[12] Vanni

816 79 2
                                    

Libur hehe jadi update siang. Udah tanpa bacot lagi. Happy reading!

Jgn lupa pencet 🌟
________________________________________________________________

Brak!

Pintu terbuka lebar menampilkan sosok wanita yang sedang terbakar api kemarahan. Wajahnya memerah dan badannya tegang. Ia menatap Adel yang masih duduk melipat tangannya di dada dengan senyuman miring di wajahnya. "Oh, Nona Dexter. Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Adel sok ramah.

Vanni berjalan mendekati meja dan mengebraknya,"Tidak usah basa-basi! Jauhi Orion dan keluarganya! Mereka milikku!"

Adel berdiri dengan santai dan tersenyum sinis,"Bagaimana rasanya, Vannia? Saat milikmu direbut oleh orang lain."

"Dengar--" Adel mencondongkan tubuhnya dan menatap Vanni dengan tajam.

"--kau sudah merebut kehidupanku, jadi tidak ada salahnya aku mengambil apapun yang seharusnya menjadi milikku. Jangan mengancamku, apalagi menganggu hidupku! Jika kau berani, kau benar-benar akan menyesal!" Tubuh Vanni bergetar medengar perkataan Adel. Tatapan Adel seolah-olah ingin membunuhnya saat ini.

Vanni menjauh dan melangkah ke arah pintu,"Heh, seolah kau bisa melakukan apa saja. Kau lemah, Adelia!"

Setelah Vanni pergi, Adel mendesah dan terduduk di kursinya. Kepalanya berdenyut. Shit! Darahku naik, umpatnya dalam hati.

"Sebaiknya, kau jaga emosimu.."

Adel memutar bola matanya. Dia sangat hapal suara itu. Ia lupa bahwa hari ini Orion mengadakan rapat dengan Devan di perusahaannya. Adel berdecak kesal,"Jadi, kau menguping pembicaraan orang. Heh, tidak sopan!"

Orion mengedikan bahunya cuek,"Aku tidak sengaja mendengarnya, Summer."

"Hah, sudahlah. Lebih baik kau kembali ke perusahaanmu. Dan tolong minimalisir pertemuanku denganmu. Kekasihmu--"

"Dia bukan kekasihku," potong Orion.

"Ck, terserah. Aku sudah tidak ingin berurusan dengannya, jadi menjauhlah!" tegasnya.

Orion mendekati Adel dan meletakan kedua tangannya di tangan kursi, mengurung Adel yang tengah menatapnya tanpa takut-takut. "Aku sudah tidak bisa menjauh darimu lagi, Adelia," kata Orion sambil menatap kedua manik Adel.

Shit! Adel mengumpat karena jantungnya berdebar-debar akibat Orion menyebut nama depannya. Kegugupan sudah melingkupinya.

Namun, rasa gugup itu hilang begitu ia mendengar pertanyaan Orion yang merendahkannya. "Jadi, kau takut dengan Vanni?"

Cih, menjijikan! Adel mengumpat.

Ia tersenyum sinis,"Aku tidak pernah takut, Javier."

Wow. Perasaannya cepat sekali berubah, batin Orion terkejut.

"Jangan buat hidupku penuh dengan masalah, Javier. Fuck off!" Setelah mengatakan itu, Adel melepaskan diri dari kurungan Orion dan pergi dari ruangan itu.

Orion tersenyum miring,"She's really something.."

🐚🐚🐚

ADELIA :

"Dev, tolong ambilkan cheese balls di dapur!"teriakku.

Tak lama, Devan datang dengan dua kaleng soda dan beberapa bungkus camilan, salah satunya cheese balls. Dia duduk di bawah sofa karena aku yang menguasai sofa, hehe.

Malam ini, kami akan menonton ulang Battleship melalui DVD. Film itu pilihan Devan karena dia sudah sangat bosan menonton film-film favoritku seperti Percy Jackson, Twilight, dan Avenger. Oh satu lagi, aku akan memberitahu kejadian-kejadian yang melibatkan Vanni.

"Dev, kau tahu, aku bertemu Vanni.."

"Hm. Di mana?" tanyanya masih fokus menonton.

Aku membuka bungkus cheese ballsku,"Eum, di rumah Javier."

Devan menoleh,"Bagaimana bisa kau di sana?"

"Well, Wanda, teman di kelas yogaku, ternyata adalah ibu Orion. Supirnya tidak bisa menjemputnya, jadi kutawarkan tumpangan. Sesampaianya di sana, hujan turun dengan deras dan aku diajak makan siang."

Aku menelan dua buah cheese balls sekaligus,"Awalnya, Vanni tidak ada di sana. Tapi, saat aku duduk di meja makan dia datang. Dan ternyata, Vanni adalah orang yang dijodohkan dengan Orion."

"Jadi, kau kecewa?"tanya Devan membuat dahiku berkerut. Apa maksudnya? Tentu saja tidak! Tapi..mungkin sedikit..

Aku menggelengkan kepalaku,"Tidak. Untuk apa?"

"Oh. Kukira kau menyukainya, Kak. Kau tidak pernah menatap seorang pria seperti itu, Kak," ujar Devan.

Hah? Memangnya, seperti apa aku menatapnya? Ck.

"Nah, kau tau dia bahkan mengibarkan bendera perang padaku. Urgh, menyebalkan! Untung saja Wanda berpihak padaku," alihku.

"Lalu, hari ini, dia datang ke kantor dan melabrakku!"

"APA?! Kapan? Kenapa kau tidak memberitahuku? Apa kau terluka, Kak?" tanyanya bertubi-tubi sambil mengecek keadaanku.

"Tenanglah, Dev. Aku tidak apa-apa. Dia mengancamku dan aku balik mengancam. Hah, dia belum tahu siapa Adelia yang sekarang!" kataku sombong. Aku menghela napas melihat wajah cemas Devan,"Jadi, tenanglah. Kakakmu ini sudah menjadi kuat dan bisa melakukan apa saja."

Devan memelukku,"Aku juga sudah berubah, Kak."

"Hm. Tapi, kau tetaplah adik kecilku yang manja.." ejekku membuatnya cemberut.

"Tapi, Kak.."

"Hm?"

"Posisi Vanni itu harusnya menjadi milikmu. Kalau semuanya baik-baik saja, kaulah yang akan dijodohkan dengan Orion, bukan?"

"Biarlah. Lagipula, aku sudah ditawarkan oleh Wanda untuk menjadi salah satu menantunya juga," kataku membuat Devan terkejut.

"Benarkah?"

Aku mengangguk,"Tapi, dengan anak bungsunya. Wanda menyuruhku untuk menemuinya saat ulang tahun pernikahan mereka."

"Wah, sepertinya kau dekat dengan Wanda.."

"Ya. Dia baik padaku dan menyenangkan. Dan yang terpenting adalah dia membenci Vanni."

Kami tertawa bersama. Hahh.. Kira-kira, seperti apa adik Orion itu? Aku penasaran..

🐚🐚🐚

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang