34. Love?

2.3K 140 7
                                        

34. As Soon As Possible Falling In Love?
_____

       Setelah pertemuannya dengan Langit Raykan siang tadi di restauran, akhirnya Anaya bisa bernafas dengan lega. Lega karena perjodohan konyol yang di rencanakan oleh Eyangnya berakhir sia-sia. Anaya tidak habis pikir kenapa Eyangnya bisa menjodohkannya dengan Langit. Kenal dari mana coba sang Eyang dengan Langit Raykan?

Bahkan sampai sekarang Anaya masih terus bertanya-tanya dalam hati mengenai perjodohannya dengan pria itu? Bagaimana bisa dan setelah ini siapa lagi pria asing yang akan dikenalkan padanya.

"Woiii ngelamun aja lo, Nay! Entar kesambet baru tau rasa. Ngelamunin apa sih lo sampai dipanggil Bu Chika gak denger? " Tegur Nanda teman satu kantor Anaya yang mengangetkan gadis itu dari lamunannya.

Anaya merengut kesal, "Yang jelas gue gak lagi ngelamunin laki lo lah. Kenapa Bu Chika manggil gue, Nand?" Tanyanya ingin tau.

Nanda mengendikkan bahunya tak acuh, "Mana gue tau. Samperin gih di kantornya, orangnya lagi nunggu." Jawabnya cuek seraya kembali ke kubikelnya yang bersebrangan dengan kubikel milik Anaya.

Untung saja dia tidak jadi kena SP oleh atasannya sebab Anaya sudah hampir beberapa kali dalam seminggu tidak masuk kantor. Itu semua karena Efra. Jika lelaki itu tidak menculiknya Anaya tidak akan mungkin terkena masalah di awal ia mulai masuk kerja. Bener-bener sialan si Efra!

Walaupun Anaya tidak terkena SP secara langsung, tapi gadis itu tetap mendapat teguran keras dari pihak HRD.

Setelah sampai di lantai 4 di mana ruangan Bu Chika berada, Anaya segera mengetuk pintu  menunggu ijin dari dalam. "Masuk." Ujar wanita bongsor itu dengan datar.

"Ada apa Bu Chika memanggil saya?" Ujar Anaya sopan setelah ia dipersilahkan untuk duduk terlebih dahulu.

Bu Chika wanita bongsor yang mempunyai ciri khas dengan rambut pirangnya yang selalu ia konde mirip sekali dengan aktris pelawak wanita tua yang kini masih terlihat cantik di usinya yang sudah tidak lagi muda itu tengah memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Bisa tolong kamu gantikan meeting Najwa dengan kliennya di pondok indah besok siang, Anaya?" Katanya datar  yang menyerupai perintah yang tidak bisa dibantah.

##

       Keesokan harinya, setelah kliennya pergi, Anaya baru bisa menghembuskan napas lega. Ini meeting  pertamanya sejak bekerja di sini. Ia sangat bersyukur semuanya bisa berjalan dengan lancar saat ia membawa presentasi tadi.

Anaya bahkan sangat senang saat kliennya, Mr. Yang  dan Mr. Fero setuju untuk bekerja sama dengan proyek baru perusahaan mereka. Ini suatu kemajuan sekaligus awal yang baru untuknya di perusahaan ini. Anaya benar-benar sangat bahagia sekali. Ia tidak behentinya menunjukan raut senangnya di depan umum tanpa tau malu.

Ah biarlah batinnya berseru, hanya kali ini saja tidak jadi masalah.

Anaya memutuskan untuk berjalan kaki menuju jalan raya untuk mencari taksi, karena pagi tadi audi kesayangannya mendadak bermasalah di tengah jalan dan itu membuatnya repot karena harus keluar lagi mencari taksi yang bisa mengantarnya agar ia bisa sampai ke kantornya.

Tidak terasa meeting tadi berlangsung cukup lama hingga memasuki  waktu jam makan siang.

"Naiii?" Langkah kaki Anaya terhenti saat mendengar suara dibelakangnya.

Gadis itu menoleh lalu tersenyum lebar ketika melihat Frisca tetangga samping apartemennya yang tadi memanggilnya, "Heiii Fris, kok kamu ada di sini?" Tanyanya dengan wajah heran.

ENTANGLED HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang