[23] Mine & Yours

806 66 0
                                    

Good morning everyone!!! *englishmodeon* Is everybody fasting? Coz i dont. Im on my period --" nah, enjoy the new chapter and happy fasting.

Press this button 🌟 to support this story. Thanks!
________________________________________________________________

ORION :

Where the hell is she?! Apa dia pergi karena aku mencium pipinya semalam?

Pagi ini, aku hendak mengajak Adel untuk sarapan. Dan aku sudah berdiri di depan pintunya selama lima belas menit dan tidak ada jawaban darinya. Lebih sialnya lagi adalah aku tidak memiliki nomornya. Fuck!

"Halo, Dylan?"

"Yes, brother. What's up?"

"Berikan nomor Adel padaku, sekarang."

Tut! Aku memutuskan sambungan. Aku menunggu tak sabaran.

Kiddo :

+1347101XXX

Ck. Payah sekali! Kau bahkan tidak mendapatkan nomornya. Bergeraklah sebelum dia diambil orang.

Note :

Adel pemegang prinsip 'no sex before marriage' dan budaya-budaya dari ibunya. Jadi, semoga beruntung!

Your Bro

Aku terperanga. Jadi..begitu.. Artinya dia masih.. Masih..

"Ck! Apa yang aku pikirkan?!" Aku mengacak-acak rambutku, kemudian setelah sadar dari kegilaanku ake menghubungi Adel.

"Ya. Siapa ini?"

"Seseorang yang membuatmu hangat kemarin. Apa kau lupa, Nona Summer?"

Kudengar tawanya yang renyah. "Ada apa, Rion?" Hm.. Aku suka saat dia memanggil namaku.

"Kau di mana? Aku sudah mengetuk dan berdiri di depan kamarmu selama lima belas menit dan kau tidak kunjung keluar. Aku khawatir, Sweetheart.."

"Mm, maaf. Aku sedang di tempat fitness," katanya.

"Aku ke sana. Jangan dekat-dekat dengan pria lain dan tunggu aku, Sweety."

Dengan cepat, aku berlari menuju tempat fitness. Membayangkan pria lain melihat tubuhnya saja sudah mampu membuatku panas. Ck!

Setelah berlari dengan jarak pendek yang terasa panjang itu, akhirnya aku sampai di ruang fitness. Kulihat Adel dengan rambut yang di kepang dua, legging putih yang memamerkan leg linenya dan juga sportbra putih yang memperlihatkan perutnya yang datar itu. God! Lihat pria-pria itu sudah mulai mendekatinya, ck!

"Sweetheart, kenapa kau tidak bilang kalau mau pergi, hm?" Aku memeluknya dari belakang. Dia sedang meminum air mineralnya.

"Maaf. Ah, kau pasti lapar. Ayo sarapan!" ajaknya.

"Dengan baju seperti ini?" tanyaku tak setuju. Adel mengangguk dan aku menggeleng,"Apa kau tidak membawa jaket atau kaus?"

Adel menggeleng. "Memangnya kenapa?"

Aku menghela napas dan membuka kemejaku. Untungnya, masih ada t-shirt putih yang menempel pada tubuhku.

"Nah, begini lebih baik," kataku puas melihat kemejaku yang menutupi Adel sampai setengah pahanya.

Aku menariknya ke dalam pelukanku dan berbisik di telinganya. "Hanya aku yang boleh melihat tubuhmu. Jadi, jangan pamerkan tubuh indahmu itu pada pria lain, oke?"

Tubuhnya menegang, tapi selanjutnya aku bisa mendengar kekehan kecilnya. "Pecemburu.."

Sial!

🐚🐚🐚

ADELIA :

Jadi, di sinilah kami setelah sarapan. Tepatnya di pantai. Selagi masih pukul tujuh, kami masih bisa merasakan matahari pagi di pantai. Dan rencanaku adalah berenang. Aku sudah membawa bikini dari awal. Dan satu-satunya masalah yang ada adalah Rion.

"Rion, pleasee.. Sebentar saja. Aku ingin berenang bersamamu.." Namun, dia hanya membuang muka. Dia tidak mau berbicara padaku. Ck.

Lihatlah. Dia bahkan memamerkan tubuh bagian atasnya yang wow itu! Lalu, kenapa dia melarangku?! Ck, memangnya dia siapa?!

Eh? Tunggu, tunggu. Dia kan bukan kekasihku atau semacamnya. Hmm..sebaiknya, aku menggunakan kesempatan ini. Kau seorang jenius Adelia!

Dengan cepat, aku membuka kaus panjang yang menutupi tubuhku sampai setengah paha dan melemparnya ke sebelah Rion yang sedang duduk bersantai. Akhirnya!!!!

Dengan cepat, aku berlari menuju lautan tanpa menghiraukan panggilan Rion. Ayo kita bersenang-senang bikini!

Sibuk bermain air bersama anak-anak kecil pribumi, aku tidak menyadari kalau Rion sudah menggendongku ke tengah laut. "Rion! Lepaskan!"

Sial! Dia benar-benar melepaskanku dan aku tenggelam. Badan kecil yang sialan! Aku melompat-lompat untuk mengambil napas. Sampai, tangan malaikat itu kembali menggendongku.

"Gadis nakal. Itu hukumanmu!"

Aku terengah dan mengambil napas sebanyak-banyaknya. Sampai dadaku kembali tenang, aku menatap jengkel Rion yang tengah menatapku datar. Ck, yang harusnya marah itu siapa?!

"Kenapa kau keras kepala sekali, hah?" tanyanya kesal.

"Lalu, kau. Kau melarangku untuk berpakaian sesukaku, kenapa? Bahkan, gadis-gadis itu melihatmu seperti ingin menerkammu!"

"Karena aku.." Kalimatnya menggantung dan tatapannya tak terbaca. Aku memiringkan kepalaku,"Karena kau?"

Dia menghela napasnya, lalu menatapku dalam,"Bukan, bukan itu. Tapi..karena kau milikku, Adelia."

"Apa artinya kau juga milikku, Orion?" tanyaku.

Dia menarikku ke dalam pelukkannya. "Ya. Tentu saja," bisiknya tepat di telingaku.

"Maaf," katanya lagi. Dia mengeratkan pelukannya. "Apa aku terlalu posesif? Apa aku terlalu mengekangmu?"

Aku mengurai pelukkan. Sebenarnya, kalau mengikuti budaya Amerika hal ini tidak perlu dimasalahkan, tapi..sepertinya mulai saat ini aku harus membiasakan diri lagi dengan cara hidup orang Indonesia yang tertutup.

Aku menggeleng,"Tidak. Aku suka saat melihat wajah cemburumu itu.." Aku mencubit kedua pipinya dengan gemas.

"Ayo naik ke punggungku. Kita harus segera ke pantai sebelum ombaknya bertambah kuat," ajaknya.

Ha.. What a day..

🐚🐚🐚

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang