Mau curhat..
Sebel banget tau gak. Masa cerita ini dipindahin ke chicklit? Belum mulai actionnya kelessssss. Aku memang bikin cerita ini bergenre action-romance-chicklit. Tapi, udah aku balikkin ke action lagi. Oke, stop curhat. I know.
Jgn lupa 🌟🌟. Love uuuuu
________________________________________________________________ADELIA :
AKU BENAR-BENAR TIDAK BISA MEMPERCAYAI INI! KID ADALAH DYLAN?! BAGAIMANA BISA?!
"You and that fucking annoying smile. Bagaimana bisa aku bertemu denganmu lagi?" kataku kesal.
"Aku juga tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi, Adel. Seems like fate has made it for us," jawabnya sambil menaik-naikan alisnya. Menyebalkan!
Bunyi ponsel milik Dylan menginterupsi.
"Yes, Mom?"
"..."
"Ya, ya, ya. Kami akan ke sana."
Tut! Dia memutuskan sambungan. Cih, dasar tidak sopan!
"Ayo, acaranya sudah dimulai dan kita tidak muncul-muncul. Mom bisa mengamuk," katanya sambil menyodorkan lengannya padaku.
"Kau tahu misinya, kan? Kita harus tampil lebih baik daripada Orion dan Vanni," kataku mengingatkan.
"Wah, sepertinya kau semangat sekali dengan misi ini," katanya dengan nada mengejek.
Aku tidak merangkul lengannya, melainkan menggenggam tangannya dan menunjukannya pada Dylan. "Nah, seperti ini lebih baik."
Dia tersenyum miring,"Let's do this."
Kami melangkah keluar dari ruangan tersebut dan memasuki hall yang megah itu. Dan kami langsung menjadi pusat perhatian semua orang. Bagaimana tidak? Dylan dengan balutan jas bercorak hitam-putih membuatnya mempesona. Belum lagi, senyuman miring khasnya itu. Ck, baiklah. Aku akui..Dylan sedikit tampan malam ini.
"Jangan melamun. Kalau bisa, pamerkan hubungan kita," bisik Dylan di telingaku. Huh, hubungan apa?! Persaingan?!
Dylan melingkarkan tangannya di pinggangku dan menarikku mendekat. "Kakakku sedang memperhatikanmu. Dia terlihat kesal. Apa kau memiliki hubungan dengannya?" tanya Dylan sambil menghampiri Mom dan Raven yang sedang menatap kami.
"Ck, tentu saja tidak!"
"Hai, Mom. Hai, Dad!" sapa Dylan santai.
Puk! Wanda memukulnya dengan tas kecilnya yang terlihat keras.
"MOM! Itu sakit!" pekik Dylan sambil merengut seperti anak kecil. Oke, itu benar-benar keras.
"Kau menghilang bertahun-tahun dan tidak memberi kabar. Sekarang, dengan santainya, kau muncul dan menyapa kami. Anak tidak tahu diri!" kata Wanda kesal.
"Mom, aku bukan anak kecil lagi!" bantah Dylan. Oke, mereka akan benar-benar menarik perhatian para tamu.
"Dylan, minta maaf sekarang," titahku. Dengan tololnya, dia menatapku seperti orang idiot.
"Sekarang Dylan. Atau aku akan menyebarkan video saat kau sedang pup," bisikku mengancamnya. Langsung saja, matanya terbelalak. Hehe, ini cara paling ampuh!
"Please forgive me, Mom, Dad," katanya sambil menunjukan puppy eyesnya. Wow, aku tidak tahu sisinya yang seperti ini..
Wanda dan Raven menatap Dylan terkejut. Eh, sepertinya aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi.
"Wah, sepertinya, kalian akan cocok. Bagaimana bisa kau membujuk anak berengsek yang keras kepala ini?" tanya Wanda padaku.
Aku melirik Dylan jahil. Hehe, dia mulai panik. "Tentu saja dengan--"
"Aku berhutang budi padanya!" potongnya sambil menutup mulutku.
"Oh, apa kalian sudah mengenal satu sama lain sebelumnya?" tanya Raven.
"Ya. Dia sempat menolongku di saat yang genting--"
"Ya. Aku SANGAT sering membantunya. Dia benar-benar tidak bisa diandalkan," potongku bercanda.
Kami pun tenggelam dalam pembicaraan yang mengejek Dylan secara terus-menerus. Ini sangat menyenangkan karena pengetahuanku tentang aib si Kid itu bertambah.
"Aku tidak percaya kalau kau datang hari ini, Dylan," suara bariton milik Orion.
"Nah, sekarang Orion dan Vanni sudah ada di sini. Sebaiknya, kalian berempat mengobrol terlebih dahulu. Kami akan menyampaikan pidato. Have fun, kids!" Raven dan Wanda pun pergi.
"Hai! Aku Vannia Dexter, kekasih kakakmu," sapa Vanni sambil mengulurkan tangannya kepada Dylan.
Dylan menatap remeh uluran wanita itu dan menatapnya sinis,"Wah, mengecewakan sekali. Kupikir, kekasih kakakku benar-benar wanita baik-baik."
Dia terdiam. Dan Dylan melanjutkan hinaannya lagi. "Dan entah mengapa, aku merasa nama Dexter sangat tidak cocok untukmu. Ah, maafkan aku yang terus mengikuti insting gilaku ini."
Ya, telan itu, bitch!
"Oh, Kakak. Apa kabarmu?" tanya Dylan pada Orion yang sedari tadi hanya diam saja.
Orion mendengus,"Jangan basa-basi. Dari mana saja kau, Anak Nakal?" Orion mengapit leher Dylan dengan tangannya.
"Ck. Ayolah, Kak. Don't be so childish!" rutuk Dylan kesal.
"Eh, lepaskan, Rion. Aku harus mengangkat ponselku," kata Dylan. Orion melepaskan lehernya, membiarkan Dylan mengangkat teleponnya.
"Halo?"
"..."
"Apa?! Yang benar saja!"
Dylan menggenggam tanganku dan menatapku. Oh, aku tahu tatapan itu. Kami harus pergi sekarang. Tanpa pamit, kami langsung pergi keluar dari hall.
"Ada apa?" tanyaku bingung.
"Len bilang ada bau mencurigakan di pesta ini."
"Apa?! Bagaimana bisa dia di sini? Oh, jangan bilang kita masih akan bekerja, Dylan!"
Semuanya sudah fix! Aku tidak akan bekerja lagi! Ini pasti ulah si tua Oliver.
"Akan ada orang yang membawa bom bunuh diri."
Aku menatapnya tak percaya. Di sana ada Wanda dan keluarganya, juga Devan.
"Dylan, apa Jennie juga ikut?" tanyaku. Dylan mengangguk.
"Devan, Devan. Ya, aku harus menghubunginya!" Aku mengambil ponselku dengan panik.
"Ya, Kak?"
"Dev, apapun yang terjadi, Kumohon jangan panik, oke?"
"Baiklah. Ada apa?"
"Kau harus keluar dari hotel ini. Sekarang. Jangan panik dan jangan mencurigakan. Hubungi aku kalau kau sudah keluar. Jangan lupa, langsung pulang."
"Baiklah, baiklah. Memangnya ada apa? Lalu, bagaiman denganmu, Kak? Apa semuanya baik-baik saja?"
"Tidak. Semuanya tidak baik-baik saja. Aku akan jelaskan di rumah nanti. Jadi, bergeraklah sekarang, Dev."
"Aku mengerti."
Aku menghela napasku. Setidaknya, adikku sudah selamat.
"Wah, kau optimis sekali tentang kepulanganmu ke rumah.." sindir Dylan.
Aku mendengus,"Heh, aku tidak mau mati sebelum jalang dan anak haramnya itu tersiksa dan memohon ampun padaku."
"Jalang dan Anak Haram, hm? Maksudmu, Alexandra dan Vannia?"
Aku menatapnya tak percaya,"Ba-bagaimana kau tahu?"
Dia menatapku dengan senyuman menyebalkan yang tercetak di bibirnya. "Ayo, bekerja!"
Sialan!
🐚🐚🐚

KAMU SEDANG MEMBACA
Staying Afloat
Action[ Action - Romance ] 2017.05.13 - Now Highest Rank : #7 IN ACTION Title Before : There's Nothing Holdin' Me Back Wanita yang dikenal sebagai Adelia Summer ini harus memilih antara masa depan dan masa lalunya. Ia yang awalnya begitu ambisius dengan d...