[22] Ini Yang Namanya Kencan

800 73 3
                                    

Selamat pagiiiii!!!! Updateeeeee mumpung belum ujian hehe. Oke happy reading dan jangan lupa pencet 🌟 yaw!
________________________________________________________________

ORION :

Dengan lentik, jari-jari panjangnya membuka satu persatu kotak makanan tersebut. Senyumnya terus merekah di bibirnya, membuatku gemas. Apa ada yang spesial dengan makanan itu? Apa dia begitu menyukainya?

"Bahagia sekali, hm?" tanyaku sambil menghampirinya yang sedang duduk di kursi bar.

Aku pun duduk di hadapannya. Dia mulai mengambil makanan-makanan tersebut dan meletakannya ke piring dan memberikannya padaku. Dia baik sekali, hm? Apa ini salah satu tradisi orang Indonesia?

Dia menggaruk tengkuknya,"Eum, maaf. Aku terbiasa mengambilkan Devan makanan."

"Tidak apa. Terima kasih," kataku.

Kami mulai makan dalam hening. Aku terus memperhatikannya. Matanya berbinar-binar setiap kali dia menyuapkan sesendok nasi dan lauk ke dalam mulutnya. Bahkan, pipinya mengembung lucu.

Aku pun juga menikmati makanan khas Indonesia ini. Rasanya sangat lezat. Sayang, toko itu terletak di tempat yang sepi sehingga tidak banyak yang tahu.

Ah, bahkan aku sampai lupa menanyakan mengapa dia tidak bisa makan di sana. Ah, sudahlah. Nanti setelah makan, aku akan menanyakannya. Aku tidak ingin merusak moodnya yang sedang bagus saat ini.

Aku membalik sendok dan garpuku di atas piring. Makanan di kotak-kotak itu sudah habis tak bersisa. Aku masih tidak menyangkan bahwa Adelia Summer, gadis pendek yang kecil, memiliki perut karet yang sangat, SANGAT elastis.

"Jadi, apa kau punya rencana malam ini?" tanyaku.

"Eum.. Tidak. Kau?"

Hm, untung aku sempat mencari aktivitas yang bisa dilakukan di pulau ini. "Bagaimana kalau menonton film?"

"Kau..mengajakku berkencan, Javier?" tanyanya dengan alis yang terangkat. Aku menggaruk tengkukku,"Ya..semacamnya."

"Di dalam kamar?"

Hah?

"Bukan, bukan. Kita akan menonton di luar," kataku.

"Tapi, tidak ada bioskop di sini."

"Tentu saja ada. Hanya saja, sedikit berbeda," kataku sedikit ragu. Apa dia akan menyukai acara menonton ini? Karena, acara menonton ini diadakan di pinggir pantai dan menggunakan projector.

"Baiklah. Jadi, jam berapa?"

"Jam tujuh."

"Baiklah, jam tujuh. Aku..pergi ke kamarku.." katanya malu-malu. Ada apa dengannya? Kenapa hari ini dia manis sekali?

"Hm. Aku akan menjemputmu," kataku sebelum dia pergi dari kamarku.

Aku membaringkan tubuhku di atas kasur dan menatap langit-langit. Jantungku berdegup kencang.

"Aku akan berkencan!" teriakku lalu memeluk guling erat-erat.

Eh? Apa yang baru saja aku lakukan. Aku melepaskan guling tersebut dan duduk di pinggir kasur.

Aku berdeham,"Sebaiknya, aku mandi."

🐚🐚🐚

ADELIA :

18.59

Kakiku tak henti bergerak menendang-nendang sofa. Menghitung detik demi detik kedatangan Orion. Kenapa aku gelisah sekali? Bukan, bukan. Gugup. Ini bahkan tidak lebih dari melompat dari tebing yang tinggi di Forks. Oke, saat itu aku sedang gila, jadi aku melompat ke dalam lautan sedingin dua derajat celcius itu.

Staying AfloatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang