[44] Rumah Calon Mertua

824 48 3
                                    

Ada yang bisa bantu kasih ide yg unik utk ending TNHMB? Btw aku lg broken heart ngeliat mv TNHMBny Shawn.. Ya ampun beruntung bgt itu cewek 😢😢. Ya udh drpd ak mewek di sini, kalian baca aj deh heheh...

Happy reading! Jgn lupa vote yaww 💋
________________________________________________________________

ORION :

Aku menghela napasku. Aku masih teringat dengan perkataan Jonathan kemarin. Aku menjawab dengan jujur bahwa aku sudah menciumnya dan kami sering tidur bersama. Ingat, hanya tidur. Tapi, sepertinya dia salah paham hinggan menonjok perutku. Argh, rasa sakitnya benar-benar membekas sampai pagi ini.

Untung saja, Adel berhasil membuktikan pada Jonathan bahwa aku belum pernah menyentuhnya. Dan setelah Adel dan Pia pergi, dia berkata kalau aku hanya boleh menyentuhnya setelah menikah. Baiklah, artinya aku harus tetap menunggu, kan? Tidak apa. Everything for her..

Aku mengecup dahi Adel yang tengah tertidur lelap di dadaku. Rasanya, aku ingin cepat-cepat menikah agar bisa merasakan momen seperti ini setiap hari.

Ngomong-ngomong, aku menginap di rumah Adel, tepatnya di ruang tamu. Dan gadisku ini melanggar peraturan. Bukan, tepatnya kami yang melanggar peraturan bersama. Karena Jonathan sudah menonjok perutku, Adel meminta ijin agar dia bisa merawatku. Dengan syarat, tidak ada tidur satu ranjang. Namun harus bagaimana lagi? Aku tidak mungkin membiarkan Adel yang keras kepala menungguiku tetap tidur sambil terduduk. Jadi, aku memintanya untuk tidur di sampingku. Tentunya, aku sudah siap dengan segala risiko yang harus ditanggung.

Tok, tok! Pintu diketuk dan terlihatlah Pia yang tengah tersenyum. Dia berjalan menghampiri kami.

"Selamat pagi, Rion. Sepertinya, tidurmu nyenyak sekali ya?" goda Pia padaku.

"Maaf, Pia. Dia bersikeras untuk menemaniku sampai tertidur. Aku tidak tega membiarkannya duduk sambil tertidur di kursi," kataku sopan.

Pia menggeleng,"Tidak apa. Yang penting, kau tidak melanggar batas. Aku percaya padamu, jadi jagalah anak gadisku ini, hm?"

Aku mengangguk. Lalu, Pia mulai bercerita tentang masa kecil Adel.

"Dia begitu menyukai es krim rasa stroberi dengan coklat warna-warni di atasnya. Dia lebih suka susu dibanding kopi atau teh. Apa sekarang masih seperti itu?" tanya Pia.

"Aku tidak tahu tentang es krim, tapi aku tidak pernah melihatnya meminum teh dan kopi. Kami belum banyak menghabiskan waktu bersama," kataku jujur.

Pia tersenyum,"Kalau begitu, habiskanlah waktu lebih banyak untuk saling mengenal. Semuanya sudah selesai, jadi bersantailah."

🐚🐚🐚

ADELIA :

Aku merasakan kecupan bertubi-tubi pada bibirku. Perlahan, aku membuka mataku dengan enggan. "Morning, Sugar.." sambut Rion dengan senyuman paginya.

Aku tersenyum, lalu kembali menyerukan wajahku pada dadanya. "Hey, wake up sleepy head. Ayahmu bisa datang ke sini kapan saja," katanya membuat mataku yang terpejam ini langsung terbuka.

Aku langsung duduk dan menepuk dahiku. Tanpa berpikir panjang, aku langsung beranjak dari kasur dan berlari menuju kamarku. Fiuh, untung saja Ayah belum keluar dari kamarnya. Bisa-bisa, hubungan kami tidak mendapat restu.

Aku masuk ke dalam kamar mandi dan memutuskan untuk berendam. Aku membayangkan seperti apa acara pernikahanku nanti dan di mana tempatnya. Tapi..

RION BAHKAN BELUM MELAMARKU SAMPAI SAAT INI!!! Ah, sudahlah.

Setelah lima belas menit berendam dan menenangkan pikiranku yang terus bercabang, aku pun memutuskan untuk berpakaian dan sarapan bersama. Di sana sudah duduk Ayah, Ibu, Devan, dan Rion.

"Adel, ayo duduk. Kami sudah menunggumu sedari tadi," kata Ibu. Aku pun segera duduk di samping Rion dan mengoleskan selai kacang pada rotinya.

"Ehem. Kak, kau tidak membuatkanku?" tanya Devan. Aku tersenyum dan membuatkan roti selai cokelat untuknya.

"Selagi kalian belum menikah, Kakak masih harus membuatkan sarapan untukku seperti biasa. Dia masih kakakku saat ini," kata Devan sambil menatap Rion tajam.

Rion menggaruk tengkuknya,"Eum, tentu saja.."

"Ibu, biar aku saja yang membuat minuman," kataku ketika Ibu hendak beranjak dari duduknya.

Aku segera berjalan ke dapur dan membuka lemari mengambil bubuk teh dan kopi. Saat aku hendak menuangkan susu di dalam gelas, sepasang lengan melingkar di perutku.

"Bee, apa yang kau lakukan?" tanyaku sedikit risih. Dia mulai menciumi telingaku membuatku geli,"Bee.. Ada Ayah.."

"Ah, aku lupa!"katanya sambil menepuk dahinya. Rion pun membantuku membawa minuman ke meja makan.

"Tidak terjadi apa-apa, kan?" tanya Ayah curiga.

"Tentu saja tidak. Ya kan, Dear?"

"I-iya, Bu."

"Jadi, kapan orang tuamu datang?" tanya Ayah pada Rion.

"Secepatnya. Setidaknya, tahun ini kami akan bertunangan," jawab Rion.

"Pertunangan? Di musim salju? Aneh.." komen Devan.

Aku membela Rion tentunya. Kasihan dia terus dipojokan. "Tidak apa. Aku suka sesuatu yang aneh. Lagipula, itu bukanlah hal terpenting," kataku.

"Oh ya, Bee. Aku ingin mengunjungi orang tuamu," kataku mengalihkan pembicaraan.

"Nah, bagaimana kalau kalian ikut makan siang di rumahku? Mom akan senang dengan kedatangan kalian. Ya kan, Sugar?" tanya Rion meminta persetujuanku.

Aku mengangguk antusias. "Benar! Anggap saja ini sebagai perkenalan," kataku.

Ah.. Semoga semuanya berjalan lancar..

🐚🐚🐚

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang