[43] Marriage?

773 54 0
                                    

Krisis kuota readersss mianhaeee :'( happy reading everbody!!
________________________________________________________________

Adel dan Rion tengah berbincang bersama Oliver dan Anne di sebuah meja bundar berwarna putih. Saat ini, mereka sedang berada di Pulau Jeju di mana Len dan Jennie mengadakan resepsi pernikahan mereka. Tak lupa, mengumumkan bayi mereka yang baru lahir satu bulan yang lalu, Maximus.

"Adel, bisa kau gendong Max? Aku ingin menghubungi Dylan. Anak itu belum datang," kata Jennie sambil memberikan Max kepada Adel.

"Wah, sepertinya kau sudah siap untuk memilik anak, Adel. Kenapa kalian tidak menikah saja?" tanya Anne.

"Well, pertama, aku tidak ingin mendahului tunanganmu itu, Anne. Kedua, tidak ada yang melamarku," sindir Adel membuat Rion gelagapan.

Anne dan Oliver tertawa. "Nah, jangan mengulur waktu lagi. Dylan bisa saja mengambilnya," canda Oliver membuat Rion terdiam.

"Jaga omonganmu, Oliver. Kakakku itu sangat pecemburu." Dylan muncul dengan seringai di wajahnya dan seorang gadis di sampingnya.

"Nana?" ucap Adel tak percaya.

Alana tersenyum,"Hai, Kak."

Kening Rion berkerut bingung membuat Alana segera mengulurkan tangannya,"Alana, sepupu kekasihmu dan teman Dylan."

"Orion, kakak Dylan," ucap Rion menjabat tangan Alana. Lalu, Alana melanjutkan perkenalannya kepada Oliver dan Anne.

"Kau di sini rupanya, Dylan! Wah, kau akhirnya punya pasangan!" seru Len yang datang bersama Jennie.

Dylan memutar bola matanya malas. "Lalu, apa? Aku harus berdiri sendiri seperti orang bodoh dengan kalian yang bermesraan. No way!"

"Jadi, siapa namamu, Nona?" tanya Len.

"Panggil saja Alana. Aku sepupu, Adel."

"Aku Len dan ini Jennie. Oh, yang ada digendongan Adel adalah anak kami, Max."

Dalam bundaran meja itu, mereka berbincang dan bercanda. Lalu, sampailah mereka pada sebuah topik yang sangat perlu dibahas.

"Mungkin tahun depan. Tahun ini banyak sekali yang akan menikah. Len dan Jennie, kau dan Anne, lalu Ayah dan Ibu," kata Adel menimbang-nimbang.

"Ya. Mungkin aku akan melamarmu tahun ini, Sugar." Rion mengedipkan sebelah matanya pada Adel.

"Hei, hentikan itu. Kalian menggelikan!" kata Dylan merusak suasana.

"Sudah, sudah. Jadi Rion, apa kau sudah memperkenalkan dirimu sebagai kekasih Adel pada kedua orang tuanya?" tanya Oliver.

Rion menggeleng,"Aku sudah mengenal Jonathan, tapi tidak dengan ibunya."

"Kau sebaiknya segera melakukan itu. Tidak baik jika menundanya," saran Anne.

"Lalu, bagaimana denganmu Oliver? Kapan kalian menikah?" tanya Jennie.

"Bulan depan mungkin. Jadi, siapkan waktu kalian. Jangan lupa bawa pasangan jika kalian tidak ingin terlihat seperti orang idiot," sindir Oliver pada Dylan.

"Ck. Dasar paman tua!" ledek Dylan kesal.

🐚🐚🐚

ORION :

"Hei, ada apa? Kau terlihat gugup, Bee.." tanya Adel sambil mengusap bahuku.

Aku menghela napasku, kemudian menatap Adel. "I wanna say my greeting to your parents, Sugar.."

Adel menggenggam tanganku dan mengusapnya. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Kalau kau belum siap, jangan dipakasa.."

Aku menggeleng. "Tidak baik menunda hal-hal seperti ini. Aku ingin mereka tahu kalau aku serius menjalani hubungan ini bersamamu," kataku.

Adel tersenyum, lalu tangannya mulai mengusap wajahku. Detik berikutnya, bibirnya sudah menempel pada milikku. "Aku mencintaimu.." bisiknya.

"I know.." kataku masih dengan mata yang terpejam.

"Ayo, turun dan laksanakan niat baikmu itu." Adel dengan antusias mengiringku ke dalam rumahnya.

"Ayah, Ibu! Aku pulang!!"

Aku duduk di sofa dengan tangan terkepal. Huft, I'm fucking nervous!! Tapi, untungnya Adel tidak meninggalkanku sedikitpun dan terus menggenggam tanganku.

Tak lama, munculah ayah dan ibu Adel. Sepertinya, mereka sudah tahu maksud kedatanganku ke sini. Tentunya saat melihat genggaman tangan kami.

"Ehem!" deham Jonathan. Dia menautkan tangannya serius. "Jadi, apa maksudmu datang ke sini, Orion?" tanyanya.

Aku meneguk ludahku susah payah dan hendak menjawab, tapi ibu Adel sudah menjawab terlebih dahulu. "Jo, hentikan aktingmu yang sok serius dan menyeramkan itu! Kau pasti Orion Javier, kan? Pria yang diceritakan oleh anakku. Aku Pia, ibu Adel," katanya mengulurkan tangan.

Aku menunduk dan segera menerima uluran tangannya dengan kedua tanganku. "Aku Orion Javier. Dan hari ini aku ingin memperkenalkan diri sebagai kekasih anak kalian, Adelia," kataku setengah mati.

"Kau..apa kau serius dengan anakku?" tanya Jonathan dengan penuh kecurigaan. You have to be brave, Rion!

Aku menatapnya,"Ya dan secepatnya aku akan melamarnya."

"Kenapa harus Adel? Kenapa tidak cari wanita lain?" tanyanya.

"Ayah!" peringat Adel pada Jonathan.

Aku memperat genggaman kami dan menatapnya untuk menyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Karena dia Adelia yang dengan nama belakang 'Aku harus mengganti pembalutku', Summer, dan Dexter," jawabku yakin.

Adel memukul lenganku membuatku tersenyum jahil. Lalu, kedengar helaan napas Jonathan. "Baiklah, selamat datang di keluarga kami, Orion. Take care of my daughter."

"With pleasure, Sir," kataku.

"Nah, sekarang katakan padaku. Apa saja yang sudah kalian lakukan selama ini?" tanya Jonathan membuatku mati kutu.

I'm dead already!!

🐚🐚🐚

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang