Seulrin's diary
19 September 2017
Apakah takdir buruk akan kembali menyentuhku? kurasa, aku terlalu senang hingga terpana."Siapa itu?" Noa memanjangkan leher melirik foto di balik layar ponsel Seulrin yang menyala di dalam genggamannya.
Mereka tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit menaiki taksi online menuju rumah sakit di mana Hera di rawat.
"Hm?" Seulrin mengerjap dari lamunan sontak menekan tombol lock membuat layar ponselnya berubah menjadi hitam. "Kakakku."
"Tak mirip?" Noa menatap wajah Seulrin secara seksama lalu mengernyit. "Kenapa dia tidak ada dirumah? Bekerja?"
"Sudah kembali-" Seulrin tercekat. "Kembali kepada tuhan." Ujarnya menunjuk ke arah langit berawan namun cerah di balik jendela kaca mobil.
Noa lagi-lagi menatap Seulrin iba, Sahabatnya ternyata telah banyak melewati masa-masa sulit. Namun selalu berhasil menutupnya dengan sebuah senyuman baik-baik saja.
"Kenapa kau menatapku seperti itu, huh?" Seulrin menoleh menertawakan Noa dengan muka merah menahan tangisnya. "Aku tak apa-apa, sungguh." tatap Seulrin yakin mengatakan bahwa ia sudah baik-baik saja.
"Huaaaa" Noa merengkuh Seulrin. "Kau bisa bersedih, berbahagia dan menangis bersamaku dan Hera. Jangan menyimpannya sendiri."
Seulrin terkekeh membalas pelukan sahabatnya. "Iya, aku akan membaginya kepada kalian."
-----()-----
Seulrin sedikit merasa gelisah begitu taksi online menepi di rumah sakit yang meninggalkan kenangan buruk beberapa bulan lalu kepada dirinya.
Rasa sakitnya tak seberapa, namun kenangan pahit itu akan selamanya membekas di dalam ingatan.
"Ayo." Noa mengangkat parsel buah ukuran besar dengan sekuat tenaga dari bangku depan dan mengucapkan terima kasih kepada sang supir.
Seulrin mendongak sambil menghela. "Dari sekian banyak rumah sakit, kenapa Hera harus dirawat di sini?"
"Hm, kenapa?" Noa mendekat ke Seulrin ikut melakukan hal yang sama dengan sahabatnya menatap sejenak gedung-gedung bertingkat dihadapannya.
"Ini rumah sakit terbaik asal kau tahu," Noa menyikut Seulrin. "Di sini banyak dokter tampan!"
Seulrin mendengus, "otakmu hanya lelaki tampan, ya?" Noa menyengir lalu menekuk bibir. "Seul, ayo cepat." Ujarnya dengan melirik parsel buah besar di tangannya yang sudah tak sabar untuk di bawa ke dalam.
"Astaga, ayo!" Seulrin menarik napas lalu mengeluarkannya pelan. Benar, seharusnya ia tak perlu takut. Toh semua itu kini hanyalah sebatas bekas ingatan, bukan sebuah pengulangan kejadian.
-----()-----
"Hera!" Noa berseru begitu pintu kamar inap di mana Hera di rawat terbuka, memunculkan reaksi terkejut dari Hera juga bingung dengan parsel super jumbo di dalam pelukan Noa.
"Kalian!" Hera hendak membantu namun Seulrin memberinya tatapan iblis mengisyaratkan agar duduk saja. "Kau, sakit. Lupa?" Seulrin membantu Noa menurunkan parsel itu ke meja di seberang Noa sambil bernapas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST | Kim Taehyung
Fanfiction[Completed] [New version] Kehilangan merupakan awal mula dari kisah ini berjalan, semuanya seperti ditakdirkan untuk meninggalkannya. Meninggalkan untuk menemukan atau menemukan untuk meninggalkan. Satu yang Seulrin ingat, bahwa ia tidak menyesal t...