Her

3.6K 472 340
                                    

Seulrin's diary
21 Maret 2017
Ku harap, aku dilahirkan untuk tidak memiliki perasaan.

Taehyung tersenyum sembringah saat dua makanan berbeda suhu tersaji indah di atas meja bundar berukuran kecil di hadapannya.

"Semangkuk es krim vanilla dan semangkuk ramyeon! waaah, kau menyogokku?" heboh Taehyung menatap bergantian ke meja dan ke wajah Seulrin yang masam.

Seulrin lalu tersenyum kucing seraya mengangguk. "Isilah perutmu, Ahjussi." Sahutnya dengan nada semanis mungkin.

Ia ingin mengetahui sudah sampai mana–sebanyak apa lelaki ini membaca dan mengingat tulisan di dalam buku diary-nya. Mungkin dengan menyogoknya dengan sedikit makanan, lelaki ini akan berbicara.

Seulrin mendaratkan bokong tepat di seberangnya yang di batasi oleh meja bundar seraya mengucir rambutnya ke atas setelah menaruh buku diary-nya di tempat aman.

Taehyung menatapnya lalu mendecak. "Hawa ketiakmu bisa masuk dan mencemari makananku, nona." Tunjuk Taehyung ke makanannya.

Seulrin menurunkan tangan sambil memutar bola matanya malas menatap lelaki di hadapannya sibuk berpikir apa yang hendak di santapnya terlebih dahulu sambil memangku dagu dengan satu tangan di atas meja.

Tampan, tapi kelakuannya tak sebanding dengan parasnya.

"Apa?" mata kelam Taehyung beradu pandang dengan milik Seulrin yang tengah menatap dirinya–mata bulat gadis itu berbinar akibat pantulan sinar matahari yang sontak membuat Taehyung terbatuk hingga wajahnya memerah bak tomat siap untuk di panen.

Kesempatan. Batin Seulrin.

Gadis itu buru-buru berlari mengambil sebotol air mineral di lemari pendingin dan menyodorkan ke depan wajah Taehyung, saat tangan Taehyung terjulur hendak meraih botol, Seulrin menyembunyikan botol itu di belakang tubuhnya.

"Sampai mana kau baca bukuku?"

Taehyung terbatuk-batuk sambil menepuk dadanya berkali-kali dengan tangan lainnya berusaha meraih botol di balik tubuh gadis itu, ia hendak berdiri, namun Seulrin menahan pundaknya untuk tetap dalam posisi duduk.

Seulrin tersenyum licik, semakin menjauhi tangannya ke belakang. "Sampai mana, tuan?" Tekan Seulrin pada kata terakhir.

Taehyung menatapnya geram dengan mata yang sudah berair kemerahan. "Kalimat terakhir!" sontak Taehyung merampas botol mineral itu kilat, menengguknya rakus bak seekor unta kehausan di tengah padang pasir.

Seulrin bergeming lalu menepuk jidatnya tak percaya sambil kembali duduk di seberang Taehyung, menatap lelaki itu dengan tatapan pembunuh bayaran yang menemukan target berhadiah jutaan won. Seumur-umur, baru kali ini ada orang yang membaca buku diary miliknya hingga membuat ia ingin mencekam leher lelaki tersebut.

Taehyung bernapas lega sambil meremukkan botol itu di atas meja dengan cuping dan wajah masih bewarna merah padam, ia mengerjap beberapa kali saat gadis itu menatapnya bengis.

Taehyung sontak berdehem dan mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kau ingin membunuhku? astaga, itu hanya sebuah buku diary. Apa masalahnya jika aku telah membacanya? apa akan merusak hidupmu? tidak, kan?"

LOST | Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang