Happy reading, everyone! Wacth out for typos and don't forget to leave your vote and comments. Thanks 🙏!
________________________________________________________________ORION :
Kepalaku berdenyut, pandanganku kabur, dan semuanya terasa asing. Beberapa kali, aku menggelengkan kepalaku agar semuanya terlihat jelas. Di mana aku? Apa yang terjadi?
Saat pengelihatanku mulai jelas dan suara bising kendaraan terdengar. Aku sedang berbaring di sebuah single bed dengan selimut yang menghangatkanku di dinginnya musim gugur ini. Oh, tidak.. Salju sudah mulai turun.
Perlahan, aku duduk dan mulai menyadari bahwa kedua kakiku ternyata di rantai. Sekarang aku ingat apa yang sudah terjadi kemarin malam. Semuanya sangat disengaja. Ini sebuah penculikan.
Aku melihat rantai itu. Cukup panjang untuk berjalan ke sebuah ruangan yang disebut kamar mandi. Ujung rantai itu sendiri adalah tembok. Ruangan ini cukup kecil, mirip seperti kamar lama yang jarang digunakan, namun cukup bersih.
Tak lama, bunyi decitan pintu terdengar. Munculah sosok yang sudah lama tak kutemui. Aku juga berharap tidak akan bertemu dengannya lagi.
"Orion.." Dia memanggilku dengan senyuman tak bersalahnya itu. Cih, ini pasti rencananya dan ibunya!
"Ternyata kau benar-benar licik, Vannia.." kataku sambil berdecak.
Senyuman di wajahnya memudar dan kupikir dia akan tertawa jahat, tapi bukan itu kenyataannya. Dia malah terlihat murung. Dan sebuah kata tak terduga terlontarkan. "Maaf.."
Aku mengernyitkan dahiku bingung. Kenapa dia malah meminta maaf?
"Maafkan aku.. Aku harus menuruti perkataan ibuku. Hanya dia satu-satunya yang kupunya," katanya sambil menunduk.
"Kenapa kau menjadi seperti ini?" tanyaku heran.
Dia kembali tersenyum dan memberikan nampan yang berisi makanan dan minuman itu kepadaku. "Makanlah. Aku tidak memberi racun pada makanan dan minuman ini. Kau perlu tenaga untuk keluar dari sini."
Aku tidak puas. Dia belum menjawab pertanyaanku. Ck, sial!
"Aku tidak bisa lama. Ibu akan curiga. Aku pergi dulu," pamitnya sebelum benar-benar pergi.
Aku menghela napas, lalu mulai menyuapkan makanan tersebut ke dalam mulutku. Setelah selesai, aku meletakan nampan itu ke atas nakas. Namun, nampan tersebut oleng dan hampir saja menjatuhkan piring dan gelas itu kalau saja aku tidak langsung menangkapnya tadi. Aku mencoba membenarkan posisi nampan itu, namun hasilnya nihil. Nampan itu masih tidak seimbang. Penasaran, aku akhirnya memeriksa bentuk nampan itu. Ternyata dibawahnya ada suatu benda pipih berwarna putih. Ponsel!
Aku tersenyum senang. Namun, hal ini membuatku semakin penasaran dengan maksud Vanni. Tapi persetan dengan itu, aku harus menghubungi seseorang.
Aku segera melepaskan perekat dari ponsel tersebut dan aku menemukan sebuah memo yang berisi nomor milik Adel. Aku akan membalas kebaikanmu, Vanni.
"Halo? Ini siapa?"
Aku tersenyum nendengar suara gadisku itu. "Ini aku--"
"BEE?! BENAR INI KAU?? KATAKAN DI MANA JALANG DAN ANAK HARAM ITU MENGURUNGMU? APA KAU BAIK-BAIK SAJA?"
"Iya, ini aku, Sugar. Tenanglah, aku baik-baik saja," kataku mencoba menenangkannya.
Terdengar helaan napasnya,"Baiklah. Bisa deskripsikan tempat kau berada?"
Aku terkekeh,"Kau terdengar seperti operator 911, Sugar. Aku tidak tahu aku di mana, tapi tempat ini jauh dari kebisingan kota."
"Bagaimana kau bisa menghubungiku, hm? Ponselmu rusak.. Hei, Kid! Suruh Eddie lacak ponsel Rion!"
Aku terkekeh. Sepertinya dia sibuk sekali..
"Vanni yang menolongku. Dia yang memberikan ponsel ini padaku, Sugar.."
"WHAT?! Don't kid with me, Bee! Bagaimana bisa?" tanyanya.
"Aku tidak tahu. Dia meminta maaf padaku," kataku.
"Baiklah. Kami sudah menemukan lokasimu. Tunggulah, nanti malam kami akan menjemputmu, Bee."
"Hati-hati, Sugar.."
🐚🐚🐚
Oliver dengan kesalnya melangkah ke dalam rumah Alfred. Aura kemarahan membakar dirinya menimbulkan radiasi yang dapat dirasakan oleh setiap orang di sekitarnya. Dengan kasar, ia membuka pintu ruangan favorit sahabatnya.
"JONATHAN! APA LAGI YANG KAU PERBUAT, BEDEBAH?!" teriak Oliver kesal.
Alfred dan Jonathan yang sedang berbincang terkejut dengan kemunculan Oliver dengan wajah bengisnya.
"Calm down, Oliver. What's wrong?" tanya Alfred bingung.
"Kau tidak tahu? Dia menyebarkan siapa Adel sebenarnya!" Oliver menunjuk Jonathan. "Kenapa kau tidak bisa membiarkan dia hidup tenang? Urus saja istri dan anakmu itu!"
"Ckckck.." Suara decakan itu membuat ruangan itu sunyi. Oliver mengernyitkan dahinya, lalu berbalik untuk melihat siapa yang mengganggu momen kemarahannya itu.
"..walau sudab tua, kau masih seperti anak muda ya, Rekan Lama.." Mata Oliver membulat. Ia tidak mempercayai siapa yang tengah berdiri di ambang pintu itu.
"Pia.." katanya tak percaya.
Pia tersenyum miring,"Lama tak berjumpa dan kau sama sekali tak berubah, kekanakan."
Oliver terkekeh,"Reuni, hm? Sayang, Sakura tidak di sini.."
"Ya, kau benar. Ngomong-ngomong, Jonathan bukanlah pelakunya, asal kau tahu saja," ujar Pia membuat Oliver kebingungan.
Kemudian sesuatu membuat Oliver menatap Pia tak percaya,"Kau yang melakukannya? Dasar, gila! Apa yang akan dikatakan oleh anakmu nanti?!"
🐚🐚🐚

KAMU SEDANG MEMBACA
Staying Afloat
Action[ Action - Romance ] 2017.05.13 - Now Highest Rank : #7 IN ACTION Title Before : There's Nothing Holdin' Me Back Wanita yang dikenal sebagai Adelia Summer ini harus memilih antara masa depan dan masa lalunya. Ia yang awalnya begitu ambisius dengan d...