Broken

8.2K 695 343
                                    

Seulrin's diary
20 Maret 2017
Hubungan yang di ikat janji suci sekalipun akan putus saat sepasang manusia itu tidak saling membutuhkan satu sama lain.

Gadis bermarga Jung tengah kembali dari aktifitas perkuliahan serta kerja part time-nya dengan sekantung plastik penuh makanan dalam genggaman dari atasannya yang selalu baik hati.

Seulrin menapaki jalan trotoar yang masih berbau petrikor di terangi lampu jalan di setiap bahu trotoar dengan langkah lebar sambil bersenandung riang. Ia tidak sabar untuk menyantapnya bersama keluarga kecilnya dirumah malam ini.

Langkah demi langkah menggiring tubuhnya hingga tepat di depan pintu rumah.

Belum sempat gadis itu menekan tombol sandi, tiba-tiba tubuhnya menegang, telinganya mendengar sepasang manusia tengah berseteru di dalam rumah dengan suara yang sangat lantang, hal itu berhasil membuat kakinya mundur selangkah menjauhi pintu.

Tangannya yang memegangi sekantung penuh makanan itu sontak bergetar hebat, trauma akan suara keras dan teriakan kembali menggerogoti tubuh. Sinar mata yang ceria itu seketika redup berganti dengan ketakutan.

Ia menarik napas dalam-dalam, mengeluarkannya perlahan sambil tangannya kembali terjulur meraih gagang pintu berharap bahwa semua suara di dalam adalah halusinasinya karena ia kelelahan.

Ia mencengkram erat gagang pintu itu dengan mata terpejam lalu mendorongnya perlahan.

Namun saat matanya terbuka, kenyataan berhasil menampar dirinya cukup keras, kedua bola matanya mendapati beling-beling pecahan guci berserakan di lantai dengan sepasang manusia yang diyakini adalah orang tuanya sedang menunjuk satu sama lain.

Penglihatannya kabur saat air mata menutupi sepasang bola matanya yang kelam, bibirnya bergetar menahan tangis, plastik dalam genggamannya lepas begitu saja hingga menimbulkan bunyi yang membuat sepasang manusia yang tengah berselisih paham sontak sadar dan berlari mendekatinya.

"Seul–" ujar mereka serentak mencoba meraih lengan kanan dan kirinya.

Gadis bernama Seulrin menunduk menatap makanan yang seharusnya di santap malam ini sudah tidak berbentuk dengan tangan mengepal di sisi tubuh.

Gadis itu menaikkan pandangan, "Tidak puas dengan semuanya? tidak puas?!" gadis itu menyeka airmatanya kasar, "kalian juga ingin aku mati?" tanyanya galak sambil menepis pegangan mereka dan mundur satu langkah menjauhi mereka.

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Seulrin, pria paruh baya itu menatap tangannya yang tak sengaja baru saja menciptakan bekas merah padam di pipi anak kandungnya.

Ibunya hanya menutup mulut menggunakan kedua tangannya tanpa mencegah ataupun melerai.

Seulrin terisak sambil tertunduk, merasakan sakit di pipinya yang tidak seberapa dengan rasa sakit yang ia pikul kini.

Ia mengangkat dagunya menatap marah mata Ayah dan Ibunya bergantian sambil menaruh telapak tangan di pipi kanannya yang terasa nyeri. "Jadi, kalian menikah hanya untuk saling menyakiti? kalian menikah dan mempunyai anak hanya untuk menamparnya? kenapa tidak di bunuh saja sekalian?!" teriak gadis itu parau.

"Seulrin," panggil Ibunya hendak meredamkan amarah anak yang kini satu-satunya itu dengan mencoba meraih pundak anak gadisnya.

Seulrin menepisnya dan semakin mundur menjauhi mereka hingga punggungnya menyentuh daun pintu. "Apakah kalian pikir aku ini tidak memiliki hati? apakah aku hanya sebuah boneka yang tidak bergerak dan tidak mempunyai hati di saat kalian sibuk bekerja dan bertengkar tanpa memikirkan bagaimana perasaan kami?!"

"Seulrin!" kali ini suara Ayahnya yang meneriaki namanya.

"Kenapa? Ayah ingin membunuhku juga? agar aku bisa hidup bersama kakakku di sana?" tantang Seulrin kepada Ayahnya.

Saat Ayahnya hendak menjawab semua pertanyaan dari Seulrin, ibunya bersuara. "Ibu–kami akan bercerai Seulrin," putus Ibunya dengan mata bekaca-kaca.

Kalimat itu sukses membuat detak jantung Seulrin hampir berhenti, pikirannya mendadak kosong. Sepasang manusia di hadapannya kini benar-benar akan memutuskan tali ikatan sehidup semati mereka.

Ibunya tertunduk menangkup wajah menggunakan kedua tangan dan Ayahnya mendongak menahan buliran bening itu tumpah.

Seulrin terkekeh di sela tangisnya yang pecah, ia mencoba mencerna kata-kata "bercerai" di dalam otaknya dan maju satu langkah mendekati mereka, ia menjambak rambutnya kasar.

"Ayah mempunyai wanita lain?" tanya Seulrin menatap manik hitam milik Ayahnya, mencari kebenaran di sana.

Ayahnya menggeleng.

"Ibu?"

Ibunya juga menggeleng.

"Jadi jawab aku kenapa kalian harus berpisah?!" jerit Seulrin menatap mereka bergantian.

"Kenapa?!"

"Kami tidak bisa untuk hidup bersama Seulrin, bukan karena tidak mencintai satu sama lain, ini merupakan pilihan terbaik," ujar Ayahnya pelan tanpa nada emosi.

Sekujur tubuh Seulrin mendadak lemah, tulangnya bahkan tak sanggup untuk menopang beban hidup yang dipikulnya kini, ia berjongkok menangis sekencang-kencangnya meluapkan segala kesedihan serta amarah yang sejak tadi ia tahan.

Kedua orang tuanya merengkuh tubuh gadis itu sambil terus meminta maaf kepadanya.

Di hari itu semuanya berubah, keluarga yang seharusnya utuh itu hanyalah sebuah kata yang tidak akan pernah terwujud di dalam keluarga dan juga kehidupannya.


Hallo taetaenya kok belum muncul ya? Haha keep reading yah guys😘😘😘
Vomment juseyo!!😍

Cinkela🐯
Mei 2017

LOST | Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang