Unknown

569 65 23
                                    

Seulrin's diary
15 April 2018
Rasa cinta yang begitu besar mampu membuat seseorang buta hingga melakukan apapun untuk orang yang dicintainya.
Termasuk membunuh nyawa yang tak bersalah.

Seulrin kembali ke kamar miliknya dengan perasaan campur aduk.

Gadis bersurai cokelat tua itu kini tengah terduduk dalam diam di sofa dengan pikiran yang nyaris kosong.

Aerin dan Seokjin mengerti bahwa Seulrin membutuhkan waktu untuk sendiri.

Ia masih tidak bisa mempercayai bahwa lelaki pucat yang kelihatan sangat baik itu menyimpan kelakuan busuknya dengan sangat rapat dan sukses tanpa celah.

Ia sama sekali tidak menaruh curiga terhadap Min Yoongi-sama sekali.

Penglihatan samar-samar itu semakin jelas saat Seulrin mengingat beberapa kejadian yang terjadi pada dirinya dan Taehyung.

Pisau lipat yang didapatinya saat pertama kali bertemu dengan dokter Yoongi berbentuk seperti kartu atm, teror, penusukan yang tidak mengenai bagian vital, bahkan yang paling kejam adalah mencelakakan Taehyung hingga cedera otak berat hanya untuk sebuah kedudukan tertinggi di rumah sakit melalui kesepakatan seorang gadis gila bernama Min Joo.

"Perkumpulan psychopath," cetus Seulrin spontan.

Ia benar-benar tidak tahu apa yang akan ia lakukan sekarang, deretan informasi yang benar-benar di luar pikirannya sukses membuat kepalanya kembali berdenyut.

Terbesit sedikit rasa bersyukur bahwa Min Yoongi tidak akan pernah menganggunya kembali. Namun, harus menelan pil pahit kenyataan bahwa Taehyung tidak bisa mengingat ataupun mengenali dirinya.

Terdengar adil? bahwa Taehyung lepas dari apa yang menerornya dan hidup sebagai seseorang yang lebih bahagia.

Dibandingkan saat ia bersama Seulrin yang selalu berhati-hati dan waspada terhadap Seulrin hingga melupakan kebahagiaan serta keselamatan Taehyung sendiri.

Seulrin terdiam.

"Mungkin, ini pilihan terbaik."

"Mencoba untuk merelakan, Taehyung,"

Seulrin mendecak, ia berpaling ke arah jendela saat udara musim semi masuk dan menerbangkan helaian poninya yang kian memanjang dan tidak terawat itu pelan.

Ia tersenyum, "setidaknya, kau masih hidup dan dapat tersenyum bahagia, Taehyung, aku tidak menginginkan lebih. Aku hanya ingin kau bahagia."

Seulrin menghela, ia mengambil langkah sambil menggulung rambutnya ke atas. Berpikir mungkin mandi bisa menggugurkan sedikit bebannya.

-----()-----

Lima belas menit Seulrin habiskan menulusuri pencarian tentang berbagai wisata yang berada di pusat kota New York, Aerin telah menghubunginya bahwa ia akan pergi bersama Seokjin untuk berkencan.

Kepingan ingatan lain membuat Seulrin menarik sudut bibir hingga terbentuk lengkungan tipis, kenyataan bahwa kakaknya masih hidup dan dalam keadaan yang sangat bahagia, ditambah ia sudah memilih serta menemukan jalan hidup terbaik untuk dirinya.

Melihat Aerin yang begitu bahagia bersama kekasihnya membuat Seulrin tidak ingin menganggu kebersamaan mereka saat ini, ditambah Seokjin berkata bahwa hari ini ia baru tiba dari luar kota setelah seminggu pergi dinas.

Well, itu wajar saja. Walaupun Seulrin sebenarnya ingin sekali berjalan dan mengobrol menghabiskan waktu bersama Aerin yang belum genap satu hari ditemuinya.

Seulrin juga tidak bersikap egois, ia malah menyuruh Seokjin dan Aerin menghabiskan waktunya, dikarenakan jadwal kosong mereka dalam sebulan bisa dihitung jari.

LOST | Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang