[20] The Beginning

793 74 2
                                    

Sebelumnya makasih kepada teman-teman yang udah mau baca cerita aku dan ngedukung cerita ini, padahal ceritanya absurd banget -.- tapi kalian masih mau baca. I love u!!!

Nah, skrg bc chapter selanjutnya ya! Jangan lupa pencet 🌟. Happy reading :)
________________________________________________________________

ADELIA :

Aku menundukan kepalaku untuk bersandar pada tangan Devan yang sedang kugenggam erat. Tangannya dingin, jadi aku berusaha untuk menghangatkannya. Aku menatapnya yang masih terbaring tak sadarkan diri. Kepalanya di perban, lengan kanannya patah dan ada banyak lebam di tubuhnya. Malangnya adikku..

"Hei, sebaiknya kau makan dulu.." Dylan sedari tadi membujukku untuk makan, tapi aku menolak karena aku tidak lapar.

"Jangan menyiksa dirimu, Adel. Kau seharusnya mengumpulkan energi untuk menyusun rencana," ujar Dylan membuatku menoleh ke arahnya. What the hell is he talking about? Rencana? Rencana apa?

Dia berdecak,"Apa kau tidak berpikir kalau jalang dan anak haramnya itulah yang menyebabkan semua ini?"

Mataku membulat. Ya, tentu saja! Kemarin, mereka berniat membunuh pria tua itu. Dan sekarang, mereka berniat membunuh adikku?! Tak akan pernah kubiarkan!

"Kau yakin?" tanyaku.

"75%. Mungkin..kau harus menerima penawaran Dad. Dia bisa membantumu."

"Kau.. Apa kau akan membantuku, Dylan?" tanyaku padanya.

Dia tersenyum miring,"Dari awal, aku sudah masuk dalam cerita ini, gadis bodoh."

"Tapi, untuk apa aku menerima penawaran ayahmu?"

"Dengan mengambil hakmu sebagai pewaris asli Dexter, kau bisa membuat mereka menderita, Adel," jawabnya.

Aku terdiam. Dylan benar. Tapi.. Aku sudah tidak ingin berinteraksi dengan pria tua itu lagi. Namun, kalau benar ini ulah mereka, apa motif mereka?

Aku mengetuk-ngetuk telunjukku di dagu. Aku tahu, pria tua itu sudah menemukan kami. Dia pasti hendak mewariskan hartanya pada Devan, maka dari itu mereka berniat membunuhnya. Dan setelah itu, aku juga akan menjadi sasaran mereka. Fuck!

"Ayo, pastikan kalau mereka benar-benar mencelakai Devan," kataku.

"Tidak perlu. Eddie dan Wyne sedang mencari saksi," katanya.

"Lalu, kenapa mereka hendak mencelakai pria tua itu terlebih dahulu daripada Devan?"

"Hm.. Mungkin, mereka ingin Dexter sakit. Lalu, dia akan mendengar anak-anak kandungnya sudah mati dan keadaannya memburuk. Dan, boom! Mereka yang akan mendapatkan warisannya."

"Sialan! That wicked witch! Aku akan membuatnya menderita tanpa ampun!" umpatku.

"Saat itu, adikmu sedang dalam perjalanan bersama Franda. Dia melindungi kekasihnya. Dan, Franda baru saja sadar. Eddie dan Wyne sedang bertanya padanya kalau dia melihat pengendara itu," ujar Dylan.

Aku menghela napas. Ternyata Devan sudah dewasa, hm? Bahkan, dia melindungi orang yang dicintainya. How sweet..

"Nah, sambil menunggu hasil, sebaiknya kau makan terlebih dahulu." Dia menyodorkan sekotak makanan padaku.

🐚🐚🐚

"Gary?" Adel menatap pria berumur 50 tahun yang berdiri di hadapannya.

"Lama tak perjumpa dan kau semakin cantik, Adelia," katanya sambil tersenyum pada Adel.

"Ayo, duduk. Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu."

Gary adalah sahabat Jonathan yang menjabat sebagai asisten pribadinya sejak muda. Adel berteman baik dengannya, begitu juga dengan Devan. Bahkan, Garylah yang membantu Adel dan Devan untuk keluar dari rumah itu dan menghalangi Jonathan untuk mencari mereka.

"Ayahmu.. Dia sakit," buka Gary pelan.

"Dia ingin menjengukmu, tapi dia masih berbaring di ranjang. Dan keadaannya semakin parah mendengar Devan yang mengalami kecelakaan parah," lanjutnya.

"Kau tahu siapa yang melakukan ini, bukan?" tebak Adel pelan.

Gary mengangguk,"Saat acara itu, kupikir semuanya akan baik-baik saja karena wanita itu dan anaknya juga ada di dalam sana, tapi semuanya di luar dugaanku. Terima kasih sudah menyelamatkannya. Setidaknya, Joe tidak mati di sana."

Adel hanya menatap Gary kosong. Ia masih tak mengerti dengan apa yang ia lakukan saat itu. Ia meminjamkan jubahnya pada pria itu. Aku pasti sedang gila saat itu, pikirnya.

"Kalau begitu, tolong beri tahu aku segala gerakan yang dilakukan jalang dan anak haramnya itu, Gary. Hanya kau yang bisa melakukan itu," ujar Adel serius.

Gary mengangguk.

"Dan satu lagi.." Adel mencengkram ujung bajunya. "..tolong jaga pria tua itu."

Gary tersenyum melihat kebaikan gadis kecil yang sudah tumbuh menjadi wanita itu. "Dengan senang hati," ujar Gary sambil tersenyum.

Adel membalas senyumannya,"Terima kasih."

"Oh, Adelia.."

"Ya?"

"Aku sudah menemukan ibumu. Ini alamatnya.." Gary meletekan sebuah kertas di atas meja.

"Temui dia," ujar Gary sebelum pergi meninggalkan Adel yang masih terdiam di tempatnya.

Ia memijit pelipisnya, Apa yang harus kulakukan?

🐚🐚🐚

Wanda mengelus rambut Adel membuatnya tertidur dengan tenang di pangkuannya. Ia cukup tahu kalau Adel mengalami hal yang buruk setelah kecelakaan yang dialami adiknya itu. Calon menantunya ini terlihat menanggung begitu banyak beban. Ia terlihat banyak pikiran.

"Mom.." panggil Dylan pelan.

"Hm?"

"Ada hal serius yang ingin kubicarakan," ujar Dylan menatap ibunya serius.

"Ada apa, hm?"

"Aku dan Adel...kami..tidak bisa menjalani hubungan seperti yang Mom harapkan," ujar Dylan pelan.

Dahi Wanda berkerut,"Tapi, kalian terlihat baik-baik saja."

Dylan tersenyum, lalu menggeleng,"Kami sudah bersama selama tujuh tahun, Mom. Dan tidak ada rasa sejenis itu yang tumbuh di antara kami."

Wanda menghela napasnya. Sebenarnya, dia sangat tidak rela akan hal ini, tapi mau bagaimana lagi? Mereka sudah dewasa dan bisa menentukan jalan mereka masing-masing.

"Baiklah. Tapi, nanti kau harus menceritakan segala hal yang terjadi di antara kalian berdua, oke?"

"Aku janji."

"Oh, iya. Tenang saja, Mom. Adel akan tetap jadi menantumu suatu saat, tapi dia tidak akan menikah denganku.." ujar Dylan membuat binaran di mata Wanda kembali muncul.

"Kakak akan menikah dengan Adel suatu saat nanti. Akan kupastikan itu..karena mereka.."

"..saling mencintai."

🐚🐚🐚

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang