Untrue

480 51 13
                                    

9 Oktober 2017

Seulrin melangkah lemah dengan tatapan kosong di koridor rumah sakit, tubuhnya terasa remuk bagai berton-ton beban menghantam tubuhnya kuat.

Awal bahagia penuh canda tawa gurauan kini berganti dengan sebuah mimpi buruk penuh air mata.

Terus menyeka kristal bening yang tak henti-hentinya mengalir dari roman yang sudah susah payah di polesnya sejak dini hari, rambut yang sudah di tata bahkan sudah berantakan tak diabaikannya lagi.

Tangan kiri dan kanannya sudah berjejak hijau keabuan. Mencubitnya berkali-kali berusaha untuk bangun dari tidurnya yang tampak nyata namun semua usahanya percuma, ia tak akan pernah bangun dari mimpi-melainkan harus menghadapi kenyataan pahit.

Langkahnya berhenti, berdiri di depan pintu ruang inap VIP bertuliskan nama Jeon Jungkook sambil meraup oksigen sebanyak mungkin. Menstabilkan napas sambil menyeka air matanya cepat sembari menarik paksa sudut bibirnya agar tampak tersenyum.

"Kau pasti bisa Seulrin, kau pasti bisa."

Tangannya terjulur meraih handel pintu, diam di sana beberapa saat.

"Mohon maaf nona, tidak ada nama pasien Kim Taehyung di sini." Yakin perawat kepada Seulrin beberapa menit lalu.

Dicengkramnya erat handel itu sambil menahan sesak di dada, menggesernya pelan menampilkan sosok Jeon Jungkook yang berdiri sejak tadi menunggu Seulrin datang dengan kruk di sela lengan kiri dan tiang infus di sisi kanan tubuhnya.

"Jung-"

Saat Seulrin yang muncul di ambang pintu, Jungkook seketika melepas kruknya begitu saja, merengkuh Seulrin erat. "Syukurlah, syukurlah kau baik-baik saja Seul." Ucapnya berulang.

Tangan kanan yang masih tertanam jarum infus, beberapa memar di wajah juga kepala yang di perban, Jungkook masih sanggup menenangkan sahabat serta kekasih hyung-nya seolah tubuhnya tidak kenapa-kenapa.

Seulrin tersentak, "aku tak apa-apa Jungkook, aku tak apa-apa." Seketika tangis Seulrin kembali pecah. Tangannya terangkat membalas pelukan tubuh Jungkook yang kini begitu ringkih juga dingin. Membenamkan kepala di dada bidangnya berusaha menahan tangisnya sebisa mungkin.

Jungkook mengusap surai Seulrin lembut dan membisikkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Aku yang membuat kalian seperti ini, maafkan aku maafkan-" sesal Seulrin tak bisa menerima semuanya terjadi.

"Tidak ada yang salah maupun yang disalahkan, ini murni kecelakaan Seulrin." Potong lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya.

Jungkook mengelus punggung Seulrin beberapa saat sebelum melonggarkan pelukannya.
"Lihat, aku bahkan bisa memelukmu dan bisa berjalan." Tatap Jungkook menyeka bulir bening di pipi Seulrin yang tumpah tiada henti.

Lelaki itu menepuk puncak kepala Seulrin sekilas. Melangkah dengan terseok-seok menuju ranjang, meraih kotak petak berukuran sedang berhiaskan bercak darah di beberapa sisi dari atas ranjang inap yang diberikan oleh polisi ketika membantunya dari ambulans hingga berada di rumah sakit.

Saat Jungkook siuman, polisi menyodorkan benda itu kepadanya dan berkata. "Aku rasa ini barang sangat penting. Aku menyelamatkan benda ini. Lekas sembuh. Jeon Jungkook." Terang Jungkook mengulang apa kata polisi kepadanya waktu itu sambil menatap benda itu lekat-lekat.

Saat itu juga Seulrin meraih kruk Jungkook yang tergeletak di lantai dan berjalan mendekat. Otak Seulrin seketika tidak dapat mencerna bahkan bekerja atas situasi apa yang tengah dihadapinya saat ini.

Ia benar-benar tak kuat jika prasangkanya ini betul saat Jungkook menatap benda di tangannya dan mengusapnya lembut sebentar sebelum menyodorkan benda itu kepadanya.

"Kurasa, aku boleh memberikan benda ini dahulu walaupun dia belum mengizinkannya." Jungkook tersenyum menahan tangis hingga menggigit bibir bawahnya kuat. Mengambil kruk dari tangan Seulrin untuk kembali menopang tubuhnya.

Seulrin melihat kotak itu dan wajah Jungkook bergantian. "Jungkook!" Seulrin menggeleng dihadapan Jungkook dengan air mata yang sudah tumpah kembali. "Taehyung sedang berada di ruangan lainkan? Iyakan?!" Tekan Seulrin terisak.

Jungkook menunduk dengan tangan masih menyodorkan benda itu kepadanya. "T-terimalah, ini titipan hyung."

Seulrin menerima kotak itu dengan tangan bergetar. Sebuah kotak ungu tua berpita senada dihiasi setangkai mawar ungu serta sepucuk kartu ucapan yang berada di tengahnya bertuliskan:

'Untuk kekasihku, Jung Seulrin.'

"I-ini?" Seulrin menatap Jungkook. "Di-dimana Taehyung?!" teriak Seulrin dengan suara parau meminta jawaban dari Jungkook sambil memegang pergelangan kiri lelaki itu dengan tangan bergetar. "Dimana?!" Tangisnya semakin menjadi.

Jungkook mengulur tangan kanannya, meraih tangan Seulrin yang berada di pergelangan tangan kirinya lalu menggenggamnya erat juga hangat. "Maafkan aku." Lirih Jungkook. Airmatanya tak terbendung lagi.

Tubuh Seulrin merosot ke lantai hingga terduduk dan genggaman tangan Jungkook di lepas paksa. "Katakan dimana Taehyung, Jungkook!" Seulrin memeluk kotak itu erat, menangis sejadi-jadinya.

"Maafkan aku, karena aku tidak bisa menemukan hyung." Jungkook berjongkok memeluk Seulrin.

Tangis Seulrin semakin menjadi, memukul dadanya beberapa kali tak membuatnya merasa baik malah bertambah sakit.

Di balik pintu ruangan rawat inap Jungkook yang penuh tangis pilu, sosok lelaki bertubuh tinggi rata-rata, berkulit pucat dan berpakaian jas dokter lengkap dengan name tag kebanggaannya tengah memamerkan gummy smile-nya lebar.

Ia berdiri menyender di depan pintu dengan sebuah benda tipis di telinga kirinya yang mengeluarkan suara.

"Setelah ini? aku akan menjadi presiden rumah sakit, bukan?" Pintanya sambil memandang punggung serta telapak tangannya yang lecet dimana-mana.

"As you wish~"

-----()-----

Annyeong:')
Icin's back....

Aduuuh aku ga tegaaaa😩😩

Aku selalu mendoakan mereka-ber 7 selalu diberi kesehatan dan jauh dari segala bahaya, we purple u💜

Vote & Komen kalian sangat berarti...

Puhlis...jangan silent readers dong😩😭 ayuuu ikutan rusuh

Terima kasih, luv💌

Cinkela🐯
12 Desember 2019

LOST | Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang