[24] Quality Time

820 73 0
                                    

Bad news ma friend!! Kuota aku abiss :( susah deh ngepost -.- udh bilang ke bokap tp blm disi2in mw ke toko pulsa mager.. Jd ini dia hotspot dari adik tersayang hehe. Oke happy reading 😘😘

Jgn lupa pencet 🌟 yaw!
________________________________________________________________

Dengan tangan yang masih di gips, Devan duduk di sofa dan menonton tv selagi menunggu kakaknya pulang. Sebenarnya, ia baru sampai di rumahnya hari ini karena setelah ia sadar Wanda dan Dylan memintanya untuk tinggal di rumah mereka agar ia lebih mudah dirawat. Padahal, Devan sudah menolak bantuan mereka. Tapi, apa daya dirinya. Ia tertarik untuk mendengar cerita Dylan tentang kakaknya dan Orion.

Awalnya, Devan sudah berprasangka kalau Orion tertarik pada kakaknya di acara peresmian mereka. Namun, tak lama prasangka itu hilang begitu mendengar Adel malah berpacaran dengan Dylan. Dan kemarin, Dylan berkata kalau Orionlah yang menyukai Adel dan bukan dia. Ditambah lagi, dengan kata-kata kalau mereka saling mencintai. Bukankah Orion sudah memiliki kekasih, si Anak Haram itu?

"Hei, apa ada yang menganggumu?" Devan terlonjak melihat kakaknya sudah duduk di sampingnya.

Adel mengacak rambut adiknya gemas,"Aku sudah menyapamu berkali-kali dan kau hanya bengong. Apa masih sakit?"

Devan menggeleng,"Tidak, Kak. Hanya saja, banyak yang ingin kutanyakan pada Kakak. Tapi, sebaiknya Kakak istirahat dulu. Aku tahu Kakak lelah."

"Hei, yang perlu istirahat itu kau, Devan. Sekarang, tanyakan apa yang ingin kau tanyakan, setelah itu istirahat. Kau masih sakit," ujar Adel.

"Baiklah." Devan menarik napasnya, lalu mulai bertanya. "Kau berpacaran dengan Orion untuk balas dendam?"

Kening Adel berkerut,"Tidak. Tentu saja tidak. Tunggu.. Apa Dylan memberi tahumu?"

Devan mengangguk membuat Adel mendengus. "Ck. Lemur itu harus kuberi pelajaran!"

"Jadi.. Kau menyukainya, Kak?" tebak Devan.

Tiba-tiba, pipi Adel memerah dan ia mulai mengalihkan pandangannya. "Hm," jawabnya malu-malu.

"Cinta?"

"Eum, mungkin belum sampai tahap itu," jawab Adel.

"Kau tahu kan kalau dia berpacaran dengan anak haram itu, Kak. Kita tidak seharusnya berhubungan dengan mereka lagi." Devan mengeluarkan pendapatnya.

Adel menghela napas. "He drives me crazy, Dev. He makes me cross the line I made by myself and it's really frustating," jelas Adel.

"It's dangerous and fun in the same time and it' complicated," tambahnya lagi sambil tersenyum.

Dan Devan tahu kalau ia tidak bisa lagi membatasi ataupun menahan kakaknya. Ia hanya bisa mendukungnya.

"Oke. Pertanyaan selanjutnya."

"There's no objection?" tanya Adel tak percaya. Devan mengangguk,"Kau terlihat bahagia dan aku tidak ingin menghalangi itu."

"Nah, jadi..apa yang kau lakukan di Gili Trawangan?" tanya Devan. "Selain berkencan dengan kekasihmu itu," tambahnya lagi.

Adel menautkan jari-jarinya. Ia tidak berani menatap mata adiknya. "Aku melihat Ibu."

Devan menatap kakaknya tak percaya. "Kak, apa kau sudah memutuskan untuk kembali ke masa lalu?" tanya Devan dengan nada tidak suka.

"Keadaan Ibu tidak seperti yang selama ini kita bayangkan, Dev. Dia tidak menikah lagi dan berkeluarga ataupun hidup bahagia. Dan dia masih menginginkan kita, Dev," jelas Adel dengan mata yang berkaca-kaca.

"Dan aku tidak berencana untuk kembali ke masa lalu, Dev. Aku ingin menyelesaikannya, jadi kita bisa memulai lembaran baru tanpa beban dan batasan," tambah Adel.

"Jadi, kau akan membalas dendam?" tanya Devan.

"Ya. Semacamnya tapi tidak sepenuhnya. Pertama-tama, kita harus menjauhkan Ayah dari Jalang dan Anak Haram itu," jawab Adel.

"Dan sekarang kau membawa-bawa pria tua itu. Apa kau ingin menyatukan kita lagi, Kak?"

Adel menggeleng,"Tidak perlu sejauh itu. Aku hanga ingin mereka semua aman."

"Aman? Apa dia dalam bahaya?" tanya Devan. Dan Adel pun menceritakan pertemuannya dengan Gary.

🐚🐚🐚

"Wah, lihatlah siapa yang sedang merana karena jauh dari kekasihnya?" ejek Dylan saat melihat Orion tengah berguling-guling tidak jelas di atas kasur.

Dylan yang sedang bersandar di daun pintu, akhirnya terkena lemparan bantal dari sang kakak. "Diam kau, Kid!"

Dylan berbaring di samping kakaknya, ikut menatap langit-langit kamar. Sudah lama mereka tidak melakukan ini. Brothers Quality Time.

"Hei, Kid. Ceritakan tentang Adel.." pinta Orion.

"Hm. Aku bertemu dengannya tujuh tahun yang lalu. Dia gadis yang sempurna. Cantik, pintar, berbakat, dan..seksi."

Plak! Orion memukul kepalan adiknya. "Ck. Posesif sekali!" gerutu Dylan sambil mengusap-usap kepalanya.

"Tapi, dia tidak sesempurna itu. Dia punya masalah yang sangat rumit. Oh, pribadinya juga rumit. Dan dia..sangat pandai menyembunyikan sesuatu," ujar Dylan.

"Ada lagi?"

"Hm.. Banyak. Dia lahir di tahun yang sama denganku, tepatnya tanggal 14 April. Dia sangat menyukai Percy Jackson. Dia jarang minum bersama orang lain selain adiknya. Dia suka berolahraga. Dan yang lainnya, kau akan tahu setelah menghabiskan waktu bersamanya," ujar Dylan mulai lelah bercerita.

"Kak.." panggil Dylan membuat Orion menatapnya.

"Tolong jaga Adel. She's precious to me. She's like my twins and she always know what i want. She's the best best friend ever," kata Dylan dengan tatapan serius.

"Kau tenang saja, Kid. Aku tidak akan melepaskannya sampai dia yang meminta," kata Orion sambil tersenyum.

"Pegang janjimu itu."

🐚🐚🐚

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang