[28] I Don't Know You

740 64 3
                                    

Holaa my friend!! Ini chapter berikutnya. Udah, aku gak tau lagi mau ngomong apa. Gak pinter ngomong sih. Ya udah, happy reading!!
________________________________________________________________

ORION :

Aku menatapnya yang masih tertidur pulas di sampingku. Ini sudah pukul 8.00 pagi dan harusnya aku sudah bersiap untuk bekerja. Heh, masa bodoh. Sekali-sekali, tidak apa menyalahgunakan jabatan, bukan?

Aku mengusap pipinya yang lembut itu. Dia begitu cantik, bahkan saat tertidur. Bulu matanya yang lentik, hidungnya yang kecil, dan bibirnya yang lucu. Dan perlahan, mata indah itu terbuka untuk menatapku.

"Morning, Sugar.." kataku setelah mencium keningnya.

Dia tersenyum,"Morning, Bee.."

"Eum, jam berapa ini?" tanyanya.

"Delapan lewat."

Bukannya bangun, Adel malah masuk ke dalam pelukanku dan melingkarkan tangannya di pinggangku. Ah, indahnya pagi kalau bisa seperti ini terus..

Aku pun membalas pelukannya dan mulai mengusap-usap rambutnya pelan. "Kenapa kau mabuk semalam, hm? Kau tahu, aku mencemaskanmu karena kau tak kunjung menjawab panggilanku dan tidak membalas pesanku..."

Kudengar helaan napasnya dan aku mulai merasakan pelukannya melonggar. "Maaf.. Aku hanya sedang lelah," lirihnya.

Aku menatapnya yang terlihat sedih. Aku tahu pasti dia sedang memikirkan sesuatu. Aku menghela napas,"Kalau begitu, jangan mabuk bersama adik dan teman-temanmu itu. Kembalilah ke sini. Kau bisa mengandalkanku."

Adel semakin menenggelamkan kepalanya di dadaku. Hmm, dia terlihat manis saat begini. Rasanya, aku ingin mengurungnya di kamar seharian..

"Bee.."

"Hm."

"Kalau aku meninggalkanmu, apa yang akan kau lakukan?"

Aku berhenti mengusap rambutnya. Aku menatapnya yang tengah menatapku. "Aku akan menunggumu untuk kembali," kataku pelan dan yakin.

Kemudian, aku mulai merasakan kehangatan tangan kecilnya di wajahku. Dia tersenyum,"Kalau begitu, apapun yang terjadi kau harus menungguku."

Aku pun ikut tersenyum,"I swear."

Perlahan, aku mendekatkan wajahku pada miliknya. Dan dengan pasti, bibirku mulai menyentuh bibirnya dengan lembut.

"It's my first.." katanya setelah aku melepaskan pagutan kami. Pipinya merona lucu, membuatku gemas. Jadi, aku mengecup pipinya, hehe..

Wow. Aku benar-benar tak menyangka kalau dia sepolos dan sesuci itu. Aku jadi merasa beruntung menjadi yang pertama..

"It makes me happy. Thank you, Sugar.." kataku sambil menempelkan dahi kami.

🐚🐚🐚

Orion berjalan ke arah Adel yang tengah duduk di atas meja bar sambil meminum susunya. Ia baru saja pulang dari supermarket untuk membeli bahan makanan dan meninggalkan Adel untuk mandi.

"Hei, kau minum susu?" tanya Orion sedikit bingung.

Adel mengangguk,"Kau mau?"

Orion terkekeh. Ia merasa sedang pacaran dengan anak kecil. "Tidak perlu. Kau saja."

Adel pun menghabiskan susunya dan turun dari meja bar, menghampiri Orion yang tengah mengeluarkan barang belanjaannya dari kantung.

"Jadi, apa yang akan kita masak?" tanya Adel.

"Omelette, pasta, dan--"

"Pasta. Aku ingin itu. Apa boleh?"ujar Adel pelan.

Orion tentu saja setuju. Memangnya punya kuasa apa dia untuk menolak.

"Tentu saja. Kau mau bantu?" tawar Orion yang langsung diangguki oleh Adel.

Setelah acara masak dan makan mereka selesai, pasangan kekasih itu duduk berdua di atas sofa sambil menonton tv.

"Bee, apa kau tidak bekerja?" tanya Adel yang baru menyadari bahwa hari ini adalah hari rabu. Orion menggeleng sambil cengengesan.

"Anak nakal! Kenapa kau membolos, hah? Mentang-mentang itu perusahaanmu jangan seenaknya," ujar Adel sambil memukuli lengan Orion.

"Hei, kau itu kekasihku. Bukan ibuku!" protes Orion tak setuju. "Lagipula, kau juga membolos, bukan?" lanjutnya.

"Aku sudah berhenti bekerja."

Orion menatap Adel bingung,"Berhenti? Kenapa?"

Adel tersenyum,"Aku ingin mengejar cita-cita baruku. Maka dari itu, aku berhenti bekerja dan fokus berusaha."

Ya, cita-cita untuk bahagia bersamamu, Orion. Menikah dan punya anak, batin Adel.

"Jadi, apa cita-citamu?" tanya Orion.

"Menyelesaikan semua masalah laluku dan hidup bahagia di masa yang akan datang," jawab Adel ambigu.

Seketika, Orion menjadi cemas. "Kau punya masalah? Apa ada yang bisa kubantu?"

Adel mengangguk. "Jadilah tempatku berpulang and stay safe."

Entah mengapa, Orion merasa tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Ia merasa tersesat karena tidak mengetahui apapun. Apa yang dialami oleh kekasihnya di masa lalu? Ia merasa benar-benar belum mengenal Adel di sampingnya ini. Haruskah ia bertanya pada Dylan? Kenapa Dylan tahu segala hal tentangnya? Sedangkan ia tidak tahu apa-apa. Padahal, ia adalah kekasihnya.

Adelia Summer..siapa kau sebenarnya? tanya Orion dalam hati.

"Hei, apa ini ada hubungannya dengan pertunangan kita yang tertunda?" Orion memberanikan diri untuk bertanya.

Adel terdiam. Dan hal itu membuat Orion semakin yakin bahwa ada yang disembunyikan oleh kekasihnya ini.

"Maaf.." ujar Adel lirih. Lalu, ia menatap Orion,"Aku belum bisa memberitahumu, Rion. Waktunya belum tepat."

"Lalu, kapan? Kita ini kekasih, Adelia. Sebenarnya, kau menganggapku apa, hah?" tanya Orion mulai emosi.

Adel menghela napasnya,"Aku memberimu hak untuk mencari tahu. Kau boleh memata-mataiku ataupun bertanya pada Dylan."

Orion masih diam tak menjawab. Sudah terlihat ia sedang menahan emosinya saat ini.

"I'll give you space. Aku pergi."

Itulah kata terakhir yang ia dengar sebelum pintu apartemennya kembali tertutup.

"I'm sorry.." Orion memjamkan matanya. Ini pertengkaran pertamanya dengan Adel.

🐚🐚🐚

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang