Forlin menghiraukannya. Beberapa kali terulang kembali namun ia hanya diam dan tidak ingin mengangkatnya.

"Kenapa nggak di angkat?" Tanya seseorang yang sudah berdiri di belakangnya.

Forlin terkejut. Suara itu yang dulunya selalu membuat Forlin membulatkan matanya, kini kembali lagi. Forlin menoleh ke belakang.

"Ka-kamu kenapa ta-tau aku disini?" Tanya balik Forlin. Sambil terbata.

"Kenapa nggak di angkat?" Tanya ulang Feral.

Forlin berbalik. Kembali memandang ombak kecil yang menampar pelan pasir putih itu. Ia tidak menjawab.

"Forlin." Panggil Feral dengan pelan.

Tidak ada jawaban.

Feral mengambil posisi duduk di samping Forlin. Ia mengelus pucuk kepala Forlin dengan pelan. "Diditmu bilang apa sama kamu? Sampe kamu kayak gini? Aku tadi nanya loh."

Lagi-lagi tidak ada jawaban.

"Aku tau kamu disini karena aku ngelacak nomor handphone kamu."

"Dan, aku nyamperin kamu, karena mau ngasih ini."

Forlin menoleh pelan ke arah Feral.

Feral membuka pengait kalung berliontin tengkorak dan cincin emas putih yang cantik disana. "Aku mau pergi jauh. Semoga nanti kita bisa ketemu lagi,ya. Rasanya aku sia sia ngejar kamu yang juga lagi ngejar cinta kamu."

Feral mengambil tangan gadis itu. Memasukkan cincin itu di jari manis Forlin.  Gadis itu berkaca-kaca namun masih tidak ingin bersuara.

Feral berdiri dari kursi itu. Merapikan jaket jeans nya dan berbalik. Berjalan menjauh meninggalkan Forlin.

"Mau kemana?" Tanya Forlin tanpa berbalik.

Feral menghentikan langkahnya. "Ke suatu tempat."

"Kamu mau ninggalin aku juga?" Tanya Forlin.

Pria itu berbalik lalu berjalan menghampiri Forlin. Sampainya di hadapan gadis itu,Feral menangkup kedua pipi Forlin. Ia tersenyum.

"Rasanya sia-sia. Aku nyerah,Lin." Jeda Feral.

"Untuk saat ini." Lanjutnya.

Forlin menunduk lalu terisak. Ia tidak ingin Feral pergi, namun ia juga tidak ingin menyakiti Feral bahwa ia belum bisa bersama pria itu.

"Jangan nangis. Suatu saat nanti kita bakalan di pertemukan lagi. Dan suatu saat nanti, kamu akan mencintai Feraldi Mahendra." Senyum Feral. Satu kecupan hangat mendarat di kening gadis itu.

Forlin menggeleng. Ia mendorong pria itu lalu mengangkat jari telunjuknya. "Kamu pernah janji sama aku, kamu nggak bakalan ninggalin aku. Kenapa sekarang kamu ingkar?!"

Forlin melepaskan cincin itu dari jari manisnya. Lalu berlari meninggalkan Feral.

Feral hanya memandang punggung gadis itu menjauh. Menghela napas kasar dan menunduk layaknya seorang yang sedang putus asa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA DIAM-DIAM TERLUKA DIAM-DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang