Burst into tears

1K 66 64
                                    

Part ini lanjutan dari part Remember

Seulrin memandangi langit yang mulai berubah gelap dengan napas tercekat akibat isakan kecil di balik kaca jendela taksi yang di tumpanginya, sesekali ia menyeka buliran bening yang lolos dari pelupuk matanya pelan.

Diusapnya pelan buku diary di pangkuan, lalu beralih menundukkan pandangan sambil menatap benda itu lama dan mendekapnya erat.

Membaca seluruh isi buku diary miliknya cukup membuat ia meringis nyeri yang berasal dari dada sebelah kirinya. Air matanya tak berhenti tumpah, ia menepuk dadanya berkali-kali berusaha menghilangkan rasa sakit yang tak kunjung reda.

Supir taksi berbalik untuk menaruh tisu ke samping Seulrin tanpa suara saat lampu lalu lintas bewarna merah, pria itu tampaknya mengerti bahwa gadis yang menjadi penumpangnya sedang mengalami hari yang sulit.

Seulrin tidak merespon dengan mengucapkan terima kasih, melainkan mengambil beberapa lembar tisu untuk menghapus jejak kesedihan di pipi dan matanya.

"Kau harus membaca itu, buku diary itu selalu Taehyung bawa kemanapun. Ia selalu menulis sesuatu di sana. Kau mungkin akan mendapatkan sesuatu."

Sederet pertanyaan yang tak terungkap setahun lamanya kini telah terjawab.

Pria bernama Namjoon yang ditemuinya di pemakaman dengan senang hati menceritakan semua kaduan Min Joo selama ini kepada Seulrin kecuali satu hal, ia tidak memberi tahu di mana Taehyung.

Ia sama sekali tidak mengharapkan alur yang seperti ini, semuanya terlalu menyakitkan bak tertancap ratusan pisau secara bersamaan.

Bagaimana dengan hubungannya nanti? bagaimana dengan Taehyung? di mana lelaki itu sekarang? apakah dia baik-baik saja?

Deretan pertanyaan baru muncul memenuhi benaknya, Seulrin berbohong besar jika ia tidak merindukan Taehyung, ia sangat merindukan lelaki senyum kotak itu di tiap detik hidupnya. Bahkan untuk membencinya pun Seulrin tak akan sanggup.

Seulrin merogoh ponsel di saku celana mencari nama seseorang itu lalu menekan tombol panggilan. Namun, panggilannya di jawab oleh suara ramah dari seorang wanita yang menyebutkan bahwa nomor itu sedang tidak aktif.

Ia menekan tombol hijau berkali-kali hingga akhirnya menyerah saat mobil itu menepi di depan gedung apartemen miliknya. Seulrin membayar argo dan mengucapkan banyak terima kasih kepada supir taksi dan menyodorkan kembali tisu miliknya, namun supir taksi itu menolak.

Pria itu memberikan benda itu sebagai hadiah kepada Seulrin agar bisa menghapus kesedihan dari wajah cantiknya, Seulrin lantas tersenyum dan berterima kasih kepada supir taksi itu hingga mobil kuning itu menghilang di ujung jalan.

Tubuh Seulrin terasa sangat lemas, menangis sejak di pemakaman hingga sampai di apartemen membuat matanya sangat bengkak dan energinya terkuras. Ini sudah lama sekali sejak ia terakhir menangis waktu itu. Kini tubuhnya terasa benar-benar lelah.

Ia berjalan pelan menuju lift dan menunggu hingga benda itu membawanya menuju lantai apartemen miliknya. Suhu tubuh Seulrin menurun membuat bibirnya sedikit bergetar, salahnya sendiri tidak sempat menggunakan coat saat suhu di sore hingga malam hari menurun sangat drastis.

Pintu lift terbuka, Seulrin tidak berniat sedikitpun untuk menaikkan pandangan, ia tidak ingin satupun penghuni apartemen melihat dirinya yang sangat kusut. Ia melangkah pelan menuju lorong sambil memeluk erat buku diary itu di depan dada, berjalan sedikit ke tepi kanan hingga jarak tubuhnya dengan tiap-tiap pintu apartemen lain dan dinding hanya beberapa jengkal.

LOST | Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang