Chapter 7

990 90 7
                                    

Lintah, ular, serangga, dan hewan menyebalkan dam berbahaya lainnya menjadi tantangan Seasons dalam perjalanan menuju pusat Holona atau The Secret Hollow. Setelah perjalanan yang memakan dua jam lamanya, akhirnya mereka menemukan sebuah pohon yang sangat besar.

"I don't expect the tree will be this huge.." Adelia menatap pohon itu tak percaya. Taylor terkekeh. "Ini baru kejutan awal," katanya.

Terlihat Dylan tengah mengintip melalui lubang kecil yang ada pada batang pohon tersebut. "Apa yang dia lakukan?" tanya Adelia heran. Namun, Taylor hanya diam tak menjawab. Bagian kulit pohon raksasa itu terbuka bagaikan sebuah pintu. Alanna dengan jahilnya mendorong Dylan ke masuk ke dalam batang pohon itu. "Don't scream, Winter!"

Rahang Adelia jatuh seketika. "Wow.. I've never seen this kind of thing."

"Mau ke dalam? You're gonna see more," ajak Taylor. Adelia mengangguk. Ia memasukan kepalanya ke dalam pohon itu dan melihat ke bawah. "Ini datar? Jadi, kita akan jatuh?!" tanyanya tak percaya.

"Well, not exactly falling down," kata Alanna dan tanpa aba-aba mendorong Adelia ke dalam sana.

"FUCK YOU, FALL!!!" Teriakan Adelia terdengar dari bawah sana.

Dan, setelah lima belas menit merasakan jatuh, Adelia akhirnya sampai di Secret Hollow dengan kaki yang bergetar. Ia menemukan Dylan yang tengah berbaring di atas sofa dengan lengan yang menutupi matanya.

"Kau sudah sampai?" Dylan bangkit dan mengangkat tubuh Adelia yang masih terduduk di atas trampolin. Dylan memindahkan Adelia ke atas sofa dan memberinya segelas air putih. "Kau tak apa?" tanya Dylan setelah Adelia meminum minumannya. "Hah! Yang tadi itu gila!" katanya yang dibalas kekehan oleh Dylan.

Tak lama, Alanna dan Taylor juga sampai. "How do you do, Winter, Summer?" tanya Alanna dengan senyuman meremehkannya.

"Fuck it! I fucking hate her!" umpat Dylan kesal.

"Welcome, The Seasons! Perkenalkan, aku Julian Midday. Aku akan membawa kalian berkeliling," kata seorang pria yang tiba-tiba muncul di dalam ruangan itu.

"I'll pass. Aku sudah hapal setiap sisi dan sudut tempat ini. Oh, dan jangan terlalu lama," ujar Alanna lalu melenggang pergi. "Aku harus memeriksa kondisi kapal. Kalian bersenang-senanglah," kata Taylor lalu pergi ke arah berlawanan.

"Yang pertama tadi cukup menyebalkan, ya?" Julian meminta persetujuan pada Adelia dan Dylan. Dylan mendengus. "Yeah. I'm fucking annoyed." Adelia mengedikan bahunya,"Well, kabar baiknya kita punya waktu untuk mendinginkan kepala."

Julian mengangguk lalu memulai perjalanan mereka. "Di pulau ini, ada 250 pegawai yang menangani berbagai tugas dan menjaga pulau ini dan 523 mayat agen Draker."

"Jadi, kita akan dikubur di sini? Apa kita akan berada di ruang pembeku?" tanya Dylan. Julian menggeleng. "Semua tempat yang kalian lewati di atas sana adalah kuburan mereka."

"Jadi, kita menginjak mereka?!" Adelia merasa tidak enak. Julian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar anak muda! Tidak ada yang seperti itu. Nah, sekarang kalian harus melihat teknologi Draker yang tersimpan di sini."

Mereka dibawa oleh Julian ke ujung ruangan di mana ujungnya dibatasi oleh kaca. Di bawahnya terdapat banyak pesawat, mobil, helikopter yang pasti berbeda pada umumnya. "Nah, kalian tidak punya banyak waktu. Sebaiknya, kita ke ruang persiapan. Ayo!"

Ruangan yang dominasi warna coklat itu berhasil membuat Dylan dan Adelia tersenyum, pasalnya semua yang mereka butuhkan tersedia di sini. Baju, senjata, dan aksesoris khusus tersedia di sana. "Pilihlah seperlunya. Jangan memberatkan badan kapal," peringat Julian lalu meningglkan dua manusia itu.

Setelah sepuluh menit berlalu, mereka berdua akhirnya selesai memilih apa saja yang harus mereka bawa. Adelia masih terus tersenyum membuat Dylan heran. "Apa aku terlihat setampan itu sampai-sampai kau tidak bisa berhenti tersenyum, Adel?"

"Damn it, Dylan! Tentu saja, tidak! Aku baru saja menemukan busur panah cantik yang dapat dilipat. Aku jadi tidak sabar untuk menggunakannya nanti," kata Adelia senang. "Kau menemukan sesuatu yang spesial?" tanya Adelia.

"Well, actually not really spesial." Dylan mengangkat tangannya yang terlapisi sarung tangan kulit berwarna hitam yang melapisi telapak tangannya sampai sepertiga jarinya.

Adelia menatapnya heran. "Lalu, apa yang spesial?" tanyanya. Dylan tersenyum miring melihat rekannya yang penasaran. "Kita lihat saja, apa kau akan mengetahui fungsinya nanti," katanya membuat Adelia mendengus.

Adelia melemparkan earbud bening pada Dylan. "Hal terpenting," ingatnya. Dylan langsung memakainya. "Thanks. I almost forget about it."

"Jadi, apa kalian sudah siap? Karena kalian tidak akan suka mendengarkan omelan Alanna. Kalian harus segera ke sini. Lokasinya sudah kukirimkan di jam tangan kalian. Better hurry," kata Taylor dari ujung sana.

"Copy!" kata mereka bersamaan. Mereka pun segera berlari menuju lokasi sambil berceloteh tentang Alanna. Oh, bukan. Tepatnya, hanya Dylan dan Adelia mendengarkan.

"Adakah alat untuk membungkam mulut seseorang di ruangan itu? Karena aku lupa membawanya," rutuk Dylan kesal. Adelia tersenyum geli. "Kuharap dia tidak ikut dalam misi Grenade," kata Adelia.

Setelah lima menit berlari, mereka akhirnya sampai di ujung pulau. Di sana sudah ada beberapa staf Secret Hollow dan wajah menyebalkan Alanna, tentunya.

"Tidak buruk. Kami lebih cepat tiga puluh detik," kata Dylan membuat Alanna mendengus dan masuk ke dalam kapal selam dengan wajah tertekuk.

"Di mana Taylor?" tanya Adelia pada Julian.

"Dia di dalam. Dia yang akan mengemudikan kapal selam ini," jelasnya.

Dylan lebih dahulu masuk meninggalkan Adelia dan Julian di sana. "Semoga berhasil," kata Julian sebelum Adelia masuk ke dalam kapal selam itu. "Well, kita harus berhasil," kata Adelia sebelum benar-benar pergi.

Julian mendengus. "Anak muda dengan jiwa bebasnya. Kuharap mereka bisa meyelamatkan dunia."

"Jadi, di antara kalian, siapa yang mau membantuku?" tanya Taylor. Dylan langsun maju dan mengambil bangku di samping Taylor. Adelia sangat tahu apa yang dipikirkan oleh rekannya itu. Ia ingin menghindar dari Alanna.

"Nyalakan mode transparan," perintah Taylor.

Adelia duduk di bangku kiri penumpang dan memakai seatbeltnya. Ia lalu membuka ponselnya. Kedua sudut bibirnya tertarik mendapati satu panggilan tak terjawab dan banyak pesan dari Orion. Ia menyalakan mode pesawatnya dan membuka pesan-pesan dari Orion.

From : Javier Bee

- Adel, aku sudah melihat kejutanmu dan wanita itu sudah tidak menghubungiku lagi :)

- Kapan kau akan pulang? Aku ingin mentraktirmu makan siang.

- Apa kau baik-baik saja? Apa kau sesibuk itu sampai tidak bisa menjawab pesanku, Nona Summer?

- Adelia Summer, BALAS PESANKU!!!

Adelia tertawa membuat Dylan dan Taylor saling melempar pandangan bingung. "Ada apa dengannya?" bisik Taylor. Dylan mengedikan bahunya. "Mungkin tekanan di sini membuatnya sedikit gila," jawabnya sedikit bercanda.

***

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang