Chapter 8

958 84 3
                                    

"Ugh, aku tidak menyukai seragamnya.." komentar Adelia. Tak berbeda dengan Dylan yang menatap pakaiannya dnegan tatapan menjijikan. "Jingga dan putih? Apa mereka tidak punya warna lain?"

"Hei, kalian. Berhenti berkomentar dan cepat selesaikan misi ini. Aku ingin pulang ke rumah!" kata Alanna dengan tangan terlipat.

"Lalu, kenapa kau ada di sini jika hanya menyuruh-nyuruh kami saja, hah?! Seharusnya, kau tidak ikut dan berhenti menjadi seorang Draker!" bentak Dylan marah. Adelia mengusap bahu Dylan untuk meredakan amarahnya. Lalu, ia menatap Alanna dengan tatapan serius.

"Oliver, berhentilah bermain-main. Aku sudah membiarkanmu sejak kemarin, okay? Sekarang, jangan ganggu kami," ujar Adelia membuat Dylan terkejut.

Penampakan Alanna tiba-tiba berubah dan menampilkan sebuah robot besi dengan penampilan mengerikannya. Di bagian kepalanya muncul sebuah layar yang menampilkan wajah puas Oliver. "Ah, Adel. Kau selalu tahu apa yang ada di kepalaku, hm.."

"SIALAN KAU, OLIVER!!!" teriak Dylan kesal. Wajahnya sampai memerah dan urat di pelipisnya mulai terlihat. Lalu, terdengar gelak ketawa Oliver yang terdengar benar-benar puas.

"Adel, kenapa kau tidak memberitahuku, hah?!" tanya Dylan kesal. Adelia mengedikan bahunya. "Kupikir, kau tidak sebodoh itu untuk tertipu..."

Dylan menghela napasnya mencoba mengatur emosinya. "Sudahlah, lebih baik aku pergi. Dunia lebih penting daripada leluconmu, Oliver!"

Dylan keluar terlebih dahulu dari atap kapal selam dan diikuti oleh Adelia. Mereka ternyata sedang berada di dalam gua di pulau itu. Lalu, sebuah cahaya menyorot mereka. "Hei, apa yang kalian lakukan di sana?!" teriak seorang pria dengan sebuah senter di tangannya.

Pria itu menghampiri Adelia dan Dylan yang berdiri kaku. Apa mereka sudah ketahuan? Mereka bahkan baru menapakan kaki mereka di pulau ini.

"Oh, jangan bilang kalian bercinta di sini!" kata pria berambut putih itu. Adelia menatap Dylan, lalu mereka berdua tertawa canggung. "We're sorry, Sir.." kata Adelia mewakilkan.

Pria tua itu menghembuskan napasnya. "Hm. Cepatlah kembali bekerja!" perintahnya. "Yes, Sir!"

Adelia dan Dylan memasuki sebuah gedung berbentuk mangkok itu. Mereka mulai memasang topi, sarung tangan, dan masker seperti pegawai lainnya dan mulai berpencar. Seperti rencana yang telah mereka susun, Dylan bertugas untuk menyambungkan jaringan pulau itu dengan jaringan Taylor dan Adelia akan mencuri satu serum vaksin itu.

Adelia menepi ke tempat yang sepi dan memastikan ttempat tersebut tidak terjangkau oleh cctv. Ia menatap lokasi ruang penyimpanan vaksin tersebut di jam tangannya. Ia mulai berjalan menyusuri koridor melalui orang-orang yang sangat sibuk dengan kegiatan mereka.

Adelia menekan ear budnya. "Taylor, I'm already here," katanya. Lalu, terbukalah pintu berwarna abu-abu itu. Adelia memasuki ruangan yang penuh dengan rak-rak tinggi itu. Ia menatap satu kotak serum terdekat. Sial! Kotak ini terbuat dari besi! Umpatnya.

Suara alarm berbunyi. "Controlling system is activated. Intruder is detected. Area 5. Area 5."

"HOLYSHIT!" umpat Adelia. Ia langsung berlari keluar dari ruangan itu. Ia melihat jam tangannya dan menyadari bahwa area lima bukanlah areanya, tapi Dylan.

Adelia keluar dari ruang penyimpanan itu dan mendapati orang-orang tengah berlari ke salah satu arah. "Taylor, retas cctv area dua dan tiga," katanya pada Taylor.

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang