Regret

1.7K 169 169
                                    

Seulrin's diary
18 Mei 2017
Kebencian itu berubah menjadi setumbuk rasa penyesalan saat seseorang itu telah pergi.

Seulrin mengatur napas berkali-kali mencoba untuk tidak kembali memenuhi pelupuk matanya, usaha itu juga berkali-kali gagal saat ingatan demi ingatan timbul di dalam benak.

kesedihan benar-benar datang tanpa jeda.

Pelukan hangat sang ibu membuat pertahanannya kembali runtuh, kepergian Ayahnya yang begitu tiba-tiba membuat Seulrin di dera rasa penyesalan teramat dalam.

Ia bahkan belum sempat mengucapkan kata 'maaf' kepada cinta pertamanya itu, namun tuhan memilih untuk memanggilnya lebih awal, Ia begitu mencintainya melebihi cinta apapun di dunia.

"Anak gadis Ibu...." isak Ibu Seulrin mengelus lembut surai gadis itu perlahan. "Maafkan Ibu Seulrin...maafkan Ibu," pinta Ibunya dengan nada memohon.

Seulrin menggeleng semakin mengeratkan pelukannya beberapa saat.

"Tidak," ujar Seulrin mengendurkan pelukan dan menatap mata kelam milik Ibunya, kerutan di ujung mata wanita di penghujung usia 50an itu sudah jelas, ditambah lingkaran gelap yang kini bengkak membuatnya semakin terenyuh.

"Ibu, mau memaafkan Seulrin? Anak ibu sudah–" Seulrin menunduk membiarkan cairan bening itu tumpah, menyekanya cepat dan kembali menatap wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan tatapan penyesalan.

"Membenci, membentak bahkan membuat hati kalian sakit–" ibu Seulrin sontak menggeleng menghapus jejak tangis di pipi Seulrin. "Mau memperbaikinya bersama-sama?" Ibu Seulrin tersenyum, memegang kedua tangan anaknya dan kembali memeluk Seulrin.

Seulrin mengangguk dan memeluk lama aroma ibunya yang akan di rindukannya nanti, Ibu dan dirinya tidak akan tinggal bersama, melainkan ibunya memilih untuk kembali ke Indonesia dan Seulrin akan menetap di Seoul untuk menyelesaikan kuliahnya.

"Letaklah abu itu di samping milik Aerin, Ayahmu akan senang jika abunya di simpan di tempat yang sama dengan anak sulungnya."

Tepat setelah ucapan Ibu Seulrin, terdengar pengumuman bahwa jadwal penerbangan dini hari mereka sudah tiba dan harus menuju gate masing-masing, Ibunya lantas melepaskan pelukan. "Jagalah dirimu baik-baik seperti biasanya, ibu selalu yakin bahwa kau bisa melalui semua ini."

Seulrin mengangguk dan memegang kedua tangan Ibunya dan tersenyum, "aku akan menjaga diriku dengan baik, Ibu."

Seseorang dari kejauhan menggunakan coat hitam lengkap dengan bucket hat, masker wajah serta kacamata hitam yang sepenuhnya menutupi wajah mengusap airmatanya yang ikut tumpah.

Ia tidak tahu, bahwa semuanya akan menjadi seperti ini.

-----()-----

Seulrin mencari nomor bangku miliknya dengan berjalan menunduk dengan rambut legam terurai menutupi matanya yang bengkak, sweater oversive bewarna hitam menenggelamkan hampir seluruh badan mungil miliknya hingga ia tampak sangat kecil.

Saat ia menemukan bangku miliknya yang berada di samping jendela pesawat, lantas berjalan masuk dan tidak sengaja menyenggol lutut lelaki yang duduk di bangku tengah.

"Ma-maaf," ujar Seulrin cepat segera duduk.

Lelaki bertopi hitam yang tengah memainkan ponselnya itu mengangguk. Sesekon kemudian ia mengernyit. "Huh?" suara yang sangat familiar pikirnya, ia menaikkan topi dan melihat siapa yang mengambil bangku di sebelah kanannya cepat dan berkata, "kau?"

LOST | Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang