[09] Love & Hate

974 89 4
                                    

Update abis aikido hehe. Eh naik rank ngmng2 makasih lho untuk kalian yang udah baca dan vomment. Aku baca kok komen kalian tapi.. Lagi menghemat kuota hehe udah sekarat gara2 buka ig :'( oke happy reading!!!!
________________________________________________________________

Pria berumur setengah abad lebih itu menatap tvnya tak percaya. Ia akhirnya menemukan kedua anaknya. Adel dan Devan. Matanya mulai berkaca-kaca. "Pia, aku sudah menemukan anak-anak kita. Sekarang, aku tinggal harus mencarimu.." katanya sambil tersenyum haru.

Namun, untuk mengembalikan segalanya tidaklah mudah. Dan Jonathan Dexter telah menyadarinya begitu ia bertemu dengan anak-anaknya. Semuanya akan sulit.

"Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Dexter?" tanya anak lelakinya dingin. Hatinya seperti tertusuk mendengar perkataan anak bungsunya itu.

Ia sudah banyak berubah. Devan sudah semakin tinggi dan tegap, bahkan suaranya sudah berubah. Begitu juga dengan anak perempuannya yang masih berdiri dalam diam. Adelia, anak sulungnya itu, sudah bertambah cantik. Dalam hati ia meringis menyesal karena telah melewatkan masa perkembangan kedua anaknya.

"Apa anakmu itu tidak bisa mengurus perusahaan dengan benar sehingga anda sendiri yang harus datang ke sini menghabiskan waktu berhargamu itu?" tanya Devan lagi.

"Kami sudah menolak tawaran kerja sama dari perusahaan kalian. Jadi, lebih baik anda pulang, Tuan Dexter," usir Devan. Namun, Jonathan masih diam memandangi anaknya. Ia ingin mengingat gambaran anaknya itu di kepalanya yang sudah memutih itu.

Lalu, ia melangkah mendekati Adel. Saat ia ingin membelai rambut anaknya seperti yang sering ia lakukan dulu, Adel menghindar. Bahkan, anak sulung yang ia sering manjakan itu enggan melihatnya. Jonathan menurunkan tangannya yang menggantung di udara akibat penolakan Adel.

"Baiklah. Ayah akan pergi," ujar Jonathan.

"Anda bukan ayah kami, Tuan Dexter. Karena kami tidak memiliki orang tua!" tegas Devan.

Jonathan tersenyum miris,"Kalian tumbuh dengan baik. Ayah bangga pada kalian." Lalu, ia pergi dan menghilang dari ruangan itu.

Adel menjatuhkan dirinya di atas sofa. Ia masih terlalu shock dengan apa yang baru saja terjadi. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat perkataan Jonathan yang sudah lama sekali tak ia dengar. "Ayah bangga pada kalian.."

Tidak bisa dipungkiri, meski ia membenci ayahnya itu dan terus memakinya di setiap saat, Adel merindukan sosok hangat itu. Sosok yang pernah ia sayangi dan banggakan. Sosok Jonathan Dexter, ayahnya. Jujur saja, sebenarnya, ia benar-benar ingin memeluk ayahnya itu. Mengucapkan kata 'ayah' untuknya dan menikmati tepukan di kepalanya. Namun, tubuhnya hanya membeku dan menolak perlakuan Jonathan. Mengingat apa yang pernah ayahnya itu lakukan, tubuhnya secara langsung sudah menolak Jonathan.

"Sudahlah, Kak. Jangan terlalu dipikirkan," nasihat Devan yang sudah memeluknya erat. Adel membalas pelukan adiknya dan mengangguk. Ia harus kuat.

🐚🐚🐚

ADELIA :

Aku menghela napasku. Kejadian-kejadian itu mulai kembali berputar di kepalaku setelah sekian lama. Kejadia di mana duniaku dan Devan menggelap karena kedua cahaya kami pergi menghilang.

Dulu, kami hanyalah keluarga sederhana yang hangat. Ayah masih mengembangkan usahanya sendiri, sedangkan ibu merawat kami berdua. Dengan hidup yang cukup itu, kami bahagia. Tidak perlu uang banyak untuk hidup bahagia. Cukup orang-orang yang kita sayangi. Sampai aku menduduki bangku SMP, perusahaan Ayah berkembang pesat. Tapi, kami masihlah keluarga yang hangat seperti dulu. Sampai waktu itu tiba.

Hari itu adalah hari pertama aku duduk di bangku SMA. Malam itu hujan deras dan aku mendengar suara pecahan kaca dari kamar orang tuaku. Semakin aku mendekat, semakin terdengar pula bentakkan dan teriakan Ayah. Aku juga mulai mendengar isakkan Ibu. Aku tidak tahu apa yang mereka katakan yang aku tahu adalah hubungan Ayah dan Ibu sudah tidak seperti dulu lagi.

Terlalu fokus dengan apa yang terjadi, aku tidak sadar bahwa Devan juga sedang mendengarkan. Dia berdiri di hadapanku, namun dia tidak menangis. Dia hanya diam dan menatapku datar, persis seperti saat dia menatap Ayah tadi. Lalu, ia mengajakku untuk tidur bersamanya. Malam itu, aku dan Devan tidur berpelukkan. Mempersiapkan diri untuk dunia yang gelap.

Beberapa hari setelah kejadian itu, aku mulai mendengar rumor tentang ayahku yang berselingkuh dengan seorang janda beranak satu. Di mataku dia adalah seorang jalang yang sudah merebut suami orang. Tentu saja itu bukanlah rumor tak karuan. Itu adalah sebuah kenyataan pahit. Dibuktikan dengan pernikahan Ayah dan Jalang itu setahun setelah Ayah dan Ibu bercerai. Dan setelahnya, aku tidak pernah melihat Ibu lagi.

Tidak ada yang lebih baik di antara mereka berdua. Mereka sama. Ayah yang mengacuhkan kami dan Ibu yang meninggalkan kami. Mereka sudah tidak peduli. Dan pada akhirnya, mereka meninggalkan kami di dunia kami sendiri untuk bahagia di dunia lain. Egois. Dan aku membenci mereka.

Setelah Ayah menikah dengan Jalang itu, rumah bukanlah rumah melainkan neraka jahanam. Jalang dan anak haramnya itu benar-benar merebut perhatian Ayah. Bahkan, Ayah melupakan ulang tahunku dan Devan. Sedangkan Ibu? Aku tidak tahu bagaimana kabarnya. Dia di mana dan bagaimana keadaannya. Aku juga tidak pernah bertanya tentang Ibu pada Ayah karena kami jarang sekali berbicara.

Saat umurku 19 tahun, Ayah dan Devan bertengkar hebat. Mereka bertengkar karena anak haram itu menyakitiku. Dulu, aku hanya bisa menerima apapun yang mereka lakukan padaku. Aku memang lemah. Setelah itu, Devan mengajakku pergi dari neraka jahanam itu. Dengan berbekal uang tabungan, kami pergi.

Tiga bulan berlalu dan uang kami semakin menipis. Beruntungnya aku karena Tuhan mengirimkan Oliver. Aku putus kuliah dan bekerja dengannya untuk membiayai sekolah Devan.

Bertahun-tahun berlalu, aku dan Devan tidak pernah membahas hal sekecil apapun tentang orang tua kami. Kami hanya berfokus menuju titik terang. Tidak ada waktu untuk melihat ke belakang. The past is in the past. Jangan buka luka lama. Move on!

🐚🐚🐚

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang