Happy or not

3.3K 424 192
                                        

Seulrin's diary
28 maret 2017
Susunan puzzle yang indah itu tidak akan pernah lengkap di saat salah satu kepingannya berusaha untuk menghapus dirinya sendiri.

Sudah sepekan berlalu sejak kejadian aneh itu—ketika seorang lelaki bernama Kim Taehyung tiba-tiba muncul dan mengembalikan buku diary milik Seulrin, mengganggunya di minimarket, hingga mereka berdua berakhir diikuti oleh seseorang yang misterius. Anehnya lagi, Seulrin membiarkan lelaki itu masuk ke rumahnya begitu saja–walaupun memang saat itu situasinya terbilang cukup genting.

Sejak hari itu batang hidung Taehyung tak pernah terlihat lagi. Seolah lenyap di telan bumi.

Namun berbeda dengan Jungkook. Sejak kejadian itu, mulutnya tak pernah berhenti bertanya. Tentang bagaimana mereka bisa bertemu, kenapa bisa berkenalan, hingga alasan bisa keduanya bisa berduaan di rumah–semuanya dipertanyakan berulang-ulang seperti kicauan burung beo yang rusak.

Dan hari ini, di tengah keheningan perpustakaan kampus, Jungkook kembali melanjutkan misi bertanya tak kenal lelahnya. Mereka duduk berdampingan di salah satu meja panjang yang dikelilingi rak-rak buku yang tersusun rapi. Bau khas kertas tua dan pendingin ruangan yang cukup dingin, memberikan suasana tenang yang seharusnya mendukung konsentrasi.

Tapi tentu saja, bukan bagi Seulrin.

Jungkook membungkuk, menyembunyikan wajahnya di balik sebuah buku berjudul Sejarah Ekonomi Korea Modern. Tapi buku itu jelas-jelas hanya kedok. Dengan raut jahilnya ia menyikut lengan Seulrin berkali-kali, membuat gadis itu sulit untuk fokus.

"Seul–" panggil Jungkook dengan suara pelan.

"Jangan menanyakan lagi tentang bagaimana lelaki bernama Kim Taehyung itu mengenalku, Kook." Geram Seulrin berbisik penuh penekanan tanpa menoleh.

"Telingaku sudah bosan. Ini sudah ke seratus kalinya kau mengulang pertanyaan yang sama dan jawabanku tetap : semuanya hanya kebetulan. Cukup, kan?"

Seulrin mencoba kembali tenggelam dalam bacaan tebal bertajuk Perkembangan Ekonomi Dunia, namun gangguan dari kelinci disebelahnya belum berhenti.

Tak ada kata menyerah di dalam kamus Jeon Jungkook.

"Seul..."gumam Jungkook, kembali menyikut lengan Seulrin, kali ini sedikit lebih kuat.

"Sekali lagi kau memanggil namaku dan menyikutku, akan aku hadiahi kepalamu dengan sebuah benjolan bes–"

"Seulrin!" Potong Jungkook cepat memanggil nama Seulrin tanpa rasa takut.

"Astaga, Jungkook! Mau kulempar juga kepala kau pake buku ini?!" berang Seulrin. Tangannya sudah terangkat, siap melemparkan buku dalam genggaman ke arah kepala lelaki itu.

"Nona Jung! jika kau ingin bermain-main pergilah ke taman kanak-kanak, di sini bukan tempatnya. Perpustakaan bukan taman hiburan!" suara seorang lelaki paruh baya yang dikenal galak seantero perpustakaan menggema, membuat Seulrin segera mengunci bibirnya rapat-rapat dan menurunkan bukunya kembali ke atas meja.

Semua mata mahasiswa spontan tertuju padanya, menciptakan keheningan sesaat yang memaksa Seulrin membungkuk sopan dan tersenyum canggung, berusaha meredam rasa malu yang tiba-tiba menyergap.

Tanpa berkata-kata, Seulrin merapikan buku di mejanya. la bangkit dari bangku, berencana berpindah ke bangku lain yang tersembunyi di balik rak-rak buku dan menghadap ke jendela. Tempat yang jauh dari sumber gangguan bernama Jungkook.

Matanya melirik tajam ke arah Jungkook yang tertunduk, bahunya berguncang menahan tawa. Meski berusaha menyembunyikannya, kekehan kecilnya tetap terdengar dan membuat darah Seulrin semakin naik.

LOST | Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang